Seminggu sebelumnya...
Seorang gadis cantik yang usianya sudah 16 tahun sedang melangkah kearah gerbang sekolahnya dengan ceria. Rambut panjang sepinggang yang berwarna hitam pekat diikat satu. Dengan poni pagar yang tertata rapi. Kulitnya sangat putih. Wajahnya perpaduan antara Indonesia-Eropa.
Michellia Renanda Putri. Dialah gadis ceria yang tidak pernah mengeluh akan hidupnya.
"Icell!" Panggil seorang cowok yang lebih tinggi darinya berlari mendekat.
Icell berbalik memandang cowok itu. "Hai Aryan." Sapanya lembut sambil tersenyum.
"Hai." Aryan membalas sapaan itu.
"Hari ini cerah ya..." Kata Aryan sambil menggandeng Icell menuju kelas XI Biologi 3, kelas Icell.
"Iya." Sahut Icell.
"Makasih ya," ucap Aryan.
Icell menaikkan satu alisnya. "Untuk?" Tanyanya.
Aryan tersenyum. "Lo udah mau ada di hidup gue," jawabnya.
"Masa?"
Aryan mengangguk. Lalu memasuki kelas Icell. Tiba-tiba perasaannya menjadi tak enak. Apa yang bakalan terjadi? Kenapa perasaan gue gak enak gini?, pikir Aryan bingung.
Icell duduk di kursinya yang terletak dipaling depan dekat pintu. Aryan duduk di kursi sebelah Icell.
"Lo gapapa?" Tanya Icell saat melihat mimik wajah Aryan yang berubah suram.
Aryan mengangguk. Dia tak ingin membuat pacarnya khawatir. Tak lama kemudian dia pamit untuk kekelasnya~XI Kimia 6. Yang letaknya beda satu lantai dengan kelas Icell yang ada di lantai dasar.
***
"Aryan kenapa ya?" Gumam Icell.
Dia tak fokus akan pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Fokusnya lebih berpihak pada Aryan.
"Woi, Cel jangan bengong. Ada tugas nih dari Bu Shinta," kata Vira, sahabat karib Icell sejak kecil yang duduk disebelah Icell.
"Eh iya sory kenapa? Ada apa?" Tanya Icell mendadak seperti orang linglung.
Vira menatap Icell bingung. "Lo kenapa? Gak biasanya," Tanyanya sambil mengerutkan dahinya.
"Eh gapapa kok," jawab Icell pelan.
"Kalo ada masalah bilang aja. Cerita ke gue," ucap Vira.Icell hanya mengangguk dan kembali diam.
***
Icell dan Aryan sedang berada diperpustakaan sekolah. Mereka sedang belajar bersama. Icell sedang membaca buku pengetahuan biologi. Sedangkan Aryan sedang menghafal rumus-rumus kimia. Mereka mempunyai kesukaan masing-masing.
Lagi-lagi perasaan tak enak itu muncul kembali. Aryan mendengus pelan. Apa yang akan terjadi?, pikirnya. Dia menatap Icell dalam-dalam. Seperti takut kalau esok takkan berjumpa lagi.
Icell menyadari kalau sedari tadi Aryan menatapnya. Dia balik menatap Aryan. "Kenapa?" Tanyanya pelan. Aryan hanya menggeleng.Icell mendengus pelan. "Kalo ada yang mau dibicarain ya bicarain aja," katanya. Dia berharap Aryan akan memberi tahu apa yang sedang dipikirkan.
"Gue cuma lagi pusing mikirin tugas," ucap Aryan setelah jeda beberapa detik.
Icell tersenyum. "Serius cuma masalah tugas?" Pancingnya. Dia sangat ingin tahu. Aryan mengangguk kemudian mengambil asal buku yang ada di rak belakang mereka kemudian pura-pura membaca.
Sumpah gue beneran khawatir, batin Aryan.
***
Icell kembali memikirkan sikap Aryan yang mendadak berubah. Sekarang Aryan jauh lebih diam dan memilih lebih banyak melamun.
Apa ini ada hubungannya dengan perasaan aneh yang kerap muncul? Apa mereka akan terpisahkan. Rasanya Icell akan pergi meninggalkan Aryan. Pergi jauh sekali. Tapi kemana?
Icell duduk termangu sambil menopang dagu didepan jendela kamar indekosnya. Apa akan ada perpisahan?, pikirnya.
Hujan turun dari tadi sore hingga dini hari. Suasana dingin menusuk tulang. Padahal Icel sudah mengenakan baju tebal dan berbalut selimut.
Apapun yang kan terjadi, Tuhan kumohon itu adalah yang terbaik, batinnya perih.
***
Happy reading smua!
Update setiap malam jumat.Jangan lupa vote dan comment kalian gue tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Nature
Ужасы"Dunia kita berbeda." Hanya kisah dua remaja yang saling mencintai namun terpisahkan oleh tembok pembatas bernama KEMATIAN. Penasaran?yuk ikutin critanya! . . . Jangan lupa vote☆ and comment ya... . . . Update setiap malam Jumat.