"Oh jadi ini arti sahabat menurut lo Nadh?" Hans yang ikut terbawa suasana pun mulai angkat bicara.
"Cukup Hans" Kinan berusaha menenangkan Hans agar tidak ikut terpancing
"Lo, kalo ga tau apa-apa diem. Gak usah sok menjadi ratu yang paling tau!" ujar Nadhira
Kinan tidak mengerti apa yang terjadi pada Nadhira tiba-tiba ia berubah menjadi sosok yang pantas untuk dibenci
Nadhira mendekat ke arah Kinan
"Gilaa gilaa, seorang batu sekolah sekarang dapat berbicara setelah sekian lama diem kaya orang bisu" ucap Nadhira dengan nada mengejek
Mendengar ucapan Nadhira sontak membuat Hans mendorong bahu Nadhira, hingga tanpa Hans sadari Nadhira berada diambang kematian.
Nadhira terpeleset dan sekarang tergantung di sisa tembok yang ada. Satu tangannya memegang tembok agar ia tidak jatuh ke bawah.
"Tolonggg! Nan bantuin guee" Nadhira menjerit untuk minta bantuan pada Kinan
"Jangan Nan biar dia mikir kalo dia ga pantes ada disamping lo" ketua Hans
Hans mulai tidak suka dengan sikap Nadhira dan kini Hans membiarkan Nadhira tergantung di pinggir tembok.
"Setelah lo maki-maki gue, sekarang lo minta bantuan gue? Makan tuh sampah yang udah lo buang!" ucap Kinan yang hanya melihat Nadhira mulai melemah.
Satu sekolah sudah meminta Kinan untuk menolong Nadhira tapi yang Kinan lakukan hanya memainkan ponsel di tengah Nadhira yang hampir mati.
Kinan pun menaruh ponselnya ke dalam kantong rok dan mendekat ke arah Nadhira
"Apa lo masih pantes untuk gue tolong?" tanya Kinan tepat di wajah Nadhira.
Hans yang melihat Kinan dan Nadhira sedikit miris, sebab seorang sahabat yang dulu benar-benar menyayangi kini harus hancur entah karena masalah apa.
Tiba-tiba Kinan menyodorkan tangan kepada Nadhira, ya Kinan akan menolongnya dibantu oleh Hans.
Akhirnya Nadhira dapat naik dengan selamat. Saat Nadhira ingin memeluk Kinan dan ingin mengucapkan terima kasih Kinan lebih dulu pergi meninggalkan nya.
Beruntung kejadian ini tidak sampai ke telinga guru, jika itu terjadi maka selesai sudah nasib Hans, Nadhira, dan Kinan.
Setelah sampak kelas Kinan langsung duduk dibangkunya dan tidak lama Nadhira dan Hans datang. Nadhira duduk di sebelah Kinan
"Nan maaf tadi gue kebawa emosi, maaf gue belum cerita penyebab apa yang buat gue emosi. Maaf gue ga bermak--"
"berisik!" ucap Kinan di sela-sela pembicaraan Nadhira
Setelah itu Kinan memakai earphone lalu beranjak dari tempat duduknya, kini Kinan duduk di tempat duduk yang lain.
Kinan memutuskan untuk berpindah tempat duduk.
***
Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Semua murid sudah membereskan bukunya dan bersiap untuk pulang
Saat Kinan ingin pulang tiba-tiba Kevin datang menghampirinya
"Lo dicariin kaka kelas di luar" ucap Kevin
Kinan tidak memberikan jawaban apa-apa ia langsung keluar dan melihat siapa yang mecarinya ternyata Daffa.
"Lo balik ama gue" Daffa langsung mengandeng tangan Kinan dan mengajaknya pergi.
Namun Kinan masih diam membatu bahkan melepaskankan tangan yang dipegang Daffa
"No. Thanks" Kinan langsung pergi meninggalkan Daffa
"Lo harus pulang sama gue" Daffa kembali mencekal tangan Kinan
"Lo liat, cewe yang mau balik sama lo tuh banyak, tapi gue bukan salah satu diantara meraka. Gue ga mau!" Kinan menunjuk gerombolan cewe-cewe yang sedang melihatnya dengan Daffa
Daffa pun mengambil ponselnya dan menunjukan sesuatu dan itu adalah pesan dari Wira
Kinan pun tidak bisa menolak jika sudah berhubungan dengan Wira. Akhinya mau tidak mau Kinan harus pulang bersama Daffa.
Sepanjang jalan menuju parkiran banyak sekali omongan dari para perempuan yang menyukai Daffa, dan Kinan sangat merasa terganggu akan hal itu.
📛📛📛
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BEYOND SAMPAI PART TUJUH BELAS
to be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
BEYOND
Teen FictionAku bukan perempuan pendusta tetapi.. Masa lalu itu selalu menjebak aku dalam keheningan, Namun itu adalah dunia ku. Siapa pun yang menghancurkannya, akan aku hancurkan juga. Tentang masa lalu dan masa depan yang bertolak belakang, hingga akhirnya...