I Love You
•
•
•Bagian pada halaman pertama buku gambar Jisung adalah sketsa dirinya bersama Haechan.
Kalo boleh ku jadikan list setiap note dalam sketsa Jisung itu akan menjadi sebuah bucket list.
• Bikin pameran lukisan sendiri ^^
• Keliling dunia bareng Haechan
• Nonton pertunjukan biola Haechan
• Liat bintang waktu langit lagi penuh-penuhnya sama bintang (makasih ya Le, yang ini done xixi)
• Makan es krim di karavan pas langit sore berwarna jingga (Lele Xiexie^^)
• Menyelesaikan kasus Black Pearl Residence × (Ini untukmu ya Le ^-^)Sekarang aku mengerti semuanya. Sketsa yang Jisung buat menampakan pembunuhan Haechan secara gamblang oleh ayahnya. Kini, kurasa aku akan mendapatkan giliran. Sebab, ku rasa, aku memenuhi kriteria dari si calon korban yang di serahkan ke iblis.
Ironi.
Mereka memberikan tumbal hanya untuk kekayaan materi.Saat orang yang berhati mulia dengan kehidupan biasa tetapi diberikan kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya.
Sedangkan si serakah mempunyai harta berlimpah namun naas, kegagalan dalam keluarga dan kesengsaraan batin selalu menghantuinya.
Lalu, aku harus apa?
¶
Jangan membenci orang tuamu, Le.
Apapun yang mereka lakukan
Bukan atas kehendak mereka
Sayangi mereka, selagi mempunyai kesempatan
Dan, lagi, kamu tau tidak?
Cinta pun dapat meluluhkan segalanya-Pjs
¶
Minggu.
Hari ini Jisung akan di makamkan. Telah siap aku dengan pakaian serba hitam. Berduka. Aku sungguh tak suka suasananya.
Di balik pintu mama mengetuk menyuruhku segera turun dan sarapan bersama.
Akhirnya, aku rindu makan bersama mereka.
Namun yang terjadi tak sesuai dengan aoa yang aku inginkan. Suasana begitu canggung, papa sama sekali tak menyentuh makananya. Saat ku tanya dia malah beranjak.
Entahlah.
Dulu keluarga ku bahagia.
Dulu.¶
Kupikir stock air mataku telah habis dari sumbernya. Namun saat tiba di pemakaman, malah kurasa air mataku semakin banyak, mendesak keluar.
Ada beberapa teman sekolah yang hadir. Dari kelas lain pun yang katanya pernah dekat dengan Jisung. Yangyang pun turut dalam pemakaman ini.
Jika di lombakan sepertinya aku akan berada di podium pertama dengan tangis yang paling kencang. Kakek neneknya masih sama seperti kemarin. Wajah nelangsa tercetak jelas, namun tak di hiasi dengan air mata.
Tak ada tetangga Black Pearl Residence yang datang. Pemakaman ini menjadi cukup sepi. Tak mengapa, setidaknya pemakaman ini berlangsung syahdu. Kau suka tempat yang tenang kan, Jisung-ah?
Pemakaman semakin sepi di tinggal para peziarah. Yangyang memukul pundak ku pelan, mengajak pulang bersamanya. Kakek Jisung maju selangkah. Awalnya aku ingin tetap di sini untuk beberapa saat, namun melihat keberadaan kakek Jisung yang sepertinya ingin ditinggal berdua dengan pusara cucunya mengurungkan egoku.
Sang kakek berjongkok, tangan kanan yang membelai halus nisan si cucu dan yang kiri menggenggam kuat tanahnya. Bahunya mulai mengguncang, ia merancu menyebutkan nama Haechan.
"Maafkan kakek, Jisung. Kakek juga sayang kamu."
Ironi. Aku pikir ia telah menyanggupinya dan menerima segala perbuatannya.
Tidak ternyata.
¶
Analisis Jisung kembali mengenai sasaran. Si patung anjing kini telah menjadi patung biasa, anjing berekor satu. Cerdas memang kesayanganku itu.
¶
Siangnya aku terkejut melihat mobil papa ada di garasi rumah. Tumben sekali.
Saat aku masuk ternyata mama papa sedang bertengkar hebat.Entahlah, pengap telingaku mendengarnya. Sekarang mereka sering sekali bertengkar, dan kadang papa marah dan berteriak tanpa alasan yang aku ketahui.
Namun sepertinya pertengkaran ini telah berada di stadium akhir. Untuk pertama kalinya nada tinggi di adukan dalam berargumen oleh kedua pihak. Berdiri di ambang pintu tubuh mungil ku di sembunyikan dinding.
"DEMI TUHAN. INI ANAK KITA, DARAH DAGING KITA!"
"STOP!" Suara papa menginterupsi kencang.
"Sudah aku bilang dari awal, INI BUKAN RENCANA YANG BAIK KAU KAPARAT!"
Pertama kalinya mamaku yang manis berkata kasar, terlebih lagi pada sosok yang ia liat dengan penuh cinta. Tamparan pun pertama kali aku dengar mengenai pipi mulus mama yang beradu dengan tangan besar papa. Tangan yang biasanya memberikan kehangatan tersendiri.
Tangan yang dulu mengajariku berjalan. Tangan yang dulu selalu mengelus rambut mama saat beliau memasakan makanan kesukaan papa. Tangan yang memberikan segalanya, tangan bajingan.
Bantingan pintu terdengar setelahnya disusul tangis pilu mama yang lagi-lagi terjadi untuk pertama kalinya. Mama yang lemah terus menyebut namaku. Kuanggap ini semua menjadi pertanda hal itu akan terjadi. Giliran ku akan datang sepertinya. Seketika sekitarku menjadi gelap.
Ini yang kamu rasakan ya, Jisung?
Inikah alasan mengapa tuhan lebih suka mengambil kembali nyawa seperti pencuri kecil?Kakek neneknya Jisung. Gimana? Bajingan ga kakeknya?
Gajiku jangan lupa ya:)
Kali ini sort lagi ya hehe. Dua chap lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Tiga Pagi - Chensung
FanficStart : Mei 2019 [ Private Acak] End : 5 Mei 2019 Bukan waktu yang tepat untuk tetap terjaga pada pukul tiga pagi. Lebih baik kau tarik selimut, tutup matamu segera, dan terlelap lah. Karena siapa tahu, akan ada sesuatu yang menghampirimu entah untu...