CHAPTER 2

30 26 15
                                    

"Perubahan sikapmu itu membuatku berpikir. Apakah kita harus berakhir?"

***

Icell merenung didalam kelasnya. Dia duduk sambil menopang dagu. Hari ini dia datang lebih awal dari biasanya. Karena ada jadwal piket.

"Kenapa Aryan berubah?" Gumamnya.

Icell merogoh saku roknya untuk mengambil benda ramping berwarna putih, ponselnya. Apa gue harus chat Aryan?, pikirnya. Baru saja ingin mengetikkan sebuah pesan, namun cowok yang sedang ada dipikirannya ini tiba-tiba datang dan membuat Icell kaget.

Aryan duduk disebelah Icell. Ekpresinya masih sama. Terkesan cuek. Membuat Icell berpikir dua kali untuk berbicara. Mungkin ini waktu yang tepat, pikirnya.

"Yan..." Panggil Icell pelan. Tanpa menoleh pada Aryan.

"Hmmm..." Hanya itu jawaban dari Aryan.

Icell menghela napas kasar. "Gue mao kita akhiri aja semuanya," ucapnya bergetar. Matanya memanas.

Aryan menoleh. Terkejut. Dia menggeleng. "Apa maksud lo? Apa lo yakin? Kalo lo yakin, tatap mata gue." Katanya pada Icell yang membuang muka.

Icell menggigit bibir bawahnya sehingga memerah. Dia menahan isak yang keluar. Air matanya mengalir. Napasnya naik turun.

Aryan tau Icell menangis. Dia memegang bahu Icell dan membuat Icell menghadapnya sekarang. Icell menunduk. "Gue ada salah sama lo?" Tanyanya pelan.

Untung saja belum ada yang datang di jam sepagi itu. Sebagai jawaban, Icell menggeleng.

"Denger ya Cell. Gue minta maaf kalo gue ada salah. Gue gak mau kita berakhir oke," ucap Aryan penuh penekanan. Icell bungkam. Masih menunduk.

"Gue pengen pergi, Yan." Ucapnya.

"Kemana?" Icell hanya menggeleng lemah. Dia tak tahu. Tapi dia merasa dia akan pergi jauh.

"Gue gak tau. Pokoknya gue bakal pergi. Jauh banget," jawab Icell.

Aryan menggeleng. Apa ini pertanda dari semua kekhawatirannya saat ini? Icell akan pergi. Tapi kemana? Aryan harus mengetahui itu.

***

"Gue gak akan ngebiarin Aryan bahagia," ucap seorang cowok bertubuh kekar dengan nada penuh penekanan. Namanya adalah Chalondra Mays Ghibert.

"Sama, gue pun gak merelakan itu." Kata cowok lain yang duduk disebelah Londra.

"Aksara Sadewa Anggara. Sudah berapa kali lo bilang kata 'sama' heh?" Tanya Londra.

"Tau nih. Lo mikir kek. Jangan bilang 'sama' melulu," sahut cowok yang satu lagi. Zeansyah Devano Ragamora. Cowok berkulit paling cerah dari yang lain. Dia tak lain adalah adik yang hanya beda beberapa bulan dari Aryan. Mereka sering dibilang kembar. Namun Zean tak suka kata-kata yang bilang dia kembar dengan Aryan.

"Gue setuju sama Zean. Sebaiknya lo cari cara deh buat ngebikin Aryan menderita," kata Londra.

Aksa mengangguk-angguk lalu tersenyum senang. "Satu-satunya yang ngebikin Aryan menderita tanpa membuatnya terluka fisik kita harus bikin dia kehilangan salah satu orang yang dia sayang," ucapnya.

Londra tertawa. "Tumben lo pinter. Hmmm...jadi kita harus ngebunuh salah satu dari orang yang Aryan sayang?" Tanyanya.

Setelah mendapat anggukan kecil dari Aksa. Londra menyeringai senang. Sangat menyeramkan.

"Stop dulu stop! Kalian akan bunuh orang yang Aryan sayangi. Berarti kalian akan membunuh orang tua gue juga nyet!" Zean terlihat kesal.

"Ada tiga orang yang paling Aryan sayang. Satu, Mamanya. Dua, Papanya dan tiga itu, pacarnya." Ujar seorang cewek dari arah belakang.

Ketiga cowok itu menengok. Dan melihat tiga orang cewek memasuki gudang tempat mereka berdiskusi.

Yang berbicara tadi adalah Auristella Gianta Ragawarna. Cewek dengan tubuh tinggi semampai yang suka memakai pakaian ketat dan suka mengombre rambutnya. Catat! Dia juga menyukai Aryan.

"Hei cewek dilarang ikut campur urusan cowok!" Ujar Londra menatap Stella dan dua temannya tajam.

"Well, gue udah dengar semuanya. Lagipula dari dulu gue pengen dapetin Aryan. Tapi Aryan-nya udah terlanjur cinta sama pacarnya dan gue sangat benci dengan pacarnya," Ucap Stella terang-terangan.

"Butuh kerja sama?" Tanya Stella menawarkan diri.

Aksa berbisik pada Londra. "Oke lo boleh gabung. Mungkin lo bisa membantu kita," Kata Londra menyetujui.

"Gue and the genk akan sangat membantu kalian," Ujar Stella sambil tertawa centil.

Stella duduk dia antara kursi-kursi tak terpakai. Begitupun kedua temannya. Mereka tersenyum.

"Kalian mau bikin Aryan menderita bukan?" Tanya Stella yang kemudian dianggukkan oleh tiga cowok yang ada dihadapannya.

"Kalian pengen lenyapin salah satu orang yang Aryan sayangi ya kan? Gue tau kita harus melakukan apa," tatanya penuh keyakinan.

"Apa?" Tanya Londra, Aksa, dan Zean bersamaan.

"Bunuh ceweknya!" Ujar Stella dengan nada menyeramkan.

Mereka saling tersenyum licik. "Well, lagipula ceweknya itu cantik. Mungkin bisa jadi mainan kalian buat satu malam. Hahahaha..." Katanya sambil menyeringai jahat dan tertawa lebar.

"Deal?" Tanya Stella sambil mengulurkan tangannya. Londra menjabat tangan mulus cerah itu. "Deal," sahutnya. Mereka semua tertawa senang.

***

Tbc
-
-
-
Kira-kira apa yang terjadi ya?
Hmmm...

Next gak?

Tinggalkan jejak kalian dulu dong dengan vote and comment:)

Love Author's♡
drone27

slsa04

Different Nature Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang