Waktu berlalu begitu cepat. Chanyeol tentu merasa resah.
Semenjak dirinya berpisah dengan Baekhyun, Chanyeol tidak bisa melanjutkan kehidupannya dengan tenang. Meski pada dasarnya, dia disibukkan dengan persiapan pernikahannya bersama Irene. Waktu yang sempit serta jadwal kantor yang cukup padat menjelang pernikahan membuat Chanyeol lupa di siang hari. Namun, ketika semua pekerjaannya selesai, Chanyeol akan kembali dihantui oleh bayang-bayang menyakitkan di mana Baekhyun menangisi perpisahan mereka di Antwerpen.
Chanyeol akui, dia memang cukup tega. Membuat Baekhyun menangis dengan memanfaatkan kehadiran Irene adalah suatu hal yang tidak pernah direncanakan sebelumnya. Akan tetapi, situasi yang cukup membingungkan itu membuat Chanyeol terpaksa melakukannya demi kebaikan wanita itu sendiri.
Semua ini berawal karena dirinya. Kisah cintanya bersama Baekhyun, momen-momen indah di atas kapal pesiar, serta kasih sayang yang semula terjalin karena pertemanan kini berubah menjadi cinta yang terlarang.
Sudah cukup bagi Baekhyun untuk melakukan dosa sebesar ini. Pengkhianatannya, kebohongannya, Chanyeol tidak akan membiarkan wanita itu menanggung sebab dan akibatnya seorang diri. Oleh karena itu, Chanyeol membuat situasinya terlihat seperti; dialah bajingannya. Dialah yang membujuk Baekhyun untuk masuk ke dalam perangkapnya, dialah yang memanjakan wanita itu dengan segenap cinta yang dia punya. Lalu, dengan seenak hati, Chanyeol meninggalkannya untuk perempuan secantik Irene—yang disebut-sebut sebagai wanita pilihan keluarganya.
Tetapi, pada kenyataannya, Chanyeol tidak bisa terus seperti ini. Menunggu bukanlah sesuatu yang Chanyeol sukai—terlebih saat ini dia sedang menyakiti hati seorang wanita yang sangat dia cintai.
Chanyeol merasa sudah cukup dengan aksinya. Saatnya untuk mengubah rencana dan membawa Baekhyunnya pulang.
***
Sampai saat ini, Chanyeol masih menyimpan sebuah memori ketika dirinya menuliskan sebuah surat untuk Baekhyun di haluan kapal Carnival Vista yang sedang berlayar di laut lepas.
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dalam benaknya. Apakah Baekhyun sudah membaca surat yang ditulisnya saat itu?
Kalau sudah, lalu bagaimana ekspresinya? Apakah ia bahagia? Ataukah sebaliknya?
Chanyeol benar-benar penasaran dengan raut wajah wanita itu saat membuka suratnya. Bahkan, dia merasa hampir gila karena keingintahuannya yang berdosis lebih itu.
Sementara dirinya, hingga saat ini, masih menyimpan dengan baik surat yang diberikan oleh Baekhyun—yang dia masih ingat sekali pada waktu itu, Baekhyun hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk menulis dan menyimpannya sebelum memberikannya kepada Chanyeol.
Surat itu dibaca Chanyeol ketika dia sedang melakukan perjalanannya menuju Korea. Awalnya, Chanyeol merasa ragu untuk melihatnya. Dia takut bahwa isinya adalah sesuatu yang Chanyeol pikirkan atau mungkin kebalikannya. Dia sejujurnya tidak memiliki keberanian sekedar untuk membaca selembar kertas yang mungkin orang menganggapnya tidak berharga.
Tetapi, ini adalah kertas dari Baekhyun. Dari pujaan hatinya yang telah banyak menyembuhkan segala macam luka hati yang mendera Chanyeol. Dan Chanyeol tidak bisa membiarkannya begitu saja.
Atas rasa penasarannya yang cukup dalam, Chanyeol akhirnya membuka surat tersebut. Sejenak dia mengagumi tulisan tangan indah milik Baekhyun sebelum membaca sebuah paragraf yang menarik perhatiannya.
Chanyeol-ah, apakah kau yakin berteman saja cukup untuk kita?
Aku tidak tahu mengapa, tapi aku selalu merasa senang ketika bersamamu. Aku menginginkan sesuatu yang melebihi pertemanan. Bagaimana menurutmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nottingham is Nothing Without You (CHANBAEK) - END
ФанфикBertemu di Nottingham, menghabiskan waktu di kapal pesiar, saling jatuh cinta, dan melupakan fakta bahwa mereka tidak bisa saling memiliki. "Apa salah jika aku mencintai wanita yang sudah terikat dengan pria lain?" - Park Chanyeol, 27. "Nottingham...