3A.M #1

8.4K 846 153
                                    

Black Pearl Residence




Mutiara hitam. Sejenis batu permata yang membawa kesan kemewahan, glamor, dan elegan, mengingat harganya yang fantastis tak sebanding dengan mutiara putih.

Begitu pula dengan perumahan yang menyandangkan nama mutiara hitam ini. Black Pearl Residence. Butuh akses khusus untuk mendapatkan sebidang tanah di bawah nama perumahan mewah yang di agung-agungkan seluruh kota. Perumahan yang di anggap surga dunia, dengan fasilitas menawan, bangunan megah, bahkan dengan gerbang yang tidak realistis.

Tempo hari ayah mengabarkan bahwa kami akan pindah kesana. Aku sangat bersemangat akan hal itu. Namun yang ku pikirkan entah bagaimana ia mendapatkan izin, mengingat keluarga kami, berketurunan Tionghoa yang setau ku akan di persulit aksesnya. Kenapa? Aku pun tak tau. Aku baru pindah ke negara ini, Korea, belum genap setahun, aku pun mendengarkan kisah-kisah perumahan ini hanya sepintas.

Saat mobil kami memasuki gapura perumahan rasanya seperti melintasi gerbang kerajaan. Desain yang pastinya terlihat mewah dan patung anjing berekor tiga dengan mata mengkilap tajam berbalut emas siap menyambut kedatangan mu.

Berjalan lebih dalam kau akan menemukan taman bermain untuk anak-anak dengan segudang wahana seru yang pasti sangat menyenangkan. Namun mirisnya anak-anak berkumpul di sana bukan untuk bersosialisasi, mereka lebih dengan membanggakan gadget dan sibuk dengan dirinya sendiri.

Menyedihkan memenang jaman sekarang ini. Hubungan antarmanusia yang seharusnya di hiasi tatap muka harus terpecah karena kecanggihan teknologi. Diam-diam aku bersyukur. Walaupun keluarga kami cukup dibilang berada tetapi ayah ibuku selalu mengajarkan bagaimana kesederhanaan. Karena kata pepatah, sesuatu yang berlebihan dapat mengundang malapetaka.

Tapi, bukankah perumahan ini terlalu berlebihan?

Lihatlah seluruh bangunan yang ada. Rumah mewah dengan halaman bak istana kerajaan dan tangga yang meliuk indah dengan nilai estetika tinggi, beberapa rumah yang bagian depannya dihiasi patung kepala keluarga, yang kata papa di buat dari emas, bahkan di ujung perumahan terdapat sebuah rumah dengan landasan helikopter pribadi bagi sang empunya. Begitu juga dengan rumahku. Saat kami sampai betapa megahnya rumah ini.

Saat kami baru turun dari mobil aku melihat sepasang suami istri, sepertinya, yang sedang bergandengan berjalan di trotoar.

"Wah perumahan ini indah ya!"

Aku mencoba menyapa, namun mereka hanya melirik dan berlalu.

Wah sombong sekali mereka.

"Chenle." Panggil papa. "Lain kali kau tak boleh seperti itu." Lanjutnya seraya mendekat kearahku.

Spontan aku membantah. "Memangnya kenapa? Bukankah saling menyapa itu baik?"

"Jika di tempat lain." Timpalnya.

"Jadi di sini tak boleh? Kenapa?"

Rasa ingin tauku memang tinggi, bahkan teman-temanku bilang jika aku ini cerewet. Ayah bukannya menjawab malah mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh kami masuk dan berbenah.

Aku merapikan barang-barang yang tak begitu banyak ku bawa, karena kata mama, papa telah melengkapi kebutuhanku di sana. Kamarku sangat luas, dengan berbagai boneka moomin kegemaran ku yang di turunkan tentu saja dari mama tercinta.

[✓] Tiga Pagi - Chensung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang