What Happened?

128 16 1
                                    


Aku mulai mengangkat tubuh mungil Puppet. Kutekan lehernya menggunakan kuku. Renjun langsung bereaksi dengan terbatuk keras. Ibunya seketika tersentak dan menggenggam tangan Renjun erat-erat. Ini lebih berat dari yang kubayangkan sebelumnya.


Ayolah... kuatkan dirimu, Zhou Jieqiong. Kita lanjutkan saja. Melihat Renjun kesakitan seperti itu tidak benar-benar membuatku sedih. Namun juga terselip rasa gembira dalam hatiku.


Aku melepaskan leher Puppet, kemudian beralih pada tangan dan kakinya. Kutusukkan beberapa jarum di masing-masing tangan serta kaki Puppet. Ketika kulihat, Renjun terus menggelepar di ranjangnya. Jarum-jarum ini mungkin terasa seperti tusukan pedang panas di tubuhnya.


Ini semakin seru. Aku sudah tidak sesedih beberapa saat yang lalu. kini aku menikmatinya. Ya! Aku sangat menikmatinya! Hahahahah!


"Dokter! Tidak, tidak Renjun-ah, bertahanlah!" ibu Renjun terus menangis melihat keadaan putranya yang sangat menghancurkan hatinya ini. Pemandangan yang mengharukan, tapi itu tidak akan membuatku berhenti.


Kuhantamkan kepala Puppet ke tembok berkali-kali. Suara teriakan Renjun begitu memekakkan telinga. Oh, sabarlah Renjun-ah. Aku akan mengakhiri hidupmu, kok. Tidak usah panik begitu.


Aku beralih pada bagian tubuh Puppet yang lain. Kuremas badannya, kutusuk-tusuk kepalanya, kusayat lengan dan kakinya, serta membantingnya berulang-ulang. Aku tertawa senang. Bagaimana mungkin menyiksa seseorang bisa semenyenangkan ini? Oh yeah, Renjun-ah, kau benar-benar memuaskanku.


"Aku tidak mengerti, aku tidak bisa menemukan masalahnya, nyonya." Ucap sang dokter nampak kebingungan, begitu juga dengan tiga perawat di sebelahnya.


"Bagaimana bisa kau mengatakan hal semacam itu?! Kau seorang dokter dan kau harus bisa menangani ini!" geram ibu Renjun murka. Membuat keempat paramedis itu semakin menciut. Mereka hanya bisa memandang ngeri Renjun yang terus mengucurkan darah dari hidung dan mulutnya.


Aku terkikik lagi, bersiap melancarkan serangan terakhir.


PRANGGG!!!


Tubuh Puppet hancur berkeping-keping. Menyisakan setumpuk debu merah halus yang kemudian lenyap tersapu angin. Erangan Renjun juga telah berhenti. Ia kini tertidur dengan sangat lelapnya.







Aku telah menusuk jantungnya. Aku telah mengakhirinya.



'Kau!'



"Akh!!"

The Puppet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang