Sakura menggigit bibirnya sendiri dan menundukkan kepala, menahan diri agar tidak menangis meski tubuhnya bergerak dengan cekatan untuk meletakkan kue pesanan di atas piring atau memindahkan makanan dari bilik dapur ke atas nampan.
Ia tak berani menatap Sasuke yang kini sedang berbincang dengan salah seorang pelanggan wanita paruh baya yang juga mengalami disabilitas, entah apa yang dibicarakannya.
Aliran darah di tubuh Sakura seolah berpacu lebih cepat dan ia secara refleks berusaha menghindari Sasuke. Tangannya bahkan sedikit bergetar akibat perasaan gugup.
Lima belas menit yang lalu, Sakura baru saja mengacau ketika wanita paruh baya itu memutuskan membayar di kasir dengan wajah yang terlihat marah. Tangan wanita itu bergerak dengan cepat dan Sakura kesulitan memahami apa maksudnya. Dari inti ucapan wanita itu, tampaknya dia merasa kesal karena brown sugar yang dicairkan permintaan wanita itu tidak kunjung diberikan hingga minumannya habis, namun Sakura tidak begitu yakin.
Sakura merasa bingung dan ia melirik ke arah pegawai lainnya dengan tatapan memohon bantuan, tetapi kafe sedang ramai dan mereka semua juga sedang sibuk.
Ia tanpa sadar bergumam dengan suara pelan dan berkata 'aduh gimana, nih? aku tidak mengerti maksudnya' karena bingung, namun wanita itu membaca gerakan bibir Sakura dan malah semakin marah.
Barangkali Sasuke menyadari pelanggan yang berdiri terlalu lama di meja kasir dan lelaki itu segera meninggalkan minuman yang baru selesai dibuatnya serta menghampiri meja kasir serta membuat gesture agar Sakura menjauh serta membiarkannya menangani hal ini.
Dan kini Sakura merasa semakin bersalah. Lelaki itu pasti sangat marah karena membuat pelanggan kesal dan tidak bisa menangani pelanggan dengan baik meski pekerjaan Sakura sangat ringan, yakni duduk di meja kasir dan memindahkan makanan dari dapur ke tray sambil memastikan jika pesanan telah dibuat sesuai urutan serta mengambil makanan di showcase untuk dipindahkan ke piring.
Iris emerald Sakura tertuju pada jam yang tertera di dinding. Jadwal istirahat berubah setiap tiga bulan sekali dan hari ini adalah hari dimana ia harus menghabiskan istirahat di jam yang sama dengan Sasuke, orang yang sangat ingin dihindarinya saat ini.
Seandainya ia bisa bertukar shift dengan siapapun untuk hari ini, tentu saja ia akan melakukannya. Namun ia mengambil jadwal istirahat paling akhir sehingga tak bisa bertukar dengan siapapun.
Lima menit telah berlalu dari jam istirahat Sakura yang sesungguhnya, namun ia bahkan tidak berniat makan sama sekali. Ia lebih memilih untuk bekerja tanpa istirahat hari ini ketimbang harus bersama dengan lelaki itu.
Pelanggan wanita paruh baya itu meninggalkan kafe pada akhirnya dan Sasuke segera berbalik dan menepuk pelan lengan Sakura yang sedang mengecek makanan yang baru keluar dan mencoretnya di kertas sebagai tanda bahwa makanan sudah disajikan.
Sakura memberanikan diri untuk menoleh dan segera menundukkan kepala untuk menghindari tatapan Sasuke. Ia merasa benar-benar takut hingga untuk sesaat tubuhnya terasa seolah mati rasa.
'Istirahat.'
Sakura hanya mengangguk dan berpura-pura sibuk dengan mencoret pesanan yang telah dihidangkan pada kertas serta membiarkan Sasuke berlalu.
Hingga Sai yang kebetulan menghampiri Sakura untuk mengambil nampan berisi makanan dan mengantar ke meja pelanggan memutuskan berhenti sejenak.
'Kau tidak istirahat? Kulihat Sasuke sudah pergi lebih dulu.'
Sakura menganggukan kepala dan membalas dengan bahasa isyarat. Ia masih merasa canggung, namun setidaknya sudah lebih terbiasa dibanding sebelumnya.
'Nanti saja.'
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence (Sasuke.U x Sakura.H Fanfiction)
Fanfiction✅PDF Ready Isi : 44 chapter + Epilog + 2 Bonus Chapter Total 300+ Halaman Harga : Rp. 20.000 . . Sakura, seorang penulis amatir, memutuskan berkunjung ke sebuah kafe bertema keheningan dan jatuh cinta dengan kue yang memiliki rasa anti mainstream se...