Perjalanan antar negara yang memakan waktu hampir 10 jam itu membuat Baekhyun lelah setengah mati. Kakinya yang dibalut oleh sepatu Christian Louboutin berwarna hitam terasa keram dan linu karena terlalu lama mengenakan hak tinggi. Alhasil, setelah pesawatnya mendarat dengan selamat, Baekhyun segera mencari tempat yang cocok untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang terserang jetlag di massage service yang dekat dengan bandara.
Sambil menikmati pijatan di kakinya, Baekhyun membuka akun SNS dan memeriksa sebuah foto yang baru saja di upload-nya pagi tadi sebelum jadwal penerbangan.
"Kris oppa menungguku di apartemen?" gumam Baekhyun yang sedang membaca komentar yang masuk ke dalam postingannya pagi tadi. "Oh, hampir saja melupakan acara Seohyun eonni dan Yonghwa oppa. Aku harus bergegas."
Setelah mereleksasikan dirinya, Baekhyun mengirimkan sebuah pesan kepada Sekretaris Jung yang mengatakan bahwa dia memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Awalnya Sekretaris Jung melarang Baekhyun untuk berpergian seorang diri, namun karena Baekhyun berhasil meyakinkannya, maka Baekhyun diperbolehkan untuk pergi seorang diri untuk mengunjungi acara pernikahan teman kakak laki-lakinya. Baekhyun hanya meminta Sekretaris Jung untuk mempersiapkan gaun yang akan dikenakannya di acara pernikahan Yonghwa dan Seohyun.
Setibanya Baekhyun di hotel De Vere Orchard, dia langsung disambut oleh kedua mempelai yang menyapanya dengan senyum gembira. Euforia yang terjadi di antara mereka dengan cepat merambat sehingga membuat Baekhyun ikut bahagia meski tubuhnya meronta meminta diistirahatkan.
"Seohyun eonni, maaf tidak bisa melihat upacara pernikahannya. Aku harus mengurus beberapa keperluan kantor sebelum pergi meninggalkan Seoul." Baekhyun dengan wajah lugunya meminta maaf kepada Seohyun dan Yonghwa atas keterlambatannya yang tidak disengaja. "Maaf juga karena Kris oppa tidak bisa ikut. Dia harus menyelesaikan kebutuhan perusahaannya juga."
Seohyun tersenyum maklum. "Tidak apa-apa, Baekhyun-ah. Kami senang kau datang. Bagaimana kondisi kakakmu?"
"Masih menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik. Do'akan oppa-ku supaya cepat sembuh ya, eonni."
"Tentu saja, Baekhyun-ah." Seohyun mengusap lembut pipi Baekhyun. "Oh, apakah kau lapar? Berdiam diri di udara selama 10 jam pasti membuatmu mengalami jetlag. Duduklah dulu dan nikmati sajiannya."
"Terima kasih, eonni. Hadiah pernikahannya menyusul boleh, 'kan?"
"Tidak apa-apa, Baekhyun-ah. Tidak perlu repot-repot membawakan hadiah. Kehadiranmu di sini sudah lebih dari cukup." Seohyun menuntun Baekhyun untuk duduk di kursi khusus kerabat dekat dengan sajian makanan mewah di sekelilingnya. "Kutinggal sebentar, ya."
Baekhyun mengangguk ke arah Seohyun. Pandangannya teralihkan ke seantero ballroom itu sebelum mendapati seorang pria ber-tuxedo Jack Victor sedang menyapa Seohyun dan Yonghwa.
"Tampan sekali." gumam Baekhyun kepada dirinya sendiri. "Aisshh... apa yang sebenarnya aku pikirkan? Lebih baik aku mengisi perutku." Gadis ini kemudian berkeliling menyapa tamu undangan yang minoritas dikenalnya sembari menikmati makanan khas Inggris yang tersedia di meja prasmanan. Kebiasaannya yang tidak boleh terlewatkan adalah bergabung bersama kedua mempelai untuk mencicipi segelas anggur putih yang diimpor langsung dari Prancis.
Selesai dengan makanannya, Baekhyun akhirnya berpamitan dengan Seohyun dan Yonghwa yang masih sibuk dengan para tamu yang tidak habisnya berbicang-bincang serta mengajak foto bersama dengan mereka. Baekhyun juga tak lupa mengabadikan momen penting ini bersama dengan mempelai yang tampak sangat bahagia.
"Kenapa buru-buru sekali?" Seohyun berkata ketika Baekhyun hendak berpamitan.
Yonghwa menyergah ucapan istrinya dengan cepat. "Sayang, Baekhyun kita juga butuh istirahat. Jangan terlalu memaksakannya."
"Ah, benar. Tapi rasanya aku masih sangat merindukanmu, Baekhyun-ah." Seohyun sontak memeluk Baekhyun dengan erat seolah-olah gadis itu adalah adik kandungnya sendiri yang akan pergi.
"Tidak usah khawatir, eonni. Aku akan tinggal di Nottingham sampai akhir bulan ini. Masih banyak waktu untuk bertemu." Baekhyun membalas dengan ramah.
"Baiklah, hati-hati di jalan."
"Titipkan salam kami untuk orang tuamu di Korea." Yonghwa berkata ketika Baekhyun sudah menyeret kopernya untuk keluar dari area ballroom.
"Oke, oppa." Jempol mungilnya diacungkan ke udara pertanda bahwa Baekhyun mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Yonghwa. "Semoga kalian bahagia selamanya." Lanjutnya dengan sebuah senyum sumringah.
Kedua kakinya yang berbalut sepatu hak tinggi rancangan Christian Louboutin melangkah dengan anggun di atas karpet merah yang akan membawanya keluar dari ballroom hotel De Vere Orchard. Setibanya Baekhyun di parking area, dia langsung membuka ponselnya dan menghubungi Sekretaris Jung untuk segera menjemputnya di hotel ini. Tetapi sebuah suara aneh yang berasal dari balik punggungnya membuat Baekhyun terkejut bukan main.
"Astaga!" Serunya. Hampir saja tubuhnya limbung karena merasa begitu terkejut dengan seorang laki-laki yang mengenakan tuxedo milik Jack Victor dan sedang menangis di belakangnya.
Oh, bukankah dia adalah pria yang Baekhyun sebut tampan tadi?
"O-oh, hai." Baekhyun menyapa pria itu dengan nada suara yang gugup. Entah mengapa, tetapi melihat keadaannya yang kacau membuat Baekhyun sedikit canggung untuk bertanya ada apa dengan pria itu. "Apakah anda baik-baik saja, Tuan?" Tanya Baekhyun dalam bahasa Inggris yang fasih. "Apakah anda membutuhkan sesuatu?"
"Aku butuh sendiri." Pria itu membalas dengan angkuh tanpa mau menatap Baekhyun yang tampak prihatin dengan keadaannya.
Buru-buru Baekhyun membuka kopernya dan memberikan sebuah sapu tangan kepada pria itu. "Ummm... aku... belum pernah melihat laki-laki menangis. Jadi, aku tidak tahu harus berbuat apa. Kuharap ini bisa membantu."
Sapu tangan itu diambil. Perlahan-lahan pria itu mendongak untuk menatap Baekhyun yang berdiri di hadapannya. "Siapa kau?"
"Aku Byun Baekhyun. Aku baru saja pulang dari acara pernikahan kerabatku." Kata Baekhyun. "Aku juga melihat Anda di dalam. Bukankah... seharusnya Anda bahagia karena pernikahan ini?"
Pria itu membeku di tempatnya begitu mendengar kata-kata Baekhyun yang seolah menusuk ke dalam ulu hatinya. Kepalanya tertunduk dalam dan tetesan air matanya kembali berjatuhan. Baekhyun dibuat kalut karena hal itu.
"Oh, Tuan. Maaf jika aku salah bicara. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati Anda." Baekhyun mendadak merasa bersalah. Gadis ini mencoba untuk menenangkan Chanyeol namun apalah daya, pria itu terlalu larut dalam kesedihannya.
"Temani aku minum."
Tiba-tiba Chanyeol membuka suaranya dan secara tidak langsung mengajak Baekhyun untuk minum bersama. Baekhyun terkejut, matanya yang sipit membola begitu mendengar kalimat tersebut.
"A-apa?"
"Pergi temani aku minum."
Chanyeol mengulangi kalimatnya dengan intonasi yang lebih jelas. Namun Baekhyun tetap pada posisinya semula karena begitu terkejut dengan ajakan Chanyeol untuk minum meski mereka belum saling mengenal.
Karena merasa tidak enak, akhirnya Baekhyun menyetujui ajakan Chanyeol untuk pergi minum bersama dan mengesampingkan pikiran buruk yang mungkin saja akan menimpanya jika dia berpergian bersama orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nottingham is Nothing Without You (CHANBAEK) - END
FanfictionBertemu di Nottingham, menghabiskan waktu di kapal pesiar, saling jatuh cinta, dan melupakan fakta bahwa mereka tidak bisa saling memiliki. "Apa salah jika aku mencintai wanita yang sudah terikat dengan pria lain?" - Park Chanyeol, 27. "Nottingham...