Sakura menatap layar ponselnya dengan tatapan tak percaya begitu ia menyalakannya sesudah bangun tidur. Ia pikir, Sasuke tak akan membalas pesannya lagi di tengah malam. Terlebih lagi, lelaki itu sedang sakit.
Lelaki itu mengirimkan pesan padanya pukul empat pagi, mengabari bahwa dia sudah mengirimkan email revisi dan memintanya untuk memperhatikan semua bagian yang sudah dia tandai termasuk note di akhir bab satu. Sakura bergegas membuka email-nya dan sungguhan menemukan email dari Sasuke di sana, lengkap dengan pesan di email itu.
Entah kenapa, Sasuke terasa seperti seorang dosen yang melakukan bimbingan skripsi dengan mahasiswanya. Namun dosennya pun tak pernah menghubunginya tengah malam hanya untuk mengirimkan revisi.
Sakura membayangkan kalau Sasuke hanya akan mencoret bagian-bagian yang dianggapnya tidak perlu. Jangan-jangan, pesan yang diberikan hanya 'revisi' di setiap bagian. Namun dugaannya salah. Bukan hanya mencoret, Sasuke bahkan memperbaiki sebagian dan memberikan saran terperinci untuknya.
Ini benar-benar aneh. Apa benar Sasuke hanya sekedar suka mem-beta read karya Naruto? Ia merasa seolah seseorang yang sungguh memahami soal tulis menulis sedang mengoreksi karyanya lalu memberikan kritik dan saran.
Di salah satu kalimat yang diperbaiki Sasuke, ia menyadari kalau versi yang sudah diperbaiki malah jadi lebih mudah dipahami. Tulisannya terkesan bertele-tele di beberapa bagian.
Di akhir bab, ada sebuah pesan dari Sasuke untuknya yang bahkan ditulis dengan font berwarna merah dan bukan di bagian comment. Sakura menyadari, Sasuke benar-benar berusaha membimbingnya dan tidak sekedar asal mengiyakan saja.
-----------------------------
Kalau temamu begini, bagaimana kalau kau menggunakan sudut pandang orang ketiga? Kau perlu meng-explore karakter lain lebih mendalam, namun bukankah kau punya objek pengamatan yang terlalu sayang kalau disia-siakan?
Kurasa cerita seperti ini juga tidak terlalu mainstream. Kalau kau lebih menonjolkan aspek yang ingin kau tonjolkan, mungkin bisa lebih menarik pembaca. Tujuanmu penerbit mayor, kan?
Oh, ya. Aku mau istirahat hari ini. Mungkin besok aku membaik. Kalau kau kelar revisi, langsung kirim saja. Besok akan kubaca.
-----------------------------
Sakura tersadar kalau ia sudah begitu merepotkan Sasuke dengan mem-beta read karyanya. Lelaki itu bahkan berniat meluangkan waktu di tengah istirahat meski sedang kurang sehat. Ia tak tahu di mana lagi ia bisa menemukan mentor seperti ini. Rasanya ia tak heran kalau Naruto bahkan sering meminta bantuan lelaki itu.
.
.
Sasuke membuka matanya dan sedikit menyipit begitu cahaya jatuh pada retinanya dalam intensitas berlebih yang membuat kepalanya terasa sakit.
Semalam lelaki itu mengalami sakit kepala yang begitu parah hingga merasa pusing setelah pilek terus menerus hingga kesulitan untuk bernapas. Karena itulah ia memutuskan memaksakan diri mengoreksi karya Sakura ketimbang tidak melakukan apapun dan susah tidur. Sebenarnya ia bahkan tidak sepenuhnya memahami alur cerita Sakura.
Lelaki itu segera menyalakan ponselnya dan menjauhkan benda itu darinya selama beberapa saat sebelum mengatur cahaya layarnya ke cahaya yang paling gelap. Ia khawatir jika ada pesan penting untuknya dan merasa tidak tenang meninggalkan kafe begitu saja.
Terdapat beberapa pesan yang masuk ke ponselnya, termasuk pesan dari Sakura. Terlhat jika gadis itu mengirimkan foto dan ia merasa penasaran hingga membuka pesan itu sebelum membuka pesan-pesan yang lain.
--------------
From : Sakura Earl Grey
Aku sudah baca email-mu dan koreksinya.
Terima kasih, ya. Aku akan mengoreksinya dan mengirimkan padamu kalau kau sudah kembali ke kafe.
Bagaimana kondisimu? Jangan lupa minum obat dan banyak istirahat ^^
--------------
Sebetulnya Sasuke merasa begitu lelah. Sudah kurang tidur, sakit kepala, pusing, pilek pula. Benar-benar penderitaan yang sempurna.
Rasanya ia ingin tidur, namun tak bisa memejamkan mata karena menyadari ada pesan seseorang yang perlu dibalas. Dengan mata yang berair karena kelelahan, ia berusaha membalas pesan Sakura.
--------------
To : Sakura Earl Grey
Ali bsik.
--------------
Sesudahnya Sasuke mematikan ponselnya. Ia bahkan tidak menyadari kalau pesannya penuh dengan typo.
.
.
Sakura tak dapat menahan diri untuk tidak tertawa begitu membaca pesan Sasuke yang isinya penuh dengan typo. Ia tak pernah membayangkan lelaki yang terkesan perfeksionis itu mengirimkan pesan yang bahkan tidak ia pahami isinya.
Naruto yang baru saja menghabiskan makanannya menatap Sakura yang bereaksi aneh. Lelaki itu menggerakkan tangannya, 'Kenapa?'
Sakura segera memperlihatkan ponselnya pada Naruto. Ia yakin lelaki itu pasti akan bereaksi sama.
"Sasuke mengirimkan pesan yang isinya typo semua. Lihat, deh."Naruto melirik layar ponsel Sakura yang diperlihatkan padanya dan ekspresinya berubah seketika. Sakura terkejut karena mengira Naruto akan bereaksi sama dengannya.
Raut wajah lelaki itu terlihat sedih untuk sesaat sebelum kembali seperti biasa. Naruto mengeluarkan ponselnya kemudian menuliskan pesan pada Sakura.
-----------------
Kalau si Brengsek itu begini, artinya dia sungguhan sakit.
Biasanya, pesannya tidak pernah typo. Soalnya dia super teliti
Aku jadi khawatir.
-----------------
Sakura merasa benar-benar bersalah karena sudah menganggu Sasuke di tengah-tengah istirahatnya. Padahal ia sudah tahu kalau lelaki itu sedang sakit.
"Kau mau menjenguk? Kalau iya, aku boleh ...." Sakura langsung memutuskan ucapannya dan menepuk bibirnya. Apa yang ia pikirkan? Bisa-bisanya ia berniat meminta ikut menjenguk kalau Naruto ingin menjenguk Sasuke.
Sakura merasa ingin segera menghilang saja kalau bisa. Ia lupa kalau Sasuke mungkin bukan temannya. Lelaki itu cuma lelaki asing yang bersikap super baik padanya, lalu relasi mereka berubah menjadi kenalan.
Naruto tersenyum. Ia paham ke mana arah pembicaraan Sakura, lalu kembali mengetik.
-----------------
Kau mau menjenguk juga?
Boleh, seharusnya dia tidak keberatan, sih. Tapi dia tinggal bersama keluarganya.
Kau tidak keberatan, kan?
-----------------
Sakura mendelik seketika. Ia membayangkan harus bertemu dengan orangtua dan mungkin saudara-saudara Sasuke. Ia merinding duluan membayangkan berada di situasi yang mengintimidasi seperti itu.
"Hah? Bukan,bukan!" seru Sakura seraya menggoyang-goyangkan telapak tangannya. "Maksudku, mmm ... aku mau titip buah buat Sasuke. Kalau berkunjung, sepertinya tidak, deh. Aku kan tidak terlalu kenal. Apalagi itu rumah keluarganya."
Sakura merasa dirinya begitu frontal sesudahnya. Biasanya, ia akan sedikit memperhalus ucapannya di situasi seperti ini. Namun tidak dengan kali ini.
'Di rumahnya tidak selalu ada orang, kok. Santai saja,' jawab Naruto dengan menggerakkan tangan sambil tersenyum.
"Itu lebih masalah lagi!" pekik Sakura.
Naruto menepuk keningnya lalu menggerakkan tangan, 'Kau pikir kita mau ngapain ke rumahnya? Pikiranmu ini keterlaluan, deh.'
Sakura meringis. Merasa malu karena terlanjut membayangkan hal-hal aneh. Ia sengaja bersikeras dan menyahut, "Sudahlah, pokoknya kalau kau mau menjenguk, aku titip saja."
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence (Sasuke.U x Sakura.H Fanfiction)
Fanfiction✅PDF Ready Isi : 44 chapter + Epilog + 2 Bonus Chapter Total 300+ Halaman Harga : Rp. 20.000 . . Sakura, seorang penulis amatir, memutuskan berkunjung ke sebuah kafe bertema keheningan dan jatuh cinta dengan kue yang memiliki rasa anti mainstream se...