...
"Bunuh ceweknya!" Ucap Stella dengan nada menyeramkan.
...
***
"Aryan," panggil Stella dengan nada manja.
Dia mendekati Aryan yang sedang fokus membaca buku pelajaran. Aryan tak merespon. Mungkin lebih tepatnya terlihat masa bodo.
"Aryan kok lu ngacangin gue sih? Ihh Aryan mah..." Stella duduk di kursi sebelah Aryan.
Aryan masih enggan untuk menanggapi cewek genit disebelahnya ini. Sudah berkali-kali dia menghempas Stella, namun cewek disebelahnya ini masih saja mendekatinya.
Stella memegang tangan Aryan. Yang langsung Aryan tepis.
"Maksud lo apa sih?! Gue udah bilang jauhin gue!" Bentak Aryan.
Dia sangat tidak suka akan Stella. Apalagi setelah mengetahui Stella suka membully Icell. Itu sangat membuatnya geram.
"Ihh Aryan kok kasar sih..." Ujar Stella masih dengan nada manja.
"Emang kalo gue kasar sama lo itu apa masalahnya? Lo siapa gue heh?! Minggir! Dasar cewek gatel! Tukang bully. Cabe-cabean!" Bentak Aryan sambil mendorong Stella untuk menyingkir.
Stella menggeram kesal. "Mungkin saat ini lo masih belum menerima kehadiran gue dalam hidup lo. Tapi gue yakin saat Icell pergi nanti, lo akan bertunduk dan memohon sambil berlutut didepan gue, Aryan." Ucapnya dengan penuh keyakinan.
Stella kembali bergabung dengan geng nya. Yang diisi oleh 3 orang. Dia, Anindira Ayuma Safitri dan Anulika Diandra Abigail. Ketiga gadis itu berpenampilan sangat tidak pantas. Pakaian ketat, rok span pendek, rambut diombre. Dan mereka bertiga sangat suka membully yang lemah.
"Gagal lagi ya, Stel?" Tanya Ayuma.
"Iya nih, Yum. Belom aja belom. Mungkin nunggu permainannya dimulai hehe..." Kata Stella sambil tertawa jahat.
"Udah deh gini aja, daripada lo galau gara-gara dibentak Aryan mending kita cari objek pembullyan hahahaha..." Ajak Diandra sambil tertawa.
Stella mengangguk. "Ayok!" Dia menerima ajakan Diandra.
***
"Lo kenapa kemari lagi?" Tanya Icell yang melihat Aryan datang lagi ke kelasnya dengan raut wajah masam.
Aryan duduk disebelah Icell. "Gua males aja. Stella makin lama makin jadi, Cell."
"Yaudah sabarin aja. Balik gih ke kelas. Bentar lagi bel," suruh Icell.
Aryan membuat gerakan hormat. "Asyiap bosqu!" Ujarnya kemudian beranjak dari kelas Icell.
Beberapa saat setelah kepergian Aryan, datanglah Stella dan teman-temannya. "Lagi seneng nih kayaknya," sindir Stella dengan wajah jutek. Icell tak merespon. Dia hanya duduk diam. Dia malas berurusan dengan Stella.
"So jelas dong. Kan abis ketemu doi," timpal Diandra.
"Gimana kalo biar tambah seneng dia kita ajak main!" Kata Ayuma dengan semangat.
Stella tersenyum jahat. "Sini lo!" Bentaknya sambil mencengkram lengan Icell kuat. Lalu menariknya dengan kasar.
Icell diseret keluar kelas. Sementara itu Vira, sahabat Icell melihat semuanya dan langsung menelpon Aryan.
"Halo, Yan. Tolongin Icell, Yan."
"Icell kenapa, Ra?"
"Icell lagi diseret-seret sama Stella. Kearah toilet siswi! Gercep Aryan! Kasian Icell."
Vira berlari menyusul Icell. Teleponnya dengan Aryan belum sempat dia matikan. Sehingga Aryan masih hisa mendengar jelas derap langkah Vira dan deru napasnya.
Aryan menyusul Vira ke toilet siswi. Dia berlari sekencangnya.
Sementara itu Stella masih terus menarik Icell sampai memasuki toilet. Beberapa siswi yang sedang ada didalam langsung keluar. Mereka tidak mau jadi bahan bullyan Stella dan kawan-kawan.
"Sini lo! Ini nih tempat yang akan buat lo bahagia seumur hidup!" Bentak Stella sambil menghempaskan tubuh Icell kedinding.
"Guys, pegang dia!" Titahnya.
Ayuma dan Diandra memegang lengan Icell. Setelahnya Stella maju dan menampar Icell. Lalu menyiram Icell dengan air yang ada di ember.
Gadis berkulit putih itu hanya menangis. Dia tak bisa berkutik. "Apa salah gue sampe lo giniin gue, Stella?!" Tanyanya.
"Salah lo apa?! Salah lo itu karna udah berani jadi pacar Aryan, Paham?!!" Bentak Stella sambil menarik rambut panjang Icell.
"Awww...sakit."
"Apa? Kurang sakit?! Sini gue tambahin!"
Baru saja Stella ingin membanting tubuh mungil Icell ke dinding. Vira dan Aryan datang.
"Stella berhenti!" Teriak Aryan.
Ternyata yang datang kesana bukan hanya Vira dan Aryan. Namun beberapa guru dan juga kepala sekolah.
Stella bergetar. Dia melepaskan Icell ke lantai kemudian terdiam tak berkutik.
"Ternyata pembullyan di sekolah ini karna ulah kalian bertiga?" Tanya Bu Rena, kepala sekolah.
"Bu tapi..."
"Ikut saya keruangan sekarang!!!" Perintah Bu Rena itu membuat Stella dan sekawan menunduk dan patuh.
Sementara itu, Icell hanya terbujur lemas di lantai. Seluruh tubuhnya sakit. Dia hanya bisa menangis.
Aryan mendekat dan memeluk Icell yang masih ketakutan. "Maafin gue yang gak bisa jagain lo, Icell." Ucapnya lirih. Icell menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Aryan. Dia sangat takut.
***
Hehe belum horor ya...masih drama nih.
Jangan lupa votmen ya☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Nature
Horror"Dunia kita berbeda." Hanya kisah dua remaja yang saling mencintai namun terpisahkan oleh tembok pembatas bernama KEMATIAN. Penasaran?yuk ikutin critanya! . . . Jangan lupa vote☆ and comment ya... . . . Update setiap malam Jumat.