Terlewat larut, Kris Wu tidak bisa berdiam diri di kursinya sambil menantikan tunangannya pulang ke apartemen. Pria yang tengah sibuk membaca berkas-berkas penting milik perusahaan itu beberapa kali mengeluh cemas serta khawatir menunggu seseorang yang belum tiba di apartemennya meski waktu telah menunjukkan larut malam.
Kris melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja sebelum mengambilnya dengan kasar disertai keluhan tak berujung. Otaknya mulai berpikiran liar dan dia tidak bisa duduk manis di sofa sambil melanjutkan pekerjaan rumahnya sementara kekasihnya masih berada di luar sana. Terlebih saat ini mereka sedang berada di negeri orang.
Byun Baekhyun adalah kontak teratas yang berada pada daftar panggilan daruratnya. Tanpa ragu, Kris menekan nomor tersebut untuk melakukan panggilan dan menunggu jawaban dari seberang sana.
Terdengar bunyi nada sambungan di sana. Sambil menunggu, Kris memainkan jari-jemarinya sesekali melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 11.00 malam.
“Kumohon, Baekhyun-ah.” Gumamnya kemudian menyusurkan jari-jari di rambutnya sehingga membuatnya terlihat berantakan.
Setelah nada sambung yang kesekian kalinya, telepon itu terputus dan Kris mencoba untuk menghubungi Baekhyun kembali.
“Di mana sebenarnya kau ini?” Tanya Kris pada dirinya sendiri. Merasa begitu frustasi dengan keberadaan kekasihnya yang seolah menghilang seharian ini. “Tidak biasanya kau seperti ini, Baekhyun-ah.” Hembusan nafasnya terdengar berat ketika menyebutkan nama kekasihnya.
Tak kunjung mendapat jawaban, Kris beralih untuk mengirimkan pesan kepada nomor kontak Baekhyun. Sebenarnya dia sempat mengirimkan banyak pesan kepada kekasihnya itu sejak beberapa jam yang lalu. Tetapi karena malam sudah terlalu larut dan Baekhyun belum juga datang ke apartemennya, Kris menjadi cemas akan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kepada Baekhyun.
Rasa lelah yang menderanya setelah seharian bekerja, ditambah penerbangannya dari Seoul ke Nottingham membuat Kris kekurangan waktu istirahat. Tubuhnya sudah mulai mengeluh sementara pekerjaannya masih menumpuk di atas meja. Belum lagi Baekhyun yang saat ini tidak diketahui di mana keberadaannya. Kris sungguh lelah sekaligus cemas di saat yang bersamaan.
Pada akhirnya, Kris menyerah dan mulai memejamkan matanya. Punggung lebarnya layu dan bersandar nyaman di atas sofa dengan keadaan laptop yang masih menyala. Pikirannya kosong dan dia terlelap di atas sofa empuk apartemennya.
Tiga puluh menit kemudian, tanpa disadari Kris, pintu kamarnya terbuka secara tiba-tiba dan munculah Baekhyun bersama dengan Sekretaris Jung di sana. Wajahnya tampak pucat pasi dengan pakaian setengah basah terguyur hujan. Rambut bergelombangnya yang indah menjadi lepek dan berantakan. Sementara Sekretaris Jung yang membantu membawakan kopernya terlihat baik-baik saja.
“Oppa?” Baekhyun memanggil Kris dengan nada yang sangat lembut dan haru, jauh dari kata manja dan penuh rayu. “Apa Kris oppa menungguku hingga selarut ini?” tanyanya yang lebih pantas ditujukan kepada dirinya sendiri.
“Nona, di mana saya harus meletakkan barang-barang anda?” Sekretaris Jung bertanya kepada Baekhyun yang masih sibuk memperhatikan Kris yang terlelap di atas sofa. Gadis itu tampak tersentak karena suara lantang dan tegas milik Sekretaris Jung, namun dia berhasil menjawab pertanyaan itu dengan santai.
“Letakkan saja di kamar Kris oppa.”
Setelah itu Sekretaris Jung berlalu meninggalkan Baekhyun bersama dengan Kris di ruang tamu. Sambil melepas outwear-nya yang setengah basah, Baekhyun memandangi dokumen-dokumen perusahaan yang berserakan di atas meja.
“Apakah pekerjaanmu sebanyak ini?” Baekhyun mendudukkan dirinya di samping Kris dan mulai mengusap rambut lelaki itu dengan lembut. Dahinya berkerut kesah pertanda bahwa dia begitu mencemaskan Baekhyun seharian ini. Juga pekerjaan yang selalu menyita waktu istirahatnya.
Rambut basah Baekhyun yang terurai tanpa sadar membuat tetesan air hingga membasahi kemeja Kris di bagian dada. Hal itu sontak membuat Kris terkejut dalam tidurnya dan membuka mata secara tiba-tiba.
“Ah, kepalaku!” Seru Kris yang mendadak merasakan sakit di bagian kepalanya.
“Oppa, kenapa? Kau baik-baik saja?” Baekhyun bertanya cemas karena Kris mengeluh sakit di bagian kepalanya sesaat setelah dia bangun dari tidur lelapnya.
“Hhh... tidak apa-apa. Aku hanya terkejut karena tiba-tiba merasakan bagian dadaku basah.” Kris refleks memegang dadanya yang basah karena air sebelum menatap Baekhyun dengan cemas. “Kau sudah sampai? Kenapa baru datang? Kau tahu aku mencemaskanmu seharian ini. Kenapa tidak mengabariku? Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?”
Baekhyun tersenyum lebar mendengar celotehan Kris yang begitu protektif kepadanya. “Oppa, aku baik-baik saja. Setelah turun di bandara, aku langsung mampir ke De Vere Orchard untuk mengunjungi pesta pernikahan Seohyun eonni.” Ungkap Baekhyun dengan jelas kepada Kris. “Oppa tahu kan kalau oppa-ku tidak bisa datang.” Nada suara Baekhyun tiba-tiba berubah begitu membicarakan perihal kakak laki-lakinya yang berhalangan datang ke pesta pernikahan temannya karena harus terbujur kaku di rumah sakit.
Kris menatap Baekhyun dengan sendu, ikut merasakan apa yang kini dirasakan Baekhyun di usia mudanya. Membantu orang tuanya mengelola perusahaan meski dia sama sekali tidak memiliki bekal untuk itu sekaligus menggantikan posisi kakak laki-lakinya, Baekbeom, yang sedang koma karena kecelakaan mobil sejak tiga bulan ke belakang.
Sebagai tunangan yang baik, Kris diberikan kepercayaan untuk ikut membantu Baekhyun serta keluarganya mengatur BlackRock, perusahaan milik keluarga Byun, untuk tetap stabil dan tidak mengalami kerugian yang terlalu besar selama Baekbeom dirawat di rumah sakit.
“Pssstt... tidak apa-apa. Kakakmu pasti akan sembuh, percaya padaku.” Kris meraih tubuh Baekhyun ke dalam dekapannya lantas membiarkan gadis itu menangis setelah apa yang telah dilaluinya begitu berat. “Jika kau merasa takut, sedih, ataupun kesepian. Datanglah kepadaku, aku akan memelukmu dengan erat seperti saat ini.”
“Terima kasih, oppa...“
Sebuah kecupan lembut mendarat di atas kening Baekhyun yang setengah basah. “Aku mencintaimu... Byun Baekhyun, kekasihku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Nottingham is Nothing Without You (CHANBAEK) - END
FanfictionBertemu di Nottingham, menghabiskan waktu di kapal pesiar, saling jatuh cinta, dan melupakan fakta bahwa mereka tidak bisa saling memiliki. "Apa salah jika aku mencintai wanita yang sudah terikat dengan pria lain?" - Park Chanyeol, 27. "Nottingham...