POV Alex
Flashback on
" Cinta terkadang bisa merusak segalanya baik keluarga , teman , maupun sahabat" ucapan Nayla sebagai pembukaan ceritanya membuat gue sedikit bingung. Tapi gue nggak berniat memotong. Membiarkan Nayla tetap melanjutkan ceritanya menggunakan gaya bahasa cewek itu.
"Gue sama darren dulu sahabatan, sama dito juga. Kita sahabatan dari kecil. Kita dulunya deket banget. Kemana-mana selalu bertiga. Bahkan waktu salah satu diantara kita ada yang sakit, yang dua juga ikut sakit" Nayla tertawa pelan, namun gue bisa lihat ada kesedihan di matanya.
"Mereka berdua selalu jagain gue. Gue ngerasa aman kalau ada didekat mereka berdua. Mereka udah gue anggep sebagai bagian dari hidup gue" bisa gue lihat mata Nayla berkaca-kaca. Gue langsung mengusap air mata yang menetes dari pelupuk matanya.
Isakan perlahan-lahan mulai terdengar. Gue langsung meraih bahu Nayla. Mendekap tubuh cewek itu yang mulai bergetar. Gue usap rambutnya lembut, mencoba menenangkan. Setelah merasa lebih tenang, Nayla melanjutkan ceritanya.
"Hingga hadirnya sesuatu, membuat semuanya hancur seketika. Mereka berdua bilang kalau mereka suka sama gue. Lebih dari sekedar sahabat. Gue sayang mereka berdua. Tapi untuk perasaan lebih dari sahabat, nggak mungkin kan untuk keduanya? Gue cuman bisa milih salah satu. Dan gue suka dito"
"Gue nggak mau ngerusak persahabatan kita, hingga akhirnya gue putusin buat nggak memilih keduanya. Gue pikir semuanya bakal membaik setelah itu. Tapi nyatanya enggak" Nayla menggelengkan kepala sembari kembali mengusap air mata yang mengalir dipipinya. Gue kembali mengusap bahu Nayla.
Sebelumnya gue nggak pernah tau kalau Nayla dulunya pernah punya sahabat cowok. Sahabat yang bener bener deket. Kayak gue, alvaro, sama Nayla.
"Akhir dari semuanya bener-bener nggak pernah terlintas dipikiran gue sama sekali. Gue nggak pernah nyangka semuanya bakal kayak gini." Nayla kembali menangis. Seburuk itukah masalalunya? Sampai hanya mengingatnya saja membuatnya seterluka ini?
" Dito dibunuh darren " Nayla kembali terisak. Sedangkan gue mematung.
Flashback off.
Gue mengusap pelan wajah gue. Memandang kosong pada air pantai yang bergulung mendekat. Mengingat kembali cerita Nayla beberapa hari yang lalu.
Akankah nasib hubungan gue juga gitu nantinya? Akankah ada pertikaian juga antara gue sama Alvaro? Akankah masalalu Nayla akan terulang lagi? Dengan masalah yang sama namun dengan tokoh yang berbeda.?
Saat gue menoleh , gue melihat disana ada Nayla dan Alvaro yang sedang duduk dibawah cahaya bulan .
Mereka berdua terlihat seperti pasangan . Saling menyayangi satu sama lain. Apakah gue harus mundur ? Apakah gue harus merelakan dia?
Gue rasa gue harus jauhin Nayla . Gue gak mau masa lalu dia terulang lagi nantinya.
Tapi akankah persahabatan gue cuma sampai disini?
"Jujur gue sayang sama lo Nay .
Tapi gue rasa lo lebih bahagia sama Alvaro"Gue bangkit dan berjalan menuju penginapan . Gue akan melupakan semua kenangan tentang dia , menjauh dari dia , dan menghilangkan perasaan cinta ini.
"Ini keputusan gue"
-------------
"Al " ucap Nayla
"Hmm "
Saat ini mereka berdua sedang duduk dipinggir pantai menikmati pemandangan malam yang indah . Nayla menyenderkan kepalanya di bahu Alvaro. Sedangkan Alvaro hanya diam merasakan angin malam yang menerpa wajahnya.
"Kalo lo disuruh milih. Lo milih bulan atau bintang ?" Tanya Nayla dengan kepala mendongak menatap bintang bintang di langit.
"Gue pilih bintang "
Nayla menoleh sepenuhnya kearah Alvaro " Kenapa? "
Alvaro diam sejenak sambil melihat keatas sana . Disana banyak bintang yang sangat indah . Tapi matanya tertuju pada satu bintang yang berada paling jauh dari bintang bintang lainnya.
"Lo liat bintang yang disana? " ucap Alvaro sambil menunjuk salah satu bintang diatas sana.
Nayla mengikuti arah telunjuk Alvaro. Yang ia lihat disana hanya sebuah bintang yang sendirian , jauh dari bintang bintang lainnya .
"Kenapa sama bintang itu ? "
" Dia mungkin bukan satu satunya bintang dilangit . Tapi dia adalah bintang yang paling terang diantara bintang yang lainnya " ucap Alvaro dengan mata yang masih menatap langit.
Nayla setia mendengarkan Alvaro. Sambil sesekali ia melihat kearah Alvaro.
"Gue pengen seperti dia. Berusaha bersinar terang , agar dilihat oleh seseorang . Walaupun itu hanya sebentar " ucap Alvaro sambil melihat ke arah Nayla yang juga sedang menatapnya.
Mereka berdua tenggelam dalam tatapannya masing masing . Nayla tersenyum kearah Alvaro dan beralih menatap Bulan di atas sana.
"Kalo gue lebih suka bulan " ucap Nayla dengan senyum dibibirnya. Tapi Alvaro tau, itu adalah fake smile .
" Karna bulan , gue bisa mengerti apa arti kesendirian . Disaat semuanya menjauh , dan kita hanya seorang diri . Dari sini gue paham , bahwa semua masalah kadang hanya diri sendiri yang bisa menyelesaikan . Percuma kan ya cerita sama orang , karna mereka cuma kepo bukan bener-bener peduli "
Alvaro kagum dengan wanita yang ada disampingnya ini. Ia sangat pintar menyembunyikan perasaannya. Walaupun banyak masalah yang datang seiring waktu , tapi gadis ini tetap tegar . Selalu menyelesaikan masalahnya sendiri , tanpa mau membebankan orang lain.
"Gue punya sesuatu buat lo"
"Apa ?" Nayla menoleh kearah Alvaro. Ia melihat Alvaro mengeluarkan kalung dari saku celananya. Kalung perak dengan gantungan bulan dan juga terdapat dua bintang diatasnya.
Tubuh Nayla mematung saat ada seseorang memakaikan kalung itu ke lehernya. Jarak antara mereka sangat dekat , hingga hembusan nafas Alvaro terasa di wajah Nayla. Saat Nayla menatap Alvaro , Alvaro balas menatap Nayla dengan posisi mereka yang masih sangat dekat ."Jangan dilepas , kalo bukan gue yang suruh " Setelah mengatakan itu Alvaro menjauhkan wajahnya dari Nayla dan berjalan memasuki penginapan.
"Njirr jantung gue "
---------
See you next chapter
Salam dari author
Stephanie.NA 😙
Ig : stephn_a
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYLA
Tienerfictie{HIATUS} Andai aku bisa memilih biarkan cinta antara kita tetap terjaga dan baik baik saja untuk selamanya , tapi kenyataan selalu memberi pilihan pahit antara memilih dirimu atau memilih dirinya.