Si Pembunuh.
•
•
•Jisung duduk di hadapanku sekarang. Sudah beberapa saat yang lalu kami saling hening bergelut dengan pikiran masing-masing. Ku amati Jisung yang masih setia menulis di atas pasir seolah kejadian yang ku alami semalam tidak berarti.
"Lama-lama aku malah ga yakin sama kamu."
Dia beralih menatapku, "Kenapa?"
"Astaga mr. Park sifatmu itu. Sekarang bukan waktunya untuk mengulur waktu."
"Maaf." Mukanya berlatih serius, "Apa yang hantu itu katakan?"
"Yang ku ingat dia meminta bantuanku."
"Bantuan untuk apa?" Aku menaikan ke dua bahuku, aku juga tak tau masalahnya. Melihat jawabanku sepertinya membuat Jisung kehilangan harapan.
Kupegang kedua bahunya, "Kita pasti bisa. Jangan menyerah."
Pasti.
🐺
"Jadi kamu di rumah sendirian?" Jisung bertanya sesudah menengguk jus jeruk yang aku sajikan.
Aku menatap sekeliling. Dulu rumahku tak pernah sesepi ini, sebelum mama mengambil keputusan itu. Perasaan hampa muncul tak terkendali. Sial.
"Hey, aku bertanya nih." Pekiknya menyadarkan ku akan lamunan.
"Dulu engga. Tapi setelah pindah ke sini mama memutuskan untuk bekerja kantoran."
"Jadi itu alasan muka menyedihkan mu itu?"
"Bagaimana tak sedih. Dulu ia berjanji untuk tetap berada di rumah mengurus bocah dan suaminya. Sekarang tak tanggung-tanggung ia memilih menghabiskan waktu di kantor seharian."
Air mataku hampir saja lepas. Jisung mengangguk maklum dan menarik napasnya panjang. "Kita sama, tenang aja."
"Apanya?"
"Dulu mamaku juga sama seperti mamamu. Namun nyatanya sekarang apa..." Dia menyengir, mendesah salah tingkah dan mengalihkan pandangannya padaku.
"Maaf jadi cerita masalah pribadi. Yang jelas sekarang kamu ga sendirian, kan ada aku."
Aku tertawa untuk mencairkan suasana. "Benar... benar... Sepertinya kita telah di takdirkan untuk menjadi rekan. Nasib kita aja sama."
Lawan yang ku ajak bicara itu tertawa geli, "Bedanya, aku itu ganteng dan kamu itu cantik, lucu." Dia masih tertawa melihat muka ku sebal.
"Aku ini lelaki ya!"
Setelahnya kami tertawa terbahak-bahak. Disela candaan aku berjanji di dalam hatiku, untuk menjadi teman terbaiknya. Entah hanya perasaanku atau memang, seperti ada yang menjajah kebahagiaan nya.
Wise people said, "Happiness is a simple thing."
So simple thing, where have you gone?∆
Seperti biasa, saat di sekolah aku menghabiskan waktu istirahat ku bersama Yangyang. Disela candaan kami saat hendak kembali ke kelas, dari sudut mata aku bisa melihat laki-laki mirip dengan Jisung di sudut kantin melempar senyum sekilas pada ku. Walaupun singkat nampak olehku suasana melankolis terpapar di sana, sebelum dia menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Tiga Pagi - Chensung
FanfictionStart : Mei 2019 [ Private Acak] End : 5 Mei 2019 Bukan waktu yang tepat untuk tetap terjaga pada pukul tiga pagi. Lebih baik kau tarik selimut, tutup matamu segera, dan terlelap lah. Karena siapa tahu, akan ada sesuatu yang menghampirimu entah untu...