(p^ェ^q)
"Aku ingin bayimu."
"H-ha? Apa kamu bercanda?"
"Tidak, aku tidak bercanda."
"Kau pasti bercanda, sejak kapan kita bermain?"
"Saat ini..."
DEG!!
"Haaah... Haaah... Haaah..." aku langsung membuka mata, jantungku berdetak sangat cepat, dan keringat dingin mulai membasahi rambut ku. Mimpi itu selalu datang sebulan sekali, bulan ini yang sering banyak muncul.
Ku tengok kipas listrik yang diberikan tetangga, stopkontaknya ternyata belum di pasang. Betapa pintarnya aku sampai-sampai lupa menyalakan kipas angin, mungkin akibat kelelahan bekerja.
Aku segera beranjak dari kamar, tiba-tiba perutku menjadi sangat berat, betapa lupanya aku sampai-sampai tak menyadari ada sebuah makhluk kecil yang sebentar lagi lahir.
"Maaf kan bunda ya nak," aku mengusap pelan perut besar ku, dia sangat aktif di pagi hari.
Blurd...
Ku rasakan tendangannya yang begitu dahsyat.
"Engggh..."
Aku mengerang, tadi itu sangat dahsyat. Bahkan berbekas di perut bawah ku.
"Kamu pasti lapar."
Aku ke dapur untuk membuat sarapan, hanya ada telur dan nasi sisa semalam. Nasi semalam enak sekali, ada yang mengirimkan itu semalam, sekarang aku ingin lagi. Ku usap perut ku supaya bayi ku tidak sedih.
Ting~
Tong~
Bel berbunyi dari pintu depan, aku segera menghampiri siapa yang bertamu pagi sekali.
Cklek~
Tak ada siapa-siapa yang berdiri di sana, hanya ada nasi bungkus tergantung di gagang pintu. Lagi-lagi makanan dari seseorang, aku tersenyum senang dan ku bawa ke dapur.
Aku menikmati nasi kuning yang begitu banyak, sama persis seperti porsi yang dikirimkan seseorang tadi malam. Aku tidak curiga siapa yang mengirimkan nasi setiap hari, yang penting aku bisa makan.
Setelah makan aku merasakan sakit yang luar biasa di area punggungku dan merambat cepat ke perut bawah ku.
"Engggh!!"
Ini sangat sakit, sungguh. Aku teringat perkataan dokter, aku lalu berjongkok untuk merangsang bayi ku.
"Engggh!!"
Ku rasakan pergerakan sang bayi turun ke bawah, aku panik, aku belum siap, ditambah tidak ada seseorang di rumah ini.
Saat ingin berdiri hendak masuk ke kamar, pijakanku oleng. Aku takut perut besar ku terbentur atau pantat ku terbentur dan membuat sang bayi kaget. Aku pasrah, siapa saja tolong bayi ku.
Greb!
"Kau tidak apa-apa?"
Dari belakang tubuh ku, ada suara lembut menghipnotis ku. Aku segera berterima kasih kepada seseorang yang menyangga tubuh ku, aku lalu berbalik.
"Terima kasih."
Aku terpana oleh parasnya, tubuh tegap, dada membidang, mata terduh, dan senyumnya yang membuatku teringat oleh mimpi tadi pagi. Ku tepis pemikiran buruk tentangnya, ku rasakan sesuatu mengalir dari selangka ku.
Cras*
Aku menutup mulut, air ketuban ku ternyata pecah. Tangan ku memegangi perut besar yang semakin ke bawah dan tangan satunya menyangga tubuh di pinggiran meja dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Birth[Oneshoot]
Short Story"Haaah... Haaah..." "Siapa saja tolong bayi ku..." _________________________________________ Typo seperti bunga sakura, bertebaran. Jangan lupa mampir di profil aku. Hanya fiksi. # 3 - Cerpen, 30 Mei 2020 # 1 - Oneshoot, 6 Maret 2021