Seiring berjalannya waktu, suasana NG-One yang berada tepat di belakangnya justru semakin ramai. Malam semakin larut, namun Baekhyun memutuskan untuk kembali ke rumah karena permainan mereka telah berakhir tiga puluh menit yang lalu dengan kekalahan menjadi milik Chanyeol.
Pria itu mabuk berat, dan kini tengah bersandar pada bahu Baekhyun yang berdiri tepat di sampingnya sambil menunggu taksi datang. Berbagai macam ocehan samar terdengar dari bibirnya yang mengeluarkan bau alkohol, sesekali mengerang kesal karena pria itu tidak bisa melihat apapun dengan jelas.
Baekhyun tersenyum dalam keheningan. Diam-diam dia merasakan setitik kelegaan setelah membicarakan banyak hal dengan Chanyeol. Meski seasing itu, Chanyeol sama sekali tidak bersikap kurang ajar terhadapnya. Dan Baekhyun bersyukur akan hal itu. Artinya, mereka bisa menjalin hubungan lebih seperti pertemanan.
Setelah menunggu sekitar empat puluh lima menit, sebuah taksi berhenti di hadapan mereka. Baekhyun segera membuka pintu dan membawa Chanyeol untuk berbaring di kursi belakang dengan susah payah—karena tubuhnya yang tinggi besar.
Sang sopir membuka kaca jendela dari kursi kemudi dan bertanya ke mana tujuannya dalam Bahasa Inggris. Baekhyun berpikir sebentar, mengingat fakta bahwa dia baru saja mengenal Chanyeol dalam kurun waktu kurang dari 24 jam dan sama sekali tidak mengetahui di mana tempat pria itu tinggal. Lantas Baekhyun kembali kepada Chanyeol yang masih dalam keadaan setengah sadar di kursi belakang untuk menanyakan di mana tempat tinggalnya.
“Chanyeol-ah,” panggilnya. “di mana alamat tempat tinggalmu?”
Chanyeol yang mabuk berat tentu tidak bisa mendengar pertanyaan Baekhyun dengan jelas. Pria itu mengangkat kedua alisnya, membuka mata sayunya, lalu menatap Baekhyun dan membalas dengan suara serak. “Apa?”
“Alamat tempat tinggalmu. Di mana?”
Baekhyun mengulangi pertanyaannya. Namun kali ini tidak dibalas oleh Chanyeol. Pria itu justru menundukkan kepalanya yang lemah sambil mengeluarkan dengkuran halus yang membuktikan bahwa dia sudah kehilangan kesadarannya.
Baekhyun menghela nafas panjang sebelum menyentuh bahu Chanyeol dengan lembut. “Chanyeol-ah, aku butuh alamatmu. Bisakah kau memberitahukannya kepadaku?”
“Cheongdam.” Kedua mata Chanyeol terbuka sejenak sebelum tertutup kembali. “Aku tinggal di Cheongdam.”
Baekhyun mengerjapkan mata, Cheongdam?
Matanya kemudian beralih kepada sopir yang masih menunggu jawabannya sedari tadi. Dengan wajah kikuk Baekhyun bertanya, “Apakah kau tahu di mana wilayah Cheongdam?”
Sopir itu menggeleng, pertanda bahwa dia tidak mengetahui nama tempat yang disebutkan oleh Baekhyun. “Aku belum pernah mendengarnya.”
Tentu saja, Cheongdamdong adalah nama tempat di Korea dan Baekhyun tidak mungkin meminta sopir itu untuk mengantarkannya ke sana.
Merasa malu, akhirnya Baekhyun meraba seluruh bagian saku Chanyeol untuk mencari dompet milik pria itu. Mengambil sebuah kartu kamar hotel yang terselip di antara kartu debit dan memberitahukan ke mana lokasi yang harus dituju oleh sang sopir.
“St. Ann’s Well Road, Birchover Bridgford Hotel. Bawa saja pria ini ke sana dan minta petugas hotel untuk mengantarnya ke kamar.” Ujar Baekhyun. “Aku akan bayar lebih.” Kemudian gadis itu mengeluarkan dompetnya sendiri, mengambil sejumlah uang sebelum memberikannya kepada sang sopir yang mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nottingham is Nothing Without You (CHANBAEK) - END
FanfictionBertemu di Nottingham, menghabiskan waktu di kapal pesiar, saling jatuh cinta, dan melupakan fakta bahwa mereka tidak bisa saling memiliki. "Apa salah jika aku mencintai wanita yang sudah terikat dengan pria lain?" - Park Chanyeol, 27. "Nottingham...