Aku tidak ingin seseorang menyerah.
.
Jawaban Sasuke malam itu membuat Sakura merasa heran. Ia masih tidak paham mengapa lelaki itu bersikeras berharap agar ia tidak menyerah. Ia menjadi penasaran, apa benar lelaki itu menggambar latte dengan gambar bunga gardenia untuk maksud yang sama?
Ah, laki-laki itu mana paham tekanan yang ia hadapi? Tekanan yang ia miliki bukan hanya soal novel yang tidak laku, melainkan juga soal finansial. Ia yakin, Sasuke cukup berada hingga bisa memakai pakaian mahal. Uang pasti bukan masalah bagi lelaki itu.
Ia memilih untuk mendengarkan Sasuke kali ini. Toh saat ini ia memang sedang dalam proses menyelesaikan novel terakhirnya sebelum melamar pekerjaan di salah satu perusahaan dan menjadi pegawai kantoran.
Sakura membaca ulang karyanya dan menghela napas. Ia sama sekali tidak menaruh perasaan pada jemarinya yang menari di atas papan ketik, bahkan tak merasakan sama sekali emosi dalam tokoh-tokoh tulisannya. Ceritanya terasa monoton, dengan alur yang tidak berbeda jauh.
Sepertinya pasar menyukai karakter pria yang tidak jauh berbeda, antara CEO kaya raya, ketua gangster, anak SMA berandalan yang playboy atau psikopat sadis yang jatuh cinta. Kalaupun latar belakangnya sedikit berbeda, intinya tetap tidak jauh berbeda.
Untuk karakter perempuannya, umumnya antara gadis populer di sekolah, anak yang berpura-pura culun dan dirundung, pokoknya kebanyakan karakter perempuan yang cengeng dan manja. Sakura sendiri sebenarnya kurang suka karakter perempuan yang begini, tetapi terpaksa membuatnya demi mengikuti selera pasar. Namun tetap saja novelnya kurang laku.
"Aduh, harus gimana lagi? Adegan apa yang harus kubuat?" gumam Sakura sesudah berdecak kesal.
Sakura segera melirik ponselnya dan menyadari jika jam telah menunjukkan pukul setengah enam sore. Ia harus segera makan malam sebelum berangkat menuju minimarket tempatnya bekerja sambil dari pukul tujuh malam hingga tiga pagi.
.
.
'Ada apa denganmu? Sejak tadi kau terlihat seperti menunggu seseorang,' ucap Naruto dengan bahasa isyarat setelah menepuk bahu Sasuke yang sedang gelas yang telah dicuci dan dikeringkan ke dalam lemari.
Sasuke menoleh dan mengernyitkan dahi. Naruto pasti sedang berhalusinasi karena ia tak sedang menunggu siapapun. Lagipula hari ini ia juga tak membuat janji dengan siapapun, jadi siapa yang ia tunggu?
Sai yang kebetulan memperhatikan Sasuke dan Naruto segera mendekat dan menggerakkan tangan.
'Kau sedang menunggu gadis yang sering pesan kue earl grey itu?'
Ucapan Sai membuat Sasuke terkesiap untuk sesaat hingga tak menyadari bahwa bibirnya sedikit terbuka tanpa ia sadari. Baik Sai maupun Naruto sama sekali tak menyangka jika Sasuke akan membuat reaksi seperti itu. Padahal mereka pikir Sasuke akan langsung menggelengkan kepala seraya menatap tajam, atau bahkan menjawab dengan sinis.
'Untuk apa?'
Naruto bertukar pandang dengan Sai sebelum menggerakkan tangan, memberi jawaban pada Sasuke.
'Mana kutahu. Mungkin kau tertarik padanya? Buktinya kau bahkan memberikan kue gratis padanya ketika kau bahkan tak pernah melakukannya pada pelanggan lain.'
Sasuke baru saja akan menjawab, namun Naruto menjentikkan jari tanpa sadar dan teringat sesuatu.
'Ah! Kau kan sempat bertukar pesan dengannya beberapa kali hingga berniat mengantar pesanan. Bahkan kau sampai meminjamkan coat mahalmu padanya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence (Sasuke.U x Sakura.H Fanfiction)
Fanfiction✅PDF Ready Isi : 44 chapter + Epilog + 2 Bonus Chapter Total 300+ Halaman Harga : Rp. 20.000 . . Sakura, seorang penulis amatir, memutuskan berkunjung ke sebuah kafe bertema keheningan dan jatuh cinta dengan kue yang memiliki rasa anti mainstream se...