damn you, girl!

4.2K 402 23
                                    

-○-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-○-

Kedua bola matanya terus bergulir, menanti dengan waspada disekitarnya. Tubuhnya tak pernah sedikitpun untuk beranjak pergi, untuk sekedar beristirahat atau hanya sekedar bernafas lega. Masih tetap tegap, menatap lurus dengan waspada.

Ia tak sendiri, ia ditemani sosok lain seperti dirinya disisi kanan pintu utama. Berdiri dengan santai sambil bersenandung, tak seperti dirinya.

Hingga detik saat sosok itu melirik padanya, bersamaan dengan terbukanya pintu utama diantara keduanya. Sosok itu menegak, berdeham sejenak menatap lurus kedepan seolah tetap terjaga dengan kondisi apapun.

Sementara dirinya berbalik, membungkuk sejenak pada pintu besar  yang menampilkan sosok gadis jangkung.

"Tidak usah mengantarku sampai kedepan. Aku akan bersama pengawalku" Gadis itu melirik sejenak   pada seorang maid dibelakang nya. Lalu bergulir menatap dirinya dengan pandangan yang tak dapat ia pahami.

Tanpa menunggu lagi, gema langkah dari heels gadis itu mendominasi ruangan besar itu, membuat langkahnya mengikuti pelan dengan tubuh yang menegak memandang punggung gadis itu.

Lisa. Gadis semapai  dengan tubuh langsing yang berjalan angkuh dihadapan nya, seolah tak perduli pada barisan maid yang membungkuk pada nya. Terus berjalan dengan angkuh melewati mereka.

Gadis yang baru menginjak usia legal nya itu tampak begitu dewasa dengan penampilan nya malam ini. Gaun kelam segelap malam, menampilkan kaki jenjang juga punggung putihnya, ditambah surai coklatnya yang disanggul rapi memperlihatkan tenguk mulusnya. Seakan mencoba mengundang para adam untuk sekedar menyentuhnya. Tak terkecuali dirinya.

"Ayahku setuju" Keduanya berhenti, tepat didepan sebuah mobil hitam mewah dihadapan keduanya.

Ia tak menyahut, melainkan berjalan lebih dulu. Membuka pintu mobil untuk gadis itu.

Namun Lalisa tak kunjung masuk, gadis itu menoleh padanya. Menatapnya dengan tatapan menghakimi.

"Dan kau harus ikut."

"Kenapa?"

Bersamaan dengan pertanyaan yang dilontarkan nya, Lisa mengalihkan wajahnya. Merunduk memasuki mobil, dengan tenang duduk disana sambil menghela nafas.

**

Keduanya tak ada yang mengeluarkan suara. Perjalanan yang sudah terlewati tiga puluh menit itu tak terasa, dan kini keduanya telah sampai dikediaman Lisa.

Namun, bukan nya turun. Mereka masih diam didalam mobil, seolah menunggu sesuatu.

"Apa yang terjadi?"

"Tak ada"

Begitu pertanyaan yang kembali terlontar itu dengan sigap Lisa  menjawab nya. Menatap bangku dibalik kemudi didepan nya.

Sementara dirinya, hanya menatap wajah Lisa lewat pantulan kaca.

"Katakan. Kenapa aku harus ikut?"

"Karena kau penyebab nya"

Ia menoleh, ingin berbalik menatap Lisa. Namun ia tersentak, saat detik itu Lisa dengan sigap mendekat padanya, mengambil langkah lebar untuk duduk dipangkuan nya. Mengalungkan kedua tangan nya ditenguk nya.

"Kau penyebab nya. Aku ingin bersama mu" Mata Lisa  menyendu, menatap pria dibawahnya dengan pandangan sarat akan pengharapan.

"Itu tidak bisa"

"Kenapa?!" Gadis itu hampir memekik, bahkan meremas surai pria itu.

"Kau... kita tidak bisa bersama Lisa. Ingat akan selama ini... aku bersama mu sudah lebih dari sepuluh tahun, menjadi penjagamu. Menjadi pengawal setia mu, dan menganggapmu seperti adikku..."

Lisa mendekatkan diri. Ia menarik tangan nya, menyentuh sisi rupawan pria itu.  Dengan wajah yang semakin dekat, menyatukan kedua kening mereka.

"Adik?" Tangan lentiknya menari dipermukaan wajah pria itu, menyentuh lembut luka yang belum kering ditulang pipi pria itu, lalu turun menyentuh ujung bibir pria itu yang juga sama terluka.

Tangan nya kembali menurun, menyusuri permukaan dada bidang pria itu dari balik tuxedonya, mendekatkan wajahnya pada pria itu.

"Tidak ada seorang kakak yang meniduri adiknya. Sering kali..." ucapnya, dengan suara rendahnya tepat ditelinga pemuda itu. Ia mengecupnya, bersamaan dengan itu suara erangan terdengar dari bibir pria itu kala tangan nya kembali menurun menyentuh dan mengelus lembut permukaan perut pria itu.

"Bukan kah itu artinya kau juga ingin bersama ku" Lalisa kembali mengecup cuping pria itu, dengan tangan yang kembali menurun.

"Engghh lisaa..."

Lisa tersenyum tipis, ia menjauhkan dirinya. Menatap wajah pria itu, menatapnya dengan seringainya.

"Katakan kau juga ingin ikut denganku"

"Enghh liz...hh"

Pria itu tampak menarik nafas, membuat Lisa kembali menyeringai. Kembali menarikan tangan nya dibawah perut pria itu. Mengelusnya lembut seakan menuntut pria itu.

"Katakan Sehun"

Sehun tak kuasa menahan nya. Ia menarik Lisa, mempertemukan keduanya lewat ciuman panas nan mengairahkan. Membiarkan Lisa semakin memainkan dirinya dibawah sana.

Membiarkan gadis itu tersenyum penuh kemenangan karena dirinya kembali kalah oleh gadis diatasnya.

Lalisa semakin liar. Ia kian mempermainkan Sehun, ia kian membuat  Sehun tak lagi untuk diam saja. Ia membuat Sehun menjadi kian bergairah, membiarkan pria itu menyentuh dirinya. Ikut menyentuh dan mempermainkan nya dibawah sana.

Membiarkan Sehun merobek kasar gaun malam nya. Membiarkan sehun membenamkan wajahnya diantara kedua dada nya.

Lisa menikmatinya. Ia menikmati dimana Sehun menyentuhnya, menghisapnya. Bahkan mencumbunya.

Ia menyukai segala perlakuan memabukkan dari pengawalnya.

-○-

-○-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-○-

ASTAGFIRULLAHHHHHHHH

Stories Of Her IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang