Revealed?

133 20 0
                                    


Pagi ini aku berangkat ke sekolah dengan perasaan was-was.

Bukan, bukan gara-gara aku yang tertangkap mata oleh ibu Renjun. Tapi karena aku melakukan sesuatu pada Puppet tanpa sengaja.

Well... aku tidak sengaja menindihnya dengan bantalku saat tertidur. Ketika aku bangun, kulit Puppet itu telah menjadi kebiruan. Membuatku seketika menjerit kesetanan pagi buta tadi.

Meskipun begitu, Renjun tidak akan mati. Tidak jika aku melukai anggota tubuh Puppet selain jantungnya yang berdetak pelan. Aku sudah menerima peringatan dari shaman, kalau aku menusuk bagian jantung itu, maka Renjun akan tamat saat itu juga.

Astaga, maafkan aku, Renjun-ah. Semoga kau cuma sesak nafas dan tidak sampai koma.

“Hei-hei, nanti jadi tidak menjenguk Renjun?”

“Tentu saja jadi. Sepulang sekolah kita langsung kesana.”

“Ya ampun, kasihan sekali anak itu. Jangan-jangan dia terkena guna-guna.”

“Yah, aku juga sempat berpikir begitu mengingat sakitnya yang datang tiba-tiba.”

“Apa? Guna-guna? Ayolah, di jaman sekarang memangnya masih ada orang yang percaya dukun?”

“Hmm... iya juga sih,”

Segerombol anak laki-laki tampak membicarakan Renjun. Sepertinya benar, dia pasti sempat kolaps tadi malam sampai dilarikan ke rumah sakit.

Mungkin para dokter yang menanganinya sekarang sedang kebingungan dan akhirnya hanya memvonis Renjun terkena semacam serangan jantung. Cih, dia cuma sesak karena kutindih dengan bantal, bodoh.

BRUK

“Ah, maafkan aku.” Tanpa sadar aku menabrak seseorang yang sedang berjalan terburu-buru. Begitu aku memandang wajah orang itu, aku langsung terperanjat melihatnya.

“Ny-nyonya sham—“

“Diam.”

Ia langsung berlalu. Dan yang semakin membuat kedua kakiku lemas adalah sosok wanita di sebelahnya.

Ibu Renjun, memandangku dengan tatapan yang tak dapat kuartikan.


‘Mungkinkah dia mengingatku?’

The Puppet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang