Enough

144 17 0
                                    

Rumah Renjun berada cukup dekat dengan tempat tinggalku. Hanya dipisahkan beberapa blok saja dan sebuah lapangan kecil yang biasa digunakan untuk bermain  street-basketball. Sore ini aku melihatnya di lapangan tersebut. Duduk termenung di bangku, memandangi langit jingga yang menaunginya.

Aku ingin sekali menghampirinya, hanya untuk sekedar menyapa meskipun dia tidak mengenalku. Namun aku selalu tidak sanggup melakukannya. Aku adalah seorang pengecut, benar-benar pengecut yang mengharapkan terlalu banyak hal.

Lagipula orang gila mana yang mau menyapa korban santetnya? Hahaha, kenyataan benar-benar memuakkan.

“Oppa kau sudah menunggu lama, ya?”

Terdengar suara cempreng dari seorang gadis yang akhir-akhir ini ingin sekali kujedotkan kepalanya ke pintu. Yuqi datang, berlarian sok imut menghampiri Renjun.

“Tidak, kok. Aku baru saja datang kemari.”

Omong kosong, Renjun-ah. Kenapa sih kau sesuka itu padanya?

“Lihat! Aku membawakanmu brownies. Aku membuatnya sendiri untukmu.” Ucapnya dengan gaya yang dilebih-lebihkan. Dasar kau Yuqi bodoh, Renjun tidak menyukai cake dan hal sekecil itu saja kau tidak tahu. Cih,

“Sungguh? Wah, aku sangat menyukainya! Terima kasih, sweety.”

Hei, apa-apaan itu?! Mengapa kau malah menerimanya dengan senang hati Renjun-ah?! Aku tahu betul kau tidak suka apapun yang bernamakan cake, termasuk brownies itu!

Aku bahkan masih ingat ketika dulu kau memberikan setumpuk cakedari gadis-gadis di sekolah saat White Day kepada teman-temanmu karena kau tidak menyukainya. Tapi kenapa sekarang kau...

“Aku berharap kau cepat sembuh, Oppa. Aku tidak mau melihatmu kesakitan lagi,”

Renjun mengelus rambut Yuqi dengan sayang, membuatku semakin meradang melihatnya. “Aku akan baik-baik saja selama ada kau di sisiku.”













:) Baiklah Renjun-ah, kau sendiri yang memintaku melakukan hal itu.














The Puppet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang