Chapter 12 (Direvisi)

2.1K 363 28
                                    

Sakura memiliki begitu banyak praduga sebelum bekerja di kafe. Bahkan beberapa praduga yang ia miliki juga terkesan hiperbola. Namun sesungguhnya praduga yang ia miliki hampir seluruhnya berlawanan dengan realita.

Pada awalnya, ia berpikir jika ia akan menghabiskan setiap hari dengan makan siang sendirian. Seluruh pegawai di kafe adalah pria dan memiliki disabilitas sehingga hampir mustahil untuk memiliki relasi di luar pekerjaan. Ia pikir, ia akan merasa terasing karena perbedaan cara berkomunikasi.

Namun semua ketakutan Sakura sama sekali tidak terbukti. Seluruh pegawai di kafe, bahkan lelaki berambut nanas yang terlihat acuh tak acuh, tampaknya menerima keberadaannya. Beberapa dari mereka bahkan bersedia membantu Sakura mempelajari bahasa isyarat, terutama Naruto.

Para pegawai juga tampaknya memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Sebelumnya, ia menduga jika semua orang tunawicara dan tunarungu adalah orang yang cenderung tenang. Namun persepsinya hancur seketika setelah bertemu dengan Naruto dan Kiba.

Sebelumnya Sasuke sempat menyarankan untuk mematikan notifikasi jika merasa terganggu dengan suara notifikasi sebelum memasukannya ke dalam grup chat karyawan. Ia pikir, seramai-ramainya grup chat tempat kerja, paling-paling hanya akan ada puluhan notifikasi di saat-saat tertentu, terlebih jika ada bos di dalam grup chat tersebut. Karena itulah ia memutuskan untuk mengabaikan peringatan Sasuke.

Sekarang, ponselnya berakhir dengan baterai yang seolah tersedot dalam waktu singkat akibat notifikasi bertubi-tubi di grup chat tersebut. Meski grup tersebut merupakan grup pekerjaan, tampaknya setiap karyawan memperlakukan grup tersebut layaknya grup pertemanan pribadi.

Naruto dan Kiba adalah dua orang yang paling berisik di grup tersebut, begitupun dengan Sai dan Gaara yang lumayan aktif jika dibandingkan dengan kesan pertamanya. Bahkan Sasuke yang ia pikir hanya akan muncul untuk menyampaikan informasi penting ternyata akan muncul sesekali untuk membalas chat teman-temannya.

Sakura tak menyadarinya pada awalnya, namun ia mulai merasa nyaman dengan lingkungan di tempat kerjanya. Sejujurnya, ia bahkan merasa lebih nyaman di tempat ini ketimbang di minimarket tempatnya bekerja sebelumnya. Bahkan ia mulai akrab dengan beberapa karyawan dan hampir selalu menghabiskan waktu istirahat bersama seseorang.

Sakura baru saja menutup cash register dan berniat menuju ruangan pegawai untuk mengambil barang yang ia letakkan di loker serta beristirahat. Siang ini tak seorangpun mengambil jadwal istirahat yang sama dengannya selain Sasuke. Akan tetapi, ia merasa terlalu canggung untuk mengajak lelaki itu makan siang bersama sehingga berencana makan siang di suatu tempat sendirian.

Namun sebuah tepukan di bahu tepat ketika ia hendak berjalan melintasi Sasuke membuatnya terhenti sejenak. Lelaki itu meliriknya, lalu berujar dengan gerakan tangan, 'Temani aku makan siang.'

Sakura tersentak dan untuk sesaat ia terdiam. Ia pikir ia salah memahami maksud yang diutarakan Sasuke dengan bahasa isyarat. Namun pada akhirnya ia memutuskan mengangguk meski ia yakin kalau ia salah paham.

Sejujurnya ia tak mengerti mengapa Sasuke mendadak mengajaknya makan siang bersama. Dibanding bersama Naruto, ia merasa canggung bersama lelaki itu. Bagaimanapun juga, lelaki itu kini adalah bosnya sehingga ia tak bisa bersikap seperti dulu. Entah kenapa, ia pun merasa terbebani bersama dengan Sasuke yang kini seolah memiliki aura yang berbeda sejak mereka menghabiskan waktu di taman.

'Aku mau makan siang di restoran Prancis. Tolong bantu pesankan menu.'

Sakura hanya menganggukan kepala sebagai respon. Kini ia mengerti mengapa lelaki itu memintanya menemani makan siang bersama. Ia pikir mungkin lelaki itu merasa canggung jika harus memberitahu pelayan bahwa dirinya tunawicara.

In Silence (Sasuke.U x Sakura.H Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang