10-Meeting

37.1K 462 36
                                        

Long time no see
I'm come back

#

Aku melihat berkas yang menumpuk di meja. Seseorang masuk ke ruang kerjaku.

"Semenit lagi kita harus meeting nyonya," omong sekretaris perempuan itu.

"Dengan siapa?" tanyaku masih sibuk dengan tumpukan kertas.

"Victoria groub."

Aku terdiam, membeku. Entah mengapa aku terbayang dengan tatapan matanya dan tubuh tegap dengan dada yang membidang.

Tiba-tiba bayi dalam kandunganku bergerak, "Oh, ya ampun!" sambil mengelus-elus perutku yang membuncit.

"Mohon siap-siap nyonya," minta sekretarisku.

Setelah pintu tertutup aku mengelus perutku yang tiba-tiba mengencang. "Aaargh! Tenang baby, mmmph..."

Bayiku tidak berhenti bergerak, dia aktif mencari lubangku yang sekarang berkedut-kedut.

"Hah... Hah... Tenang baby. Kita lalui setelah kita sampai di rumah," mintaku.

Tiba-tiba kontraksi datang membangkitkan hasrat untuk mengejan. "Engggghhhh! Mama tidak bisa menahan-engggghhhh! Berhenti baby-engggggggaaaahhhh!"

Aku merasakan sesuatu di lubangku, saat kuraba ada benjolan kepala bayi di sana. Ada rembesan darah dan lendir yang mengalir di paha.

"Baby... Maaf, tapi mama sedang sibuk."

Aku menekan kedalam sehingga tidak terlihat lagi. Rasanya sakit ingin berteriak. Aku mengelap darah dan lendir di paha, tak lupa aku memakai celana super ketat untuk menahan kelahiran.

"Ouuuhhh... Rasanya tidak nyaman!"

Meeting dimulai, aku berusaha bersikap normal dihadapan pemimpin Victoria groub yang memandangku dari atas sampai bawah.

Sesekali aku berhenti untuk menhan kontraksi maupun mengapit kedua pahaku.

"Jadi setelah pembangunan dimulai... Sssshhh!" kontraksinya datang. Fokusku terpecah oleh nyeri yang berkedut-kedut.

"Biar saya yang menggantikan," jawab sekretarisku. Dia menjelaskan dengan terperinci, rambut kepangnya berayun-ayun mengikuti badan.

Aku duduk di kursiku yang ajaibnya dekat dengan pemimpin Victoria groub.

"Sssshhh... Mmmmmhhhh..." desisku menahan dorongan dari bayi.

Sebuah tangan kekar menyentuh lalu mengelus perutku, aku mendongak melihat ke samping untuk melihat siapa pemilik tangan.

"Jangan sentuh bayiku," tekanku sambil memelankan suara.

Dia metapku dengan sudut matanya lalu sibuk menyimak meeting.

"Mmmhhh... Mmmhhh..." aku bergumam menahan nyeri yang datang pergi, berkedut-kedut tidak berhenti.

"Ooohhh... Tenanglah baby. Mmmhhh... Mmmhhh...beri mamamu sejam lagi."

Aku mengapitkan kedua pahaku sambil mengusap usap perut yang mengencang.

Sebuah tangan menggenggam tanganku, dia memberikan sensasi hangat, aku refleks meremas tangannya ketika kontraksi menyerang.

"Aaaarrgghh! Hah! Hah!" aku refleks berteriak mengalihkan pandangan semua orang.

Birth[Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang