3A.M #3B

2.9K 602 41
                                    

Keesokan paginya, Jisung menemukan satu kantong plastik berwarna hitam dengan bau yang menyengat di persimpangan jalan.

Yang lebih mengejutkan, satu dari tiga ekor milik patung anjing didepan perumahan itu menghilang.

Satu penemuan lagi di Black Pearl Residence.

Lengkap dengan seragam yang penuh keringat di bawah terik matahari, aku dan Jisung berkutat di tempat pembuangan sampah milik korban pembunuhan di perumahan ini.

Tempat itu berupa sebuah rumah 'kecil' di pojok perumahan yang jarang di lalui. Kami berharap dengan bantuan barang-barang korban, dapat menjadi alat bantu untuk pemecahan misteri ini.

Di sini barang-barang dibiarkan tergeletak tak tersusun. Ada bola basket, pakaian bermerk internasional, cincin, dan masih banyak lagi. Sempat pula aku temukan kartu ucapan dengan sebuah foto ibu dan anak.

Happy mother's day! I Love you mom:3

Kartu itu berbekas telah di remas kuat dilihat dari bentuknya.

Debu yang menumpuk membuat indra penciuman sedikit terganggu. Ku lihat Jisung yang cekatan mengobrak abrik barang-barang di sekitarnya. Sampai tangannya berhenti pada sebuah koran dan terpaku karenanya.

Yang terlihat, koran tersebut berwarna kuning dengan bau kertas yang telah usang. Jari panjangnya langsung menunjuk ke arah judul koran itu. Berita berisi bagaimana seseorang menghasut orang lain untuk bergabung dalam sekte setan, sekte itu mulai berkembang, dan seorang dari anggota bercerita hal apa yang harus di lakukan.

"Menyerahkan jiwa pada setan?" Jisung menyipitkan matanya, bagaimana orang-orang itu bisa dibodohi dengan memberikan nyawa mereka bahkan nyawa orang yang mereka sayang demi bukti kesetiaan pada iblis.

Berita selanjutnya, bagaimana anggota-anggota sekte tersebut menjadi seseorang yang sukses. Ada pula mantan anggota sekte yang meninggal tragis setelah berkoar di luar anggota sekte untuk tidak terpengaruh dan terhasut pada penawaran kenyamanan dan kesuksesan sang sekte.

"Hanya itu?" Kataku belum puas dengan apa yang kami dapatkan.

"Belum." Jisung menyangkal dan menunjukan potongan koran di tangannya.

" Jisung menyangkal dan menunjukan potongan koran di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bulu kudukku tiba-tiba meremang, terasa hingga ke ubun-ubun. Kami berpikir dalam hening.

Sampai, terdengar boneka bayi tertawa yang tanpa sadar sudah duduk di atas tumpukan koran. Mata bolongnya serasa mengusir kami segera. Belum cukup sampai di situ, boneka Teddy bear juga tiba-tiba terlempar, ralat, hanya kepalanya. Semua benda yang berbentuk makhluk hidup tiba-tiba bergerak atau sekedar mengeluarkan suara gaduh.

Tanpa sadar tanganku meremas takut ujung baju Jisung. Matanya menatapku gusar, mengajakku berlari keluar dengan koran yang penuh di tangannya.

Berlari cukup jauh, kami mulai berhenti dan mengatur napas yang sudah tidak beraturan. Lelah berlari dan serasa hampir mati.

Jisung melirikku, "Kau tau apa yang aku pikirkan tentang kasus ini?"

"Benang merahnya, sekte setan." Dia tersenyum sumringah setelah mendengar jawabanku.

"Lalu? Kita harus apa?"

Jisung berpikir sejenak. Ciri khasnya saat berpikir sungguh kentara. Dengan dahi sedikit terlipat atau mata yang ia tujukan ke atas. Kadang saat Jisung susah mengungkapkan sesuatu, ia akan membuat sebuah gerakan, seolah-olah bahasa isyarat yang bersyukurnya dapat aku pahami dengan mudah.

"Kita harus mencari, siapa-siapa saja anggota sekte di perumahan ini lalu menyingkirkan nya."

Aku sedikit tak percaya, "Dua manusia mungil seperti kita? Bagaimana caranya Jisung Park."

"Kita pikirkan nanti. Untuk sekarang kita berfokus pada bagaimana kita mencari apa hubungan antara Black Pearl Residence dengan si sekte dan informasi tentang anggota sekte sialan itu. Jika kita telah mendapatkan akarnya, akan mudah untuk mengendalikan nya."

Aku begitu menyukai sosoknya yang penuh analisis dan pandangan ke depan yang jelas. Penuh perencanaan. Tak ada alasan untuk aku menyanggah pernyataannya, lalu ku anggukan kepala.

Hallo mamank. Jangan lupa gaji ku ya sayang. Kenalan yok kenalan biar akrab, dan ga pelit tentunya. Wkwk

[✓] Tiga Pagi - Chensung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang