CHAPTER 4

27 18 2
                                    

"Kebencian sebesar apapun, pasti akan lenyap jika dibalut dengan hangatnya persaudaraan."

***

Zean berdiri balkon kamarnya.  Dia masih saja memikirkan rencana dengan geng nya. Apa dia juga akan ikut dalam permainan yang akan dijalankan ini. Tapi itu terlalu jahat! Membunuh itu perbuatan keji. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sangat benci dengan Aryan. Entah karena hal apa.

Drttt...drttt...

Ponselnya bergetar. Zean merogoh saku jeansnya. Ada pesan masuk dari Chalondra.

Chalondra:
Besok rencana kita bakal dimulai!

Zean:
Sorry gue gak bisa ikut. Gue mao berenti aja.

Chalondra:
Kok gitu! Lo berubah pikiran, heh?! Jangan kek anjing lo ye!!!

Zean:
Bukan itu maksud gue. Tapi rencana ini terlalu sadis.

Chalondra:
Oke gue terima. Jangan minta bantuan gue lagi klo lo ada masalah!

Zean terdiam membaca pesan dari Chalondra. Dia tahu apa yang akan terjadi. Tapi ini sudah keputusannya. Mungkin memang seharusnya sedari dulu dia tidak bergabung dengan Chalondra and the genk.

Walaupun Zean sangat membenci Aryan. Dia tetap tidak berani melakukan hal-hal yang keji.

***

Aryan melangkah santai sambil bersiul melewati gang sempit dekat sekolah. Jam baru menunjukkan pukul 6 pagi.

Bukk...bukk...

Terdengar beberapa pukulan sangat keras yang terdengar dari belokan gang. Aryan kemudian berlari kearah sumber suara.

Apa ini?! Dia melihat adiknya sudah terkulai lemah tak berdaya dipukuli oleh teman-teman dekat adiknya sendiri.

Sekali lagi Chalondra mengarahkan tinjunya ke pipi Zean yang sudah terduduk lemah di tanah berpasir. Aryan segera menangkisnya.

Chalondra terlihat kaget melihat kehadiran Aryan yang tiba-tiba. Dia mendengus kesal. Lalu mengarahkan sebuah pukulan pada Aryan.

Aryan mengelak. Lalu dia mencari celah untuk membalas Chalondra. Ada celah pada perut Chalondra. Aryan memanfaatkan itu dengan sebaik mungkin. Dia meninju perut Chalondra sangat kencang.

Chalondra mundur beberapa langkah. Pukulan yang tak diduga-duga. Kini Aksa terlihat maju menyerang. Dia mengarahkan tinjunya. Namun tinjunya hanya mengenai udara kosong karena Aryan berhasil mengelak dan menendang perut Aksa.

"Ngapain lo belain penghianat kayak dia?!!" Bentak Chalondra sambil memegang perutnya.

"So jelas gue belain dia. Dia itu adek gue. Sampai kapanpun gue bakal belain dia!" Sahut Aryan.

Chalondra dan Aksa pergi meninggalkan kedua kaka beradik itu.

"Makasih ya bang," ucap Zean. Dia sangat malu karena selama ini sudah jahat sekali pada Aryan.

"Kan udah gue bilang jangan panggil gue abang," protes Aryan.

Zean tersenyum. "Iya iya."

"Yaudah yuk ke sekolah!" Ajak Aryan.

Mereka berjalan santai menuju sekolah. Walau sekarang kondisi Zean tidak baik. Banyak memar di wajahnya.

"Bang, gue mao minta maaf. Iya gue tau selama ini gue jahat banget sama lo. Itu gue lakuin semata-mata cuma karena gue iri sama lo. Lo disayang banget sama Papa Mama, lo banyak yang suka, lo selalu dipandang sama mereka. Sedangkan gue? Gue cuma jadi bayangan lo, Bang." Keluh Zean panjang lebar.

Aryan tersenyum. Dia merangkul pundak Zean. "Gue gak pernah ngerasa kalo lo itu bayangan gue. Lo adek gue sampe kapanpun. Jadi jangan pernah nganggap gue begitu!" Ucapnya.

Zean mengangguk. "Lo abang terbaik didunia, Yan!" Ujarnya.

"Bisa aee lo!" Sahut Aryan.

Mereka tertawa. Zean ternyata hanya salah menduga. Dia pikir Aryan adalah kakak yang jahat. Dia pikir Aryan tidak akan menganggapnya sebagai adik. Ini semua karena dia terlalu termakan ucapan Chalondra yang sangat membenci Aryan.

***

Buk...buk...

Chalondra terus memukuli benda yang ada didepannya. Dia terlihat amat menyeramkan. Wajahnya memerah karena amarah. Bahkan Aksa saja terlihat ngeri.

"Gagal lagi! Gagal lagi!!!" Chalondra menendang kursi tak terpakai.

Gudang tua sekolahnya terlihat sudah sangat berantakan. Tapi Chalondra tak perduli. Saat ini yang dia inginkan hanya melampiaskan amarahnya.

Tiba-tiba tiga orang gadis datang menghampiri mereka. Siapa lagi kalau bukan Stella and the genk.
"Well, ada masalah apa Londra?" Tanya Stella.

Chalondra mendengus kesal. "Zean. Dia berkhianat!" Jawabnya kesal.

Stella tersenyum jahat. Kini dia sudah seperti iblis. "Biarin aja. Dengan ini, kita bisa bikin mereka berdua menderita sekaligus," katanya sambil menyeringai.

Mendadak amarah Chalondra mereda. Dia menatap Stella lamat-lamat. Benar juga kata nih cewek, ucapnya dalam hati.

"By the way, gue denger kemarin lo bertiga masuk ruang kepsek ya? Gara-gara apa?" Tanya Aksa.

"Kita nyiksa ceweknya Aryan," jawab Ayuma.

Aksa tersenyum. "Aduduh suaranya bikin meleleh!" Gombalnya.

Ayuma hanya tersipu. Dasar playboy receh!, batinnya.

Stella berdeham. "Oke jadi rencananya bakal kita jalanin mulai besok," ujarnya.

Chalondra mengangguk. "Persiapan semuanya!" Perintahnya.

***

"Ze, nih pacar gue. Panggil aja Icell." Ujar Aryan memperkenalkan Zean pada Icell.

Zean mengulurkan tangannya. "Kenalin, gue Zean. Adeknya bang Aryan." Dia memperkenalkan dirinya.

Icell membalas uluran tangan Zean sambil tersenyum. "Icell," katanya.

"Gak salah lo pilih cewek, bang. Cantik beut!" Puji Zean.

Namub tiba-tiba tatapannya berubah sendu. Gimana nasib cewek ini kedepannya? Apa yang bakal dilakuin Londra sama yang lain?, pikirnya.

"Yaudah, bang. Gue kekelas ya. Jagain tuh cewek lu. Awas lecet!" Zean memperingati. Dia masih belum bisa membocorkan semuanya. Takut Aryan malah membencinya.

***

Happy reading♡

Next?

Different Nature Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang