9 • Menangis

5.5K 974 40
                                    

SILENCE

•••

Pukul 11 malam minho masih menatap televisi tanpa minat. ia belum mengantuk bahkan entah kenapa matanya terasa lebih segar

ia kembali memikirkan sang tetangga yang belakangan ini selalu memenuhi isi otaknya

Samar-samar Minho mendengar sesuatu. Isak tangis

minho berjalan keluar mencari-cari sumber suara yang ternyata berasal dari rumah sebelah.

Minho menoleh Matanya menatap punggung lelaki di samping rumahnya tengah meringkuk memeluk lututnya sendiri

'Han ?'

Minho mundur dan bersembunyi di samping tembok. tidak ada ucapan yang keluar dari bibir sang tetangga yang keluar hanya isakan pilu entah karena apa

minho memicingkan matanya untuk melihat jisung lebih jelas. tidak ada yang berbeda dari sebelumnya, jisung masih menggunakan kemeja yang biasanya dipakai bekerja

'lalu kenapa ia menangis?'

minho hendak keluar dari persembunyian nya namun jisung sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah

Minho menghelah nafas kasar, mau tak mau ia kembali masuk ke dalam rumah.

Pikirannya melayang, menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi pada sang tetangga.

ia belum pernah melihat sisi lain dari tetangganya tersebut. ternyata jisung cukup Rapuh dan menyedihkan

Hari berikutnya minho kembali terbangun pukul 4 dan mungkin akan menjadi kebiasaanya bangun terlampau pagi

ia melihat jisung menyapanya dengan senyum manis terpasang di bibir pucat tersebut

Minho yakin jika tetangga nya itu menangis semalaman karena ia melihat mata bengkak nya dengan jelas bahkan mata tersebut terlihat masih sedikit basah dan memerah

Minho hendak menggerakan jemarinya bertanya pada jisung mengenai kondisinya yang kini terlihat cukup kacau dari hari sebelumnya namun jisung sudah beranjak pergi dari tempatnya sebelum minho berhasil menggerakan jemari

'buru-buru sekali'

Hari berangsur siang. minho hendak keluar untuk membeli sesuatu namun langkahnya terhenti ketika seorang lelaki bertubuh tinggi tegap dan mengerikan tengah mengetuk-ngetuk pintu han keras-keras.

tetangga lain yang kebetulan melihat menegur sang lelaki dan berkata jika sang pemilik rumah-Han- tidak ada di rumah karena ia sedang bekerja

lelaki tersebut berdecak kesal namun mengangguk dan meninggalkan rumah tersebut

Tanda Tanya bertambah dalam kepala Minho.

drtt.. drrtt..

ponselnya bergetar tanda panggilan masuk.

'ibu?'

minho mematikan sambungan tersebut. entah sudah keberapa kali ibu dan beberapa anggota keluarganya menghubunginya namun minho selalu menolaknya.

•••

Minho menyeruput kopinya sejenak namun matanya fokus menatap layar dan jemarinya lihai bergerak di atas keyboard mengetik sesuatu.

jam menunjukan pukul 11 dan seharusnya jisung sudah pulang

Minho bangkit dari duduknya untuk menyibak kecil tirai dan benar saja ia melihat jisung berjalan lunglai kelelahan.

Namun ada yang berbeda, jisung berjalan dengan tangan yang mengusap wajahnya dan punggung yang terlihat bergetar hebat.

Jisung menangis lagi

Minho membuka pintu hendak menanyakan keadaan jisung namun jisung seperti terlarut dengan kesedihannya hingga tidak sadar jika minho menatapnya cukup lama.

tidak sengaja jisung mendongak hingga Keduanya saling bertatapan.

Ia menatap minho dengan air mata yang terus menerus menetes, sementara minho menatapnya dengan wajah khawatir yang ketara.

Jisung menghentikan jalan nya dan menangis semakin deras saat melihat wajah khawatir tetangganya tersebut.

minho berjalan mendekat dan menghambur memeluk tubuh sang tetangga erat

'yatuhan kurus sekali , apa ia cukup makan akhir-akhir ini ?' Minho membatin

dilepasnya pelukan Erat tersebut setelah dirasa tangis jisung mereda. Ia mengantar jisung kembali menuju rumah

"mi-minho ma-maukah kau menginap dan  menemaniku malam ini?"

minho senang. mungkin inilah kesempatan baginya untuk bertanya tentang apa yang terjadi pada jisung belakangan ini.

'Tentu Saja'

•TBC•






































gada yang tertarik sih sama cerita ini

Me: lhaa bodo amat..lah bodo amat ..

[1] ѕιlence  || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang