2-Water Birth

95.9K 634 4
                                    

(p^ェ^q)

"Haaah... Haaah..."

"Engggh..."

Entahlah, sekitar 12 jam kontraks ini ku rasakan. Air ketiban ku sudah pecah dari 10 menit yang lalu, membasahi ruang tengah. Aku berusaha tenang, mengatur nafas, dan rileks.

"ELLY! Haaah... Haaah... Haaah..."

Itu suami ku, namanya Joe. Dia menunduk memegangi lutut akibat berlari. Muncul seorang wanita berumur dengan peralatan medisnya.

"Berdirilah Elly, tubuhmu akan dipegangi Joe."

Joe membantuku berdiri, dia terlihat telaten menjaga ku. Wanita berumur yang ku sangka dokter memeriksa perut bawah ku dengan alat canggihnya.

"Bukaanya sebentar lagi sempurna, kita keliling rumah yuk."

Aku mengangguki perkataan dokter, Joe di belakang dan dokter di samping. Sekitar 5 menit memutari dapur, aku berpegangan di meja makan dan mengelus perut ku. Ku rasakan pijatan lembut di punggung.

Dokter tadi yang telah memijat ku, lalu aku mengitari rumah untuk mempercepat proses pembukaan. Aku berhenti berjalan, ku rasakan sakit yang tiba-tiba menyerang.

"Engggh!"

Aku dipapah ke sofa dan diperiksa. Bukaan ku telah mencapai 9, aku hendak dipapah menuju kamar, tetapi ku cegah dengan cepat.

"Kenapa Elly? Kamu mau ke rumah sakit? Bukannya kamu tidak suka rumah sakit?"

Joe sangat khawatir, dari mimik wajahnya dia tidak kuat untuk melihat ku kesakitan.

"Aku ingin melahirkan..."

"...di bathtub."

Ada jeda di akhir kalimat ku, Joe tampak bingung, dia terlihat tidak mengerti dengan perkataan ku.

"Are you kidding Elly?"

"Tidak Joe, aku memang ingin melahirkan di sana."

"Tapi kenapa harus di kamar mandi?"

"Airnya hangat, lumayan meredakan sakit."

Aku tersenyum, menutupi sakit yang datang menyerang. Joe menuntun ku ke kamar mandi, dia sedikit ragu dengan keputusan ku.

"Elly buka baju mu,"Joe terdiam kaku mendengar perintah dokter, dia menggenggam tangan ku erat sekali.

"Tak apa Joe," aku menenangkan Joe dan segera membuka baju, meninggalkan bra yang masih menggantung.

Air hangat menyentuh kulit ku, aku merasa nyaman di sini, ku selonjorkan kaki ku dan memegang erat bibir bathtub.

"Engggh..."

Ku rasakan bayinya mendesak keluar. Joe menggenggam tangan ku dan mengusapnya. Aku duduk dan berjongkok, kedua tangan ku menggenggam erat bibir bathtub.

"Joe, masuk ke bathtub! Pijat punggung Elly!"

Joe nampak kebingungan, dia akhirnya membuka kaos dan masuk ke bathtub. Aku menundukkan kepala, berusaha melihat ke bawah. Pijatan Joe yang hangat mampu mendorong bayi ke bawah.

"Engggh!"

Aku mengerang, berusaha mendorong bayi yang hampir keluar. Dokter mengintrupsi agar aku menarik nafas.

"Engggh!"

"Ayo Elly, lebih kuat lagi."

Aku menarik nafas dalam-dalam. Dan bersiap mengejan.

"ENGGGH!"

"Kepalanya menggantung Elly!"

Teriakan Joe mampu menenangkan ku.

"Elly, jangan mengejan dulu. Tunggu 30 detik," dokter itu mengelus dan memeluk kepala ku.

30 detik berlalu, ku rasakan gerak refleks dari tubuh. Aku menuruti gerak tubuh ku, persis saat ingin PUP.

"ENGGGGH!!"

Sesuatu lolos dari milik ku dan di tarik oleh Joe keluar.

"BABY! Oh my god! Aku sekarang menjadi ayah."

Joe menyerahkan bayi yang baru saja lahir di dunia, dia nampak pucat, dan kecil. Tali pusarnya masih terbung oleh plasenta.

"Oeeeek! Oeeeek!"

Aku terharu, bayi kecil ini menangis di dada ku. Lengkingan suaranya menggema di kamar mandi. Dokter segera memberikan handuk untuk si kecil.

Joe? Dia tak hentinya mengecup kita berdua.

Cup

End.


Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Birth[Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang