"Dengarkan ini, aku tidak akan membantu kalian berdua. Aku hanya bisa mengatakan bahwa aku tidak menemukan apapun di tubuh putranya pada wanita tersebut. Sementara itu aku juga tidak akan membantumu lebih jauh lagi." Tegas shaman. Ia kelihatan pusing sendiri menghadapi klien yang tidak wajar sepertiku ini.
Aku menghela nafas pendek. Kurasa hal seperti ini memang bisa saja terjadi. Mana kutahu kalau ibunya Renjun indigo dan sangat percaya hal mistis? Hah... rencanaku yang awalnya berjalan mulus akhirnya harus berurusan dengan serangga pengganggu.
Aku segera berdiri, membungkukkan badan kepada shaman kemudian langsung meninggalkan ruangannya. Aku harus memikirkan sesuatu untuk mengatasi ini. Meminta saran pada shaman juga tidak akan banyak membantuku.
"Hei, nona. Kalau aku jadi kau, mungkin aku akan menusuk jantungnya sekarang juga."
🎭🎭
Aku membanting Puppet dengan geram.
Aku tidak bisa muncul lagi di kamar Renjun seperti waktu itu. Ibunya ada disana, mengawasi anak itu sepanjang waktu. Sejak tadi ia terus berdo'a di dekat Renjun, entah apa saja yang do'a yang diucapkannya, aku tak paham.
Aku mulai merasa jengah. Aku memutuskan mengenakan jubah dengan tudung lebar yang menutupi sebagian wajahku. Kugenggam Puppet dengan penuh konsentrasi. Sedetik kemudian aku sudah berada di kamarnya. Bukan kamar rumahnya, namun kamar rawat inapnya.
Ibunya terus berdo'a. Dia tampak tidak menyadari keberadaanku sama sekali. Namun aku tak mau mengambil resiko, aku berjalan mendekati sebuah laci besar dan bersembunyi di baliknya.
Kupandang Puppet dan Renjun bergantian. Air mataku sudah luruh sejak tadi. Pemuda itu benar-benar berbeda sekarang. Kurus, lemah, dan terus gelisah dalam tidurnya. Perasaan kasihan ini datang lagi untuk memaksaku berhenti.
Tapi tidak, aku tidak akan menghentikannya begitu saja. Aku harus menghentikannya dengan cara yang lebih baik.
Ya, kurasa ini sudah waktunya. Maafkan aku, Renjun-ah, maafkan aku.
Kau harus pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Puppet ✔
FanfictionTepat tiga tahun sudah aku memendam perasaan ini. Cintaku pada sosoknya tak pernah luntur sedikitpun. Bahkan setelah dia tiba-tiba menjalin kasih dengan seorang adik kelas, aku masih mencintainya dengan segenap hatiku. Hanya saja aku merasa sedikit...
