5

3.5K 536 48
                                    

Terkadang dia bertingkah bodoh

.

.

.

Kau tahu betul Kuroo berteman baik dengan Bokuto, kapten klub voli Fukurodani. Kau mengakui keduanya merupakan kapten klub yang baik yang mampu merangkul setiap anggota di klubnya. Cukup dewasa sebenarnya. Itu jika mereka berdua tidak bersatu, berbagi sel otak, dan bertingkah bodoh.

Seperti yang terjadi pada musim dingin tahun lalu. Entah apa yang mereka berdua diskusikan di telepon tapi kau mendapati Kuroo dan Bokuto bertaruh untuk tidak memakai kaos dan pergi keluar ketika salju turun. Bertaruh siapa yang paling lama bertahan di tengah cuaca dingin tanpa pakaian hangat.

Kau pergi mengunjungi rumah Kuroo karena dia tidak masuk ke sekolah hari ini dan dia tidak mengabarimu.

"Tetsurou." Kau mengetuk pintu kamarnya.

"Siapa itu?"

"(Name)."

Kuroo membuka pintu kamarnya, membiarkanmu masuk. Kuroo duduk di kasur begitu juga denganmu.

"Tetsurou."

"Ya?" Kuroo menatapmu dengan mata sayunya.

Kau menyentuh dahi Kuroo. Kau menghela napas panjang.

"Apa?"

"Berbaringlah." Kau membantu Kuroo berbaring dan menyelimutinya.

Kuroo tahu raut wajah (name) tidak seperti biasanya. Dia tampak kesal.

"Kau marah?"

"Tidak."

"Syukurlah."

"Aku benar-benar marah karena kau tidak peduli pada dirimu sendiri dan bertingkah bodoh. Ada apa denganmu?!

"Tunggu-"

"Akaashi menelponku. Aku tidak tahu apa yang kau lakukan dengan bertelanjang dada di tengah salju akhir pekan lalu bersama Bokuto. Akaashi ada di sana juga bukan? Dia bilang sudah mencoba memperingatkan kalian berdua. Apa yang kau pikirkan?!" Kau mencubit lengan Kuroo.

"Aww! Itu sakit (name)."

"Kau sakit karena tingkah bodohmu."

"Tunggu, Akaashi menghubungimu? Darimana kau mendapat nomornya? Kau tidak bilang kau memiliki nomor telepon Akaashi. Kau tidak berniat untuk berpaling dariku bukan?"

"Bukan waktunya untuk cemburu Tetsurou. Jangan membuatku semakin kesal karena pikiran negatifmu."

Kuroo diam. Dia membiarkan (name) merawatnya. Membuatkannya bubur dan mengambilkannya obat untuk diminum.

"(Name).." Ucap Kuroo lirih. Kau menggenggam tangan Kuroo dan mengusap kepalanya.

Kuroo terbangun, dia merasa baikan. Didapatinya (name) yang tertidur di pinggir kasurnya dengan tangan mungilnya masih menggenggam tangannya.

(Name) terbangun ketika Kuroo mencoba untuk duduk. "Merasa lebih baik?"

"Tentu."

"Ingin makan sesuatu?

"Tidak."

"Pukul berapa ini?"

"Hampir pukul lima."

"Aku akan pulang, jika kau butuh sesuatu hubungi aku."

(Name) sudah keluar dari kamar Kuroo namun kembali lagi masuk dan memeluk Kuroo erat. "Kau membuatku khawatir, kepala ayam bodoh."

"Aku pikir kau tidak mau pelukan dariku karena marah."

Kuroo mengeratkan pelukannya pada (name). "Tadi kau bilang mau pulang bukan?"

"Kau mengusirku?"

"Tidak. Jika bisa, aku ingin kau selalu di sini. Dalam dekapanku, hanya kita berdua."

Kau melepas pelukanmu dan bersiap pulang. "Aku akan mengawasimu agar tidak bertingkah bodoh Tetsurou."

* * *

"Itu berhasil."

"Berhasil sama sepertiku! HAHAHA!"

"Benar bukan? Membuat dirimu sakit agar dimanja oleh (name)."

"Pacarmu juga melakukannya padamu?"

"Tentu, dia juga memarahiku."

"HAHAHA (name) juga begitu."

Kira-kira begitulah pembicaraan Bokuto dengan Kuroo di telepon seminggu setelahnya.

Kejadian lainnya terjadi di supermarket. Ketika itu kau pergi berbelanja di supermarket bersama Kuroo dan bertemu dengan Bokuto yang juga pergi bersama kekasihnya.

Kau masih sibuk berbicara dengan pacar Bokuto ketika Kuroo dan Bokuto kumat dengan tingkah bodoh mereka.

Apa yang mereka lakukan tak lain adalah balapan troli. Mereka mendorong troli belanjaan ke arahmu dan pacar Bokuto. Berlomba siapa yang paling cepat sampai.

"Tetsurou apa yang kau-"

"Kou-chan!!!"

Kau berlari menjauh dari Bokuto dan Kuroo karena troli itu tidak akan berhenti dan menabrakmu dan pacar Bokuto.

Beruntunglah kau dan pacar Bokuto bisa menghindar. Benar saja, Kuroo dan Bokuto menabrak rak sabun dan membuat tumpukan sabun itu berjatuhan.

Malu, tentu saja. Kau seperti membawa anak kecil yang belum dewasa ke supermarket. Bahkan anak kecil di sini tidak kekanakan seperti mereka. Alhasil kalian berempat mendapat teguran dari petugas supermarket.

"Tetsurou..."

"Hm?"

"Lihat wajah tanpa penyesalan itu."

"Menyesal untuk apa?" Kuroo memelukmu dan mengangkat tubuhmu ke atas.

"Aku tidak menyesal menyayangimu (name)!!!"

Kuroo as Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang