"Y/N, apa kau tahu jawaban soal sejarah yang ini?" Tanya Peter suatu malam menghampirimu yang sedang mengerjakan tugas di rumah Peter. Tepatnya di lantai kamarnya.
Peter memang pandai. Tapi, hanya di pelajaran sains dan matematika. Selebihnya, seperti sejarah, sastra,dll kau yang pandai.
Ketika kau membaca soal tersebut, kau hanya bisa tersenyum. "Jadi, kau hanya bisa mengingat rumus tanpa bisa mengingat detail cerita, ya?" Tanyamu sarkastik. Peter hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Begitulah," kata Peter tersenyum manis padamu.
Kemudian, kau pun memberitahu jawabannya sekaligus bercerita tentang sejarah yang berkaitan dengan soal tersebut sehingga Peter hanya menguap mendengarkanmu bercerita hingga mulut berbusa.
Kau merupakan anak baru di sekolah Peter yang cantik, pintar, populer, memiliki tinggi (Y/H) yang mencapai standar, mata (Y/E/C) yang indah. Menurut Peter, fisikmu sangat sempurna. Bukan cuma itu, tetapi hatimu juga sangat indah.
Kau juga berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Ayahmu merupakan seorang pengusaha sukses dan ibumu merupakan seorang desainer yang karyanya sudah diakui oleh dunia.
Walaupun diberi kenikmatan seperti itu, walaupun sudah punya banyak teman, kau merasa ada yang kurang. Entah apa itu.
"Jadi begitu ceritanya. Apa kau paham?" Tanyamu menatap Peter yang duduk di lantai di sebelahmu.
"Tidak, hehe," balas Peter tersenyum tanpa dosa.
Kau hanya menghela nafas lelah. Sudah bercerita hingga mulut berbusa, tetapi tidak dipahami juga. "Tak apa. Yang penting aku sudah menceritakannya padamu," katamu, "pasti kau memahaminya sebagian bukan?" Tambahmu tanpa berharap Peter menjawabnya.
Tak lama kemudian, tugasmu selesai juga. Karena badanmu yang sudah mulai lelah, kau memutuskan untuk langsung pulang saja.
"Err, Peter, aku pulang dulu ya. Lain kali, datanglah ke rumahku," katamu ketika kalian berada di pagar rumah Peter.
"Apa mau kuantar? Ini sudah malam," saran Peter dengan gugup yang telah menguasai dirinya.
"Oh ya, satu lagi, jangan rindu padaku," tambahmu sambil tersenyum menggoda lalu berjalan meninggalkan Peter.
Tanpa disadari, Peter terpaku di tempatnya berdiri dengan wajah yang merona saat kau mulai berjalan menjauh dari Peter.
Entah apa alasanmu untuk berjalan kaki. Padahal, bisa saja kau mengiyakan tawaran Peter. Tapi jika dipikir-pikir, itu akan memalukan apalagi malam-malam begini.
Jadilah kau berjalan di trotoar sendirian. Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Tak terasa ya pikirmu. Menurutmu, ini belum larut malam. Pernah suatu hari kau pulang dari pesta temanmu jam 2 pagi. Ketika sudah sampai rumah, kau langsung diinterogasi layaknya tersangka kriminal.
Berhubung rumah Peter cukup jauh dari rumahmu dan takut pulang lebih dari jam 12 dini hari, kau memutuskan untuk berjalan lebih cepat.
Tiba-tiba, di belakang mu ada suara mesin motor yang memelan. Ketika kau menoleh ke belakang, ada seseorang yang sedang berhenti di halte, tempat kau berada.
"Siapa dia?" Pikirmu sambil menatap motor tersebut. Motor tersebut berupa motor sport yang memiliki tempat duduk yang meninggi di bagian belakang. Orang itu menggunakan helm berwarna hitam yang menutupi seluruh kepalanya, jaket coklat, dan celana jeans abu-abu. Tak lupa juga sarung tangan berwarna hitam yang tersangkut di stang motor bersama dengan tangannya juga. Sementara, kau semakin takut dengan penampilannya.
Saat kau berjalan lebih cepat, motor itu berjalan berusaha menyamai langkahmu. Sepertinya, dia ingin menawarimu sesuatu.
Bahkan, saat kau mulai berlari motor itu terus mengejarmu seolah kau adalah mangsanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvel One Shoot Story
Short StoryLapak ini berisi tentang segala imagines kalian tentang karakter Marvel dan cast-nya Jika kalian ingin request, maka request lah di part 'request'