Little Happiness is Comeback
•
•
•Kami mempunyai tempat favorit untuk menjajal manisnya es krim. Tempatnya tidak jauh dari perumahan.
Berada di tengah tanaman bunga berupa mobil karavan yang di hiasi kertas berbentuk segitiga warna-warni. Kursi ditata rapi dengan berbagai ukuran, satu meja akan di beri dua kursi. Diatas meja diberikan satu vas bunga mawar carousel berwarna peach dengan sedikit sentuhan lili kunging. Ada satu terpal menyambung pada mobil sedangkan meja lainnya dibiarkan terpisah yang diteduhi payung kanopi dan pepohonan ek.
Eat-Party-Love
I.W.A.L.YPlang nama tempat ini cukup terlihat jelas. Namun singkatan di bawahnya cukup terdengar aneh. Mungkin nama sang pemilik, atau apa. Entah.
Jisung memesan dua es krim cone. Untuknya dengan rasa coklat yang berpadu dengan sejuknya mint dan aku pada lapisan bawah terdapat rasa coklat dan atasnya capuccino yang di taburi permen warna warni.
Selagi Jisung memesan, aku sedikit tertarik pada pohon ek yang ada disana. Tenang itu pohon biasa, bukan pohon yang bisa berbicara. Namun lihatlah foto-foto yang terpajang di sana, semuanya tampak gembira.
Hampir semua foto itu di ambil candid. Nampak si penjual yang tertawa terbahak-bahak; ekspresi gelisah seorang wanita dengan dua es krim yang mulai mencair, ku tebak dia sedang menunggu seseorang yang tak kunjung datang; dan ekspresi bahagia sebuah keluarga yang sedang merayakan ulang tahun si nenek untuk 80 tahun umurnya.
"Yang ngambil itu semua Haechan." Jisung datang dengan dua cone es krim, satunya ia julukan padaku. "Hebatkan?" Sambungnya. Tak ada ekspresi cemburu, yang nampak malah sebuah kebahagiaan di matanya.
Setelahnya kami duduk di salah satu meja. Menikmati es krim seperti cara tepat untuk menguapkan segala yang ada di otaku selama ini. Membuangnya sejenak, meringankan beban pikiran.
"Le." Panggil Jisung sedikit serius.
Ku palingkan wajah berserta es krimku, "Hmm."
"Tau, apa arti singkatan di bawah nama Eat-Party-Love itu?"
Ku tatap kembali papan namanya. "Engga. Itu aneh. Emang apa sih?"
"Apa hayo." Entah mengapa, Jisung sepertinya punya bakat terpendam untuk menjadi seorang penggoda, "Nanti kamu juga tau."
Setelahnya hening kembali. Hingga es krim masing-masing pun kami masih tetap terdiam.
"Le, kamu ga papa kan?"
Aku mengerti arah pembicaraan nya, "Aku ga tau."
Dia tersenyum maklum, "Kalo mau berhenti juga gapapa kok."
Aku terkejut mendengar jawabannya. Tidak langsung menjawab, kutengadahkan kepalaku ke atas, entah dari mana keraguan tiba-tiba terdengar dari dalam diriku. Melirik Jisung dan melihat mukanya aku menjadi kasihan, lagi pula mama bilang aku harus menjadi orang yang berkomitmen.
Ya walaupun, mama juga tak berkomitmen dengan janjinya.
Terlalu asik melamun sepertinya, sampai tak sadar aku jika Jisung telah membayar es krim dan berdiri di sebelahku memegang sebuah kamera.
Dia pun memotret mimik ku tanpa seizin. Ilegal. Wajahku merengut. Terdengar lagi bunyi bidikan kamera yang Jisung pegang. Belum sempat aku rebut kamera itu, Jisung telah mengangkatnya tinggi-tinggi, tau jika aku tak bisa menggapainya.
"Untukku satu ya, buat nakut-nakutin tikus di rumah!" Dia terus tertawa terpingkal-pingkal.
Kesal, ku tinju lengannya, "Jisung jail ah!"
"Biarin wleee."
Saat dia lengah ku rebut kamera itu dan ku potret dia yang masih sedang tertawa. Nampak bahagia, syukurlah.
"Hey kalo mau foto orang ganteng bayar dulu dong!"
Aku mencibir. Jisung mengeluarkan seringai nakalnya yang sangat jarang ia tunjukan. Mungkin efek terlalu lama bergelut dengan kasus Black Pearl Residence ini.
"Hey anak muda!" Teriak seorang penjual tua yang mukanya nampak masih segar. "Jangan lupa, saya minta foto kalian berdua ya! Untuk di pajang di sana."
Jisung kembali merebut kameranya dan mengbil posisi untuk foto bersamaku. Meski terkejut karena dia bertindak tiba-tiba aku tetap mengambil pose bergaya. Hasilnya langsung di pasang pada bagian yang sangat strategis.
"Agar mudah di lihat orang." Jisung memberikan alasan saat aku protes mengapa harus di letakan di bagian atas paling tengah.
Hari itu, Jisung berhasil memancing tawa pada saat aku hampir lupa bagaimana caranya tertawa. Terimakasih.
Terimakasih, Jisung Park.
Share an ice cream with someone special, it would be better.
Hasil foto mereka. Pake polar dongs.
Spoiler : - Chap berikutnya mulai ga bahagia lagi.
Jangan lupa gajiku ya mamank. Terimakasih.
Gaji [re voment]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Tiga Pagi - Chensung
أدب الهواةStart : Mei 2019 [ Private Acak] End : 5 Mei 2019 Bukan waktu yang tepat untuk tetap terjaga pada pukul tiga pagi. Lebih baik kau tarik selimut, tutup matamu segera, dan terlelap lah. Karena siapa tahu, akan ada sesuatu yang menghampirimu entah untu...