"Pilihkan aku baju untuk besok!" Teriak Haechan yang sedang asik mandi dengan mainannya.
"Aku ngin pakai baju hijau!" Renjun tidak mau kalah.
"Hey, itu bajuku!"
"Aku yang mencucinya!"
"Ten yang mencuci semua baju kita, Renjun." Mrs. Bennet menengahi pertengkaran kecil anak bungsunya.
"Kau tidak ingin membeli sesuatu di kota?" Tanya Doyoung ke kakaknya.
"Aku ingin membeli beberapa aksesoris. Kau juga?"
Doyoung mengangguk.
"Di kota sedang ada tentara yang singgah selama musim dingin. Renjun dan Haechan tidak berhenti membicarakan hal itu sejak kemarin." Jungwoo, putra ketiga Bennet bergabung dalam obrolan.
"Mereka pasti tampan." Ucap Kun asal.
"Ingat, kau sudah punya Johnny Seo." Sahut Doyoung.
"Hey, dia belum resmi menjadi milikku."
"Tapi kau ingin."
"Kauㅡ"
"Ssh, ada apa ini?" Mr. Bennet muncul dari balik pintu ruang kerjanya.
"Doyoung.."
Mr. Bennet melirik pada putra keduanya.
"Tidak. Kami hanya ingin ke kota membeli aksesoris. Lagipula pesta dansa Johnny Seo akan dilaksanakan dua hari lagi."
"Pergilah."
Jawaban Mr. Bennet mendapat sorakan gembira dari ketiga putranya.
...
"Banyak tentara di sekitar sini."
"Mereka gagah sekali."
"Lihatlah seragam yang mereka pakai."
"WOAH RAHANGNYA TAJAM SEKALI."
Celoteh Renjun dan Haechan memenuhi pendengaran Doyoung. Ia ingin sekali mengumpati kedua adiknya karena berisik sekali.
"Berisㅡ"
"Hai." Sapa seseorang dengan seragam merah.
"OMAYGODNESS TAMPAN SEKALI!" Haechan memekik pada sosok pria yang baru saja menyapa mereka.
"Apakah ini milikmu?" Tanya orang itu.
"IYA! ITU MILIK DOIE!" Seru Renjun saat melihat seutas sapu tangan biru muda milik kakakknya.
"Terimakasih. Itu memang milikku."
"Namaku Wickham." Pria itu mengulurkan tangannya sembari tersenyum manis.
"Doyoung."
Kun, Haechan dan Renjun terkikik saat Doyoung mengabaikan uluran tangan pria tampan bernama Wickham itu.
"Alisnya lucu sekali." Bisik Haechan ke Renjun yang juga ikut melirik ke arah alis yang dimaksud.
"Bolehkah aku menemani kalian?"
"Pleasure." Jawab Kun lembut.
"Kami akan membeli aksesori untuk pesta dansa besok lusa, Mr. Wickham." Haechan berkata sambil memandang lekat si tentara tampan.
"Ah, seleraku cukup buruk untuk hal seperti itu." Mr. Wickham sesekali melirik ke arah Doyoung yang acuh akan kehadirannya.
"Tapi sepertinya seleramu tidak buruk untuk seorang Doie." Kun tertawa diiringi kedua adik bungsunya yang lain. Sedangkan Doyoung mencebik tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indifference [Taeil x Doyoung] ✔
RomanceFrom the first moment I met you, your arrogance and conceit, your selfish disdain for the feelings of others made me realize that you were the last man in the world I could ever be prevailed upon to marry. (Pride and Prejudice, Jane Austin)