3A.M #2A

4.2K 701 44
                                    

Anjing Berekor Tiga dan Misterinya



Aku menggulingkan badanku ke kanan dan ke kiri. Merasa tak tenang dan enggan memejamkan mata.

"Le kamu belum tidur nak?" Suara mama terdengar jelas dari balik pintu kamar yang kemudian terbuka.

"Belum." Sahutku dan duduk di atas kasur melihat mama yang mendekat dan juga duduk di pinggir kasurku. Ia membelai surai lembutku dengan tatapan sendu dengan sedikit keraguan.

"Mama kenapa?"

"Mama ingin berbicara ini. Mulai besok mama akan kembali bekerja."

"Lah?" Aku terkejut. Mama tiba-tiba mengambil keputusan tanpa menyertakan aku di dalam perundingan nya. Sudah sedari dulu mama di tawari begitu banyak pekerjaan namun tetap di tolaknya dengan alasan ia hanya ingin menjadi ibu rumah tangga dan mengamati pertumbuhan anaknya.

Kenapa mama berubah pikiran?

"Mama tau ini sedikit mengecewakan. Tapi saat kamu dewasa nanti, kamu akan tau kenapa mama dan papa ngambil keputusan ini. Lagian ini demi kebaikan mu."

Tangan mama menggenggam erat kedua tanganku, sebentar, kemudian beranjak dan menutup pintu kamarku dengan sedikit senyum sebelumnya.

Aku melamun setelah mama pergi. Aku ingin menangis namun, sebagai anak aku harus mendukung keputusan orang tua. Aku anak kuat, aku tidak cengeng.

Sayup-sayup ku mendengar suara gesekan biola. Ini bukan berasal dari rumahku. Dengan insting kutapakan kakiku dan berjalan menuju balkon kamar.

Itu Jisung.

Ternyata rumah kami bersebelahan. Kupandangi permainannya. Mata yang terbuka dan kadang akan kembali tertutup mengisyaratkan penghayatan dalam permainannya. Menguapkan kesedihan dan kekecewaan. Ku tutup mataku damai, menikmati setiap nada yang keluar dari gesekan indah itu. Saat ku buka mataku, aku mendapatkannya. Aku akan mempercayainya.

🐺

Aku terbangun. Tak kusangka aku bisa tertidur di lantai seperti ini. Suara biola tak terdengar lagi, aku pun terhuyung menuju kasur ku dengan sedikit melirik jam yang tergantung di kamar ku. Jam tiga rupanya.

Hendak kembali terlelap aku di kagetkan dengan suara jeritan seorang anak perempuan. Aku bangkit dan melihat dari jendela, terdapat seorang anak dengan piyama dan rambut yang berantakan sedang di kejar oleh seorang berjubah.

Orang itu menggenggam pisau di sebelah tangannya. Sang anak masih berlari sembari menjerit dan sampailah ia di sebuah rumah kemudian mengetuk keras gerbang rumah tersebut. Dapat kulihat di lantai dua, lampunya masih menyala, dan jika aku tak salah sang penghuni mengintip dan melihat sang anak yang anarkis menggedori pintu gerbangnya. Kemudian ia berbalik dan mematikan lampu.

Dia tak perduli.

Demi Tuhan, apa ini sebuah film?

Mataku menatap sekeliling. Sampai pandangku menemukan Jisung yang sudah berada di balik pagar. Aku mengisyaratkan untuk "Membantu si anak."

Namun, Jisung hanya menggeleng.

Hey! Biadab!

[✓] Tiga Pagi - Chensung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang