Doyoung dan semua keluarga Bennet sudah sampai di kediaman mewah Seo di Netherfield untuk menghadiri undangan pesta dansa.
Kali ini Doyoung tampak lebih outstanding daripada saudaranya yang lain. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, menampakkan kening menawan miliknya. Serta tidak lupa, netra bak kelinci dengan kulit putih bersih yang selalu memikat siapapun yang melihatnya.
"Selamat datang kembali, Bennets. Kalian terlihat menakjubkan." Sapa Johnny di ruang utama.
"Kau juga tampan seperti biasanya, John." Mrs. Bennet kembali melempar pujian.
Herin yang sedang berdiri di samping kakaknya memandangi Doyoung yang terlihat sedang mencari seseorang.
"Looking for someone, Doyoung?" Tanyanya.
Seperti kepergok, Doyoung menampakkan senyum manisnya.
"Tidak. Hanya mengagumi dekorasi mewah pesta ini."
"Moon tidak disini. Mungkin ia di ruangan lain." Johnny menimpali.
"Oh tidak, aku tidak berharap bertemu dengannya."
"Oh really?" Tanya Herin dengan nada sinis yang jelas.
"Absolutely."
"Kun, bolehkah aku mengajakmu berdansa?" Tawar Johnny dengan tangan terulur.
Kun dengan senang hati menundukkan kepalanya, lalu menerima uluran tangan pria tampan bermarga Seo itu.
Sepeninggal Kun, Doyoung pergi mengelilingi semua ruangan di lantai satu, mencari Mr. Wickham.
Seluruh ruangan dipadati dengan tamu. Banyak juga tentara berseragam merah seperti Mr. Wickham, namun batang hidungnya sama sekali tidak terlihat.
Doyoung mulai merasa ada setitik rasa kecewa karena tidak menemukan pasangan dansanya.
Di tengah mencari keberadaan Mr. Wickham, Taeyong dengan jubah hitam panjang menyapanya.
"Doyoung."
"Oh, hai Mr. Lee. Kupikir Anda tidak akan hadir di acara seperti ini." Kata Doyoung yang masih setengah terkejut dengan kedatangan pamannya itu.
"Aku hanya sesekali datang ke acara dansa."
"Baguslah."
"Maukah kau berdansa denganku, Doyoung Bennet?"
Masih dengan keterkejutan yang sama, Doyoung menatap Taeyong dengan pandangan aneh. Namun ia tetap berusaha untuk bersikap sopan.
Dengan kepala yang ditundukkan, ia mengiyakan ajakan dansa Lee Taeyong.
...
"Doyoung, sepertinya Mr. Wickham tidak datang hari ini. Kudengar ada beberapa tentara dipindahkan ke pesisir sore tadi." Kun, memberikan informasi setelah berdansa dengan Johnny.
"Tapi Mama bilang mereka akan menetap selama musim dingin."
"Entahlah. Aku juga tidak paham dengan aturan kerja militer."
"Setidaknya ia mengabariku sebelum pergi." Suara Doyoung terdengar kecewa dan sedih.
"Bennet." Panggil seseorang.
Kun dan Doyoung menoleh bersamaan, lalu mendapati sosok familiar berdiri disana, dengan tampan dan menggoda.
Kedua Bennet bersaudara menundukkan badan bersamaan, memberi hormat.
"Maukah kau berdansa bersamaku, Doyoung?" Tawarnya, dengan suara dingin yang khas.
Putra kedua Bennet memandang kedua mata pria yang sedang mengajaknya berdansa. Ia berusaha mencari sesuatu di dalam sana, namun gagal. Doyoung tidak menemukan apapun.
"Pleasure, Mr. Moon."
Setelah mendapat jawaban, Taeil pergi begitu saja dari hadapan Bennet bersaudara.
"Kun.. apakah aku baru saja mengiyakan ajakan dansanya?"
"Kau bodoh."
...
"Sejak kapan kau mengenal Wickham?" Ucap Taeil, saat musik dansa baru saja dimulai.
"Apakah Anda terbiasa mengobrol saat berdansa, Mr. Moon?"
"Tidak."
"Aku baru saja mengenalnya."
"Kau tertarik pada Wickham?"
"Tentu."
"Dia pergi."
Gerakan Doyoung terhenti. Ia menatap lawan dansanya sekilas, lalu mulai berdansa lagi.
"Anda yang membuatnya pergi?"
"Ya."
"How could you?" Ada nada ketidaksukaan yang tersirat dari Doyoung, namun ia tidak mendapat jawaban apapun.
"Anda sangat kejam, Mr. Moon."
Taeil yang mendengar itu langsung mendaratkan lengannya pada pinggul Doyoung, menariknya mendekat. Taeil mengunci pandangannya tepat pada manik lawan dansanya, memisah jarak. Nafas hangatnya menyentuh kulit pipi putih Doyoung.
"Tau apa kau tentang diriku, Doyoung Bennet?"
"Anda sombong, angkuh, egois. Tapi sayang aku tidak mengenalmu lebih jauh, karena itu tidak akan terjadi."
"Watch your tongue, young man. Kau menilaiku tanpa tau yang sebenarnya."
Gerakan dansa mereka kembali berlanjut hingga musik selesai. Mengikuti aturan berdansa, Doyoung tetap menunduk sebagai tanda menghormati lawan dansanya meski dalam hatinya dongkol bukan main.
Setelah itu, ia pergi meninggalkan lantai dansa dan pergi mencari tempat yang bisa dipakai untuk mengumpati Mr. Moon dengan segala keangkuhannya.
"Aku bersumpah tidak akan berurusan dengan pria angkuh sepertinya!"
Mengobati rindu, aku update cepet hehe ^^
Vomment guys!
Mr. Moon sedih kalo kalian gak vomment :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Indifference [Taeil x Doyoung] ✔
RomanceFrom the first moment I met you, your arrogance and conceit, your selfish disdain for the feelings of others made me realize that you were the last man in the world I could ever be prevailed upon to marry. (Pride and Prejudice, Jane Austin)