3A.M #9

4K 550 79
                                    

Last One



Ketika aku membuka mata, aku berada di depan patung anjing perumahan. Ekor terakhirnya jatuh ke tanah, kemudian anjing itu menjadi hidup. Selubung emasnya melumer. Api-api mengerubuni badannya, kukunya yang panjang menyakar pada tanah yang di pijaknya, kemudian muncul duri tajam dari bagian atas tubuh si anjing.

Seolah kejadian maha-dasyat sedang terjadi, seluruh warga Black Pearl Residence keluar dari rumahnya. Semua lampu menyala terang, awan hitam terbelah menyusupkan cahaya gemerlap.

Anjing itu melolong keras yang disauti entah anjing lain dari mana. Mata anjing di hadapanku menyala, seperti hewan yang kelaparan setengah mati, ia ingin melahapku. Ia mengambil ancang untuk menerjang ku, siap melompat dan menyerang.

Namun, sebuah cambukan mengenai tubuh anjing itu. Cambuk besar dari langit yang menghempas kan tubuh si anjing ke kanan dan ke kiri. Entah cambukan yang ke berapa kali, anjing itu di angkat ke langit dengan keadaan tak berdaya. Saat tubuhnya hampir menyentuh langit, ia meronta, namun sesaat nya tubuhnya hancur berkeping.

Aku menutup mukaku, melindungi dari ledakan yang mungkin terjadi. Yang ku dengar malah isak tangis dari warga Black Pearl Residence. Pantas saja manusia berpakaian putih turun dari langit, tersenyum saat melihat anggota keluarga mereka. Ku sipitkan mata, aku melihat anak yang waktu itu di kejar-kejar oleh pembunuhnya.

Ah, mereka orang-orang yang di korbankan menjadi persembahan setan.

Mataku beredar, mencari sosok Jisung yang tak keliatan walau badannya yang ku ingat sangat tinggi menjulang. Yang ku temukan sepasang suami istri mendekat ke arahku dengan tangisan yang tersedu-sedu.

"Maafkan papa nak." Ia mengangkat tanganku membawa ke arah pipinya.

"Tampar saja papa bodoh mu ini. Tampar sekeras mungkin."

Aku menggeleng, "Enggak pah, papah ga salah. Yang salah kan iblisnya."

Aku langsung memeluk mereka. Menyalurkan kehangatan yang akhirnya kembali di dapatkan. Walaupun terlambat sudah keadaannya.

Seketika Black Pearl Residence dipenuhi tangis haru. Warganya kembali memiliki jiwa kemanusiaannya. Bagaimana saat manusia di tinggalkan oleh keluarga, kerabat, dan orang terdekat nya.

"Terimakasih telah menjadi orang tua terbaik, Papa Jeno, Mama Renjun."

Sinar terang muncul dari belahan langit. Sosok berpakaian putih mulai hilang satu-persatu dengan senyum merekah bahagia. Saat itu aku sempat menemukan sosok yang ku cari tadi.

Jisung..

"Mencariku ya kamu?" Godanya dengan tatapan jail super menyebalkan.

"Oh jadi ini yang namanya Chenle, aiguu imut sekali." Ucap Haechan semangat mencubit pipiku. Aku tersenyum padanya.

Jisung membantu melepaskannya. "Hey dia itu untukku." Kata Jisung yang di hadiahi pukulan pada kepalanya. Haechan si pelaku, bukan aku.

Ku lirik, keluarga Jisung saling menguatkan melihat interaksi Jisung dan Haechan dengan mata super sembab.

"Nah, ini Haechan. Tau kan kamu. Masih ganteng aku." Jisung mengenalkan Haechan nya. Huh.

"Ya udah sih! Aku pergi dulu ya, ga mau ganggu yang udah punya pasangan!" Haechan pergi berbalik sambil tertawa dan melambaikan tangannya. Kemudian hilang.

"Ga salah aku pilih kamu jadi rekanku. Jiwa mu besar, makanya ini bisa berakhir."

"Awalnya aku takut. Tapi aku ingat katamu, semua manusia toh akan mati. Ya jadi berkorban sedikit gapapa lah hehe."

Setelahnya kami tertawa sedikit. Tubuh Jisung kelamaan mulai menipis. Sebelum hilang ia berpamitan pada keluarganya, lalu kepalanya kembali menghadap ku dan berkata, "Sampai jumpa di langit sana. Sudah tau kan arti I.W.A.L.Y?"

Aku percaya pipiku sudah semerah kepiting rebus saat itu.

"Kurasa kamu sudah tau, ya?" Dia tersenyum manis, dan melambaikan tangannya kepadaku, "Sampai jumpa, IWALY!!!"

Hilang.

Tinggal aku satu-satunya roh yang masih di bumi. Seluruh warga Black Pearl Residence menatapku sendu. Senyum mereka akhirnya aku lihat. Seakan mengucapkan beribu terimakasih.

Ah masih ada saja yang menangis tersedu-sedu. Siapa lagu kalau bukan mama papa.

Kupeluk mereka erat, untuk terakhir kalinya. Sesegera di balasnya pelukanku. Kemudian, roh ku pun ikut menipis. Tak lagi bisa di jamah oleh manusia. Saat itulah untuk terakhir kalinya aku mendengar suara tangisan mama, sampai akhirnya...

Aku hilang. Benar-benar menghilang.
Tak akan kembali. Telah mati.
Terimakasih semuanya sampai jumpa.




End yo end yo! Akhirnya pegel nih ngetiknya, gajiku mana?!
Setelah ini akan ada chap bonus!

1. Penjelasan tentang Black Pearl Residence, apa yang sesungguhnya terjadi. Karena belum di ceritakan semua kisahnya sama si lele.
2. Side story kalo aku ga mager. Tapi harus ku buat sih biar greget makjos.

Sampai jumpa! Di tunggu ya:)

[✓] Tiga Pagi - Chensung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang