saya suka

4.5K 376 56
                                    

-○-

"KAMU MAU PIKNIK ATAU APA?!"

Kedua bola matanya membulat sempurna kala seorang gadis mungil yang berdiri didepannya, menghamburkan seluruh isi tasnya. Yang berisi buku tulis dan satu kotak pensil, juga lima roti sandwich yang dibelinya di indomart dan botol air minum. Jatuh begitu saja dibawah kakinya, yang detik kemudian tasnya menyusul terlempar begitu saja.

Lisa menggeram, tentu saja. Melihat bagaimana roti sandwich rasa coklat kesukaannya, yang hanya ada di indomart, jatuh tergeletak dibawah kakinya. Ia memandangi itu dengan mata yang memerah dan perasaan yang dongkol.

Dalam batin terus menyumpah serapah gadis dihadapannya yang menjadi kakak tingkatnya sekaligus panitia pelaksana ospeknya.

Bagaimanapun, ia menyempatkan untuk tidak sarapan dan hanya membeli roti tersebut agar tak terlambat untuk ospek hari pertamanya.

Tetapi apa yang ia dapatkan kini adalah hal yang membuat kepalanya mendidih. Terlebih kini, diantara barisan kelompoknya juga barisan kelompok lain hanya diam dengan kaku meliriknya.

Lisa lantas berjongkok, mengambil kelima roti miliknya dan langsung dimasukkannya cepat pada tasnya. Juga mengabaikan seruan dari si gadis yang terkenal killer dari maba lain. Yang padahal, dimatanya adalah orang yang tidak waras.

Detik saat Lisa memasukkan roti terakhir kedalam tasnya. Ia dapat merasakan, kepalanya disundul oleh sesuatu didepannya. Siapa lagi kalau bukan si kating song garang yang menyundul kepalanya dengan tangan.

"SAYA GAK NYURUH KAMU JONGKOK YA?!"

Lisa mau tak mau berdiri, membiarkan buku tulis juga satu kotak pensil dan botol air minumnya masih tergeletak di bawah.

"Gak usah teriak. Saya denger."

Ke-refleksan Lisa yang membawa pada malapetaka nya sendiri.

Jujur, Lisa hanya ingin mengucapkannya dalam hati. Namun apa daya, ia terlalu gugup melihat mata tajam si kating hingga membuatnya tanpa sadar melawan dengan wajah datar. Mencoba menutupinya.

"KAMU NYAHUT SAYA?! IYA?!"

Lisa menipiskan bibir, pandangannya tak bisa lepas dari kedua bola mata milik kating yang terhalang kaca bening. Tangannya terkepal, dengan dada yang bergemuruh.

Ia tak pernah dimarahi, diteriaki, atau dipermalukan ditengah-tengah beribu maba sepertinya. Terlebih hanya karena ia membawa lima roti. Yang justru mengundang  kemarahan tak berfaedah dari si kating.

"Kak... ini makanan loh. Termasuk rejeki juga. Kakak malah seenaknya lempar ini ke tanah." Sungguh, Lisa tidak bermaksud untuk mengundang amarah si kating melainkan untuk sedikit membela diri.

Tetapi, disini Lisa justru merasa terpojok karena perkataannya. Karena itu, beberapa panitia mendekat. Atensi srmakin menatapnya lekat, bahkan mungkin seluruh manusia dilapangan itu menatapnya.

Jelas, jiwanya gentar. Takut, bahkan rasanya ingin menangis.

Ia lantas menurunkan pandangannya, melirik pada tempat dimana rotinya jatuh.

"Sama makanan aja gak bisa menghargai. Apa lagi sama manusia..." ucapannya yang terlontar begitu saja dan kembali membuat suasana disekitarnya mencengkam.

Stories Of Her IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang