Beyond | Part 18

16 4 0
                                    

Karena banyak sekali nyinyiran yang Kinan dapat akhirnya ia menyumpal telinganya dengan earphone. Entahlah apa yang sedang Wira fikirkan hingga meminta Kinan untuk pulang bersama Daffa.

Sesampai nya di parkiran ternyata mobil milik Daffa sudah dipenuhi oleh teman sekelasnya, yang tak lain Bima, dan Farhan.

"Anak siapa nih lu bawa?" Farhan langsung mendekat ke arah Kinan sedangkan Bima masih fokus pada ponselnya dan belum mengetahui keberadaan Kinan.

"Ade kelas" jawab Daffa singkat

Daffa bukanlah tipe orang yang bisa berbohong, ia terkenal dengan keramahan nya namun pada beberapa orang saja. Selebihnya ia akan bersikap dingin terutama pada adik kelas atau bahkan teman sebaya yang menyukainya.

"Kenalin atuh" jiwa playboy Farhan seketika muncul saat melihat Kinan.

Siapa yang tidak suka dengan Kinan, gadis yang memiliki tubuh tidak terlalu tinggi, serta rambut hitam pekat, dan dua bola mata berwarna gray pertanda bahwa ia blasteran Indonesia-Amerika.

"Kinan" Daffa menunjuk Kinan ke arah Farhan dan Farhan menjulurkan tangan tanda perkenalan diantara mereka

"Farhan Nugroho Satyanegara" nama yang sangat panjang dia sebutkan secara lengkap dan cepat.

"Woi Bima Sakti" Farhan memanggil Bima dengan sebutan yang sangat Bima benci, namun saat dipanggil dengan sebutan itu Bima pasti langsung menoleh. Bukan karena suka melainkan ia ingin mencari siapa yang memanggilnya dengan sebutan biadab itu.

Bima sontak melepaskan matanya dari ponsel. Dan menoleh ke Farhan

Deg

Matanya langsung tertuju pada Kinan.

"Ini Kinan, degemnya Daffa ceunah" jelas Farhan yang seolah-olah lebih tahu Kinan daripada Daffa

Bima yang tadinya berada agak jauh kini sudah berada di dekat Daffa, Farhan dan Kinan. Sama seperti Farhan, Bima menjulurkan tangannya lebih dulu

"Bima Domiyanto" dan Kinan membalas tangan milik Bima.

"Yaudah gua balik duluan" Daffa berpamitan pada kedua temannya, saat ingin masuk ke mobil Farhan menarik tangan Daffa

"Jam 7 latihan band ya bebep" mendengar kata menjijikan itu Daffa langsung membalasnya

"muka setan" Daffa bergegas masuk dan menjalankan mobilnya.

Bima masih diam dengan posisi yang sama saat berkenalan dengan Kinan. 

Suasana didalam mobil milik Daffa benar-benar hening tidak ada yang berbicara, sampai akhirnya Daffa memberhentikan mobilnya ditepi jalan

"Gua ga tau rumah lo" Daffa menatap lurus ke arah jalan dengan muka pasrah karena bingung harus menjalankan mobilnya ke arah mana.

Bukannya menjawab Kinan malah memegang ponsel dan mengetik sesuatu

"Nan, gua ga tau" Kini ia menghadapkan wajahnya ke arah Kinan dan tiba-tiba Kinan menyodorkan ponsel miliknya disana tertulis

Perumahan Griya Cahaya Blok Az No.30

Daffa langsung menatap sinis Kinan dan mendumel di dalam hati

"ngomong kek, lu master limbat apa batu karang si"

Daffa tahu perumahan itu. Perumahan tersebut sangat dikenal karena itu adalah kompek pejabat/TNI/ABRI yang masih atau  sudah tidak bertugas.

Suasana kembali hening tidak ada yang berbicara 30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah berwarna monokrom yang cukup luas

"Bokap lo abri?" tanya Daffa saat Kinan ingin turun dari mobil

Bukannya menjawab pertanyaan Daffa Kinan sudah lebih dulu keluar dari mobil.

"Thanks" ucap Kinan kemudian ia masuk kedalam rumahnya.

Daffa yang sangat kesal dan gemas dengan sikap dingin Kinan pun akhirnya pergi menjalankan mobilnya.

***

Kinan pun melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah. Rumah ini masih sama, 7 hari ditinggal Kinan tidak ada yang berbeda.

Saat melewati halaman semua tampak sama, saat Kinan membuka pintu ada ibunya yang sedang duduk dan melipatkan kedua tangan di dada.

"Masih ingat rumah rupanya" ucap Laras dengan nada ketus

"Ibu fikir jiwa kasih sayang kamu sudah putus" lanjut Laras.

Kinan menghela nafas panjang baru saja pulang ia harus menerima omongan dari ibunya

"Jika saya tidak punya kasih sayang. Mana mungkin kembali ke rumah ini, faham?" jawab Kinan tak kalah ketus, Kinan sudah sangat bosan bertengkar dengan ibunya

"Saya lelah bertengkar dengan anda, jika kehadiran saya tidak diinginkan. Saya akan pergi tanpa anda minta, sebab saya tahu anda sudah tidak menginginkan saya" lanjut Kinan.

"Silahkan, pintu rumah ini selalu terbuka untuk kepergian mu" setelah selesai bicara Laras bangkit dari duduknya lalu pergi menuju kamar.

Kinan yang melihat kepergian ibunya memejamkan matanya sejenak lalu berdiri menuju kamarnya.

Setibanya Kinan di kamar, Kinan memilih untuk mandi. Mungkin dengan berendam air hangat bisa membuat fikirannya tenang, walaupun sedikit.

📛📛📛

TERMIKASIH SUDAH MEMBACA BEYOND SAMPAI PART DELAPAN BELAS
.
.
.
.
.
see you next chapter😘


BEYONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang