(p^ェ^q)
20.00 p.m.
Ding~ Dong~ Ding~ Dong~
Jam rumah sakit berbunyi sekian kalinya, alunan nadanya persis seperti di stasiun kereta api. Suaranya menggema di lorong-lorong, tanda tak ada orang di sekitarnya.
Ryuu mengusap perut buncitnya yang menonjol di seragam jaganya, memberikan rasa hangat ke janin yang di kandungnya.
'Tolong jaga dia, begitu dia lahir kamu boleh pergi.'
Seketika suara itu terngiang di kepalanya, sudah 6 bulan Ryuu mengingatkan dirinya agar becus menjaga janin yang dikandungnya.
"Ekhem!"
Deg!
Jantung Ryuu ingin lari dari tempatnya, dia melihat ke depan mendapati Dokter Bunbun berdiri dan menyembunyikan tangan di jas dokternya.
Dengan tatapan biasa, dokter umum itu menyerahkan gelas kertas ke meja Ryuu. Tampak gelas kertas itu mengeluarkan asap.
"Apa ini?" tanya Ryuu to the point.
"Kopi," mata Ryuu seketika melebar, dokter sialan ini amnesia apa kalau Ryuu sedang tidak boleh menikmati kafein.
"Dokter gila?" dengan wajah hampir seperti udang rebus, Ryuu membuka gelas kertas itu perlahan, soalnya dalam kondisi panas.
"Tck!" Ryuu berdecak pelan, membuat Dokter Bunbun tersenyum. Bukan kopi yang Dokter Bunbun berikan, melainkan segelas susu hangat.
"Jangan di tiup! Bahaya! Karbondioksidanya nanti menempel!" Ryuu mengurungkan niat untuk meniup susu hangat itu, dia menatap tajam ke mata dokter sialan itu.
Tiba-tiba perutnya terasa geli, Ryuu memergoki Dokter Bunbun sedang mengelus perut buncitnya.
"Eum-maaf, refleks," lalu dokter itu pergi.
(p^ェ^q)
"Haaah~" Ryuu bernafas gusar, hari ini dia kurang beruntung.
Pertama, Ryuu harus shif malam menggantikan temannya yang tidak bisa datang.
Kedua, Ryuu berjaga sendiri.
Ketiga, rumah sakit sepi akan pengunjung, ditambah lagi malam-malam, membuat Ryuu seakan-akan dia saja yang hidup di gedung itu.
Keempat, hapenya tertinggal di kamar.
Entah kesialan apalagi yang menimpanya nanti, Ryuu harap dia dan bayinya aman-aman saja.
Nyiiiiit~
"Ahhhh," seketika perut buncit Ryuu mengencang kesekian kalinya, Ryuu mengusap-usap bagian bawah perutnya dengan lembut.
Matanya menangkap susu yang diberikan Dokter Bunbun 2 jam yang lalu, Ryuu ingin meniup susu itu namun sudah dingin.
'Jangan di tiup! Berbahaya! Karbondioksidanya nanti menempel di sana.'
Seketika Ryuu mengingat perkataan dokter sialan itu, menjengkelkan sih, makan aja diatur. Setelah setengah gelas Ryuu habiskan entah mengapa Ryuu ingin ke toilet lagi.
Crash!
Lega rasanya setelah pergi ke toilet, Ryuu memeluk perutnya yang besar, berjalan hati-hati di toilet.
Benar atau tidak Ryuu mendapat sticky note dari seseorang.
5 menit nggak ke parkiran, aku tinggal.
![](https://img.wattpad.com/cover/187487196-288-k158097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Birth[Oneshoot]
Short Story"Haaah... Haaah..." "Siapa saja tolong bayi ku..." _________________________________________ Typo seperti bunga sakura, bertebaran. Jangan lupa mampir di profil aku. Hanya fiksi. # 3 - Cerpen, 30 Mei 2020 # 1 - Oneshoot, 6 Maret 2021