Chapter 5

2K 258 37
                                    

Akhir pekan adalah hari yang paling menyenangkan daripada hari-hari sebelumnya, biasanya orang-orang akan menghabiskan satu hari liburnya itu untuk berkumpul bersama keluarga, bahkan sanak saudaranya. Begitu pula yang di lakukan Krist dan juga Singto sekarang. Pria berkulit Tan itu mengajak sang anak untuk jalan-jalan bersama dengannya.

Remaja manis itu mengenakan kaus panjang berwarna biru dan juga jeans sweet berwarna senada, lengkap dengan topi dan juga sepatu berwarna sama. Krist paling suka warna biru dan merah, meskipun hampir semua warna anak itu suka. Jemari Krist menggenggam lengan Singto erat seolah takut terpisah dari sang ayah, sementara Singto menatap ke arah sekelilingnya.

Sebenarnya Singto bingung ingin mengajak Krist untuk pergi kemana, dan ternyata Krist ingin pergi ke danau untuk melihat bebek katanya. Tetapi bukannya itu pasti tidak ada?

Mana ada bebek sungguhan di danau buatan seperti ini, yang ada hanya ilustrasinya saja. Keduanya berjalan bersama di tengah angin yang samar-samar menyapa keduanya di bawah naungan jajaran pohon rindang nan hijau lebat yang menyejukkan hati setiap mata memandangnya.

Krist menatap ke arah anak-anak kecil yang tengah berlari dengan riangnya kesana kemari, membuat seulas senyuman tertarik di sudut bibirnya.

Karena itu Singto memutuskan untuk membawa sang anak pergi naik perahu, mungkin Krist akan suka melihat pemandangan indah danau di sini. Pria berkulit Tan itu mengajak sang anak untuk pergi ke tempat penyewaan perahu, mereka menyewa perahu kecil itu untuk memutari danau yang membentang cukup luas sejauh mata keduanya memandang.

Krist dengan gembira menatap ke arah depannya, ketika perahu yang keduanya tumpangi perjalanan menuju ke tengah danau. Remaja manis tadi menatap percikan air yang timbul akibat terjangan mesin perahu motor itu.

Tangan Krist turun untuk menyentuh genangan air di sekitarnya, begitu sesuatu yang basah dan dingin itu menyentuh permukaan kulit telapak tangannya. Krist tersenyum karenanya, sedangkan Singto hanya bisa diam dan mengamati apapun yang di lakukan sang anak.

Mungkin Singto harus sering-sering mengajak Krist pergi ke alam terbuka seperti ini, sebab anaknya terlihat begitu gembira hari ini.

"Kit senang?"

"Iya."

Kata singkat yang baru saja terucap dari bibir sang anak itu sangat berarti dalam hidup Singto seperti mengisyaratkan jika Singto berhasil menyenangkan Krist dengan hal kecil yang bisa di lakukannya untuk sang anak.

Mungkin terlihat sepele namun senyuman Krist itu sangat amat berarti untuk Singto, bahkan lebih membahagiakan daripada apapun, sebab Singto bertahan hanya untuk membuat sang anak merasa bahagia dan senang mempunyai ayah sepertinya. Singto tidak mau membuat Krist kecewa.

*

*

Setelah selesai menaiki perahu, Singto dan Krist berjalan-jalan bersama berdua sambil bergandengan tangan, menikmati pemandangan di sekitarnya.

Singto mengajak Krist untuk duduk pada sebuah bangku, sembari membenarkan letak pakaian sang Anak yang terlihat sedikit berantakan. Di lihatnya lagi Krist yang tengah fokus pada sesuatu.

Tidak jauh dari mereka ada beberapa anak kecil yang tengah memakan ice cream, Singto yakin jika Krist menginginkannya, hingga akhirnya pria berkulit Tan itu menepuk bahu sang Anak pelan.

"Kit mau ice cream?"

Beberapa detik kemudian baru Krist menganggukkan kepalanya, tanpa menatap ke arah Singto, anak itu menatap ke arah lain ketika suara ramai orang-orang yang berbicara tertangkap pada pendengarannya, mengambil fokus Krist dari apapun, bahkan dedaunan yang bergoyangpun bisa mengambil alih segalanya jika Krist merasa itu sangat menakjubkan.

[31]. AFEKSI: Come to meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang