6½-RaFarel 2

39.3K 412 6
                                    

(p^ェ^q)

Ada yang aneh dengan Syiva, daritadi Syiva memeluk Eric dengan erat namun sekarang Syiva membelakanginya.

"Yang..."

"Um?" Syiva hanya melirik dengan ujung mata.

"Kamu kenapa?" giliran Eric yang memeluk dan mengelus perut Syiva.

"Emmph... Lepas yang," Syiva mengangkat tangan Eric menjauh dari perutnya.

Dia bingung dengan sikap Syiva, hanya melihat punggung Syiva dan mencoba terlelap. Namun hampir sejam Eric tidak terlelap dikarenakan dia mengkhawatirkan Syiva.

Tiba-tiba Syiva turun dari kasur pelan sekali, berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun. Syiva berlutut di lantai, kepalanya dibenamkan di tangan yang dia lipat, dia berusaha merangsang bayinya.

Dari 3 hari yang lalu rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Baru kali ini Syiva merasakan sakit yang luar biasa secara berangsur-angsur.

"Enggggaaah..." erangan lolos dari mulutnya, Syiva khawatir kalau Eric bangun karena suaminya barusaja pulang dari kerja.

Dirasakan ada yang memeluk dan mengelus kepalanya. Dia kaget, berusaha mengintip sedikit.

"Ssst, tenang..." Syiva memeras kaos belakang suaminya, melampiaskan rasa sakit yang dirasakannya.

"Kita ke rumah sakit yuk, biar cepet bertemu adik bayinya," Syiva hanya mengangguk.

Eric pergi ke luar kamar, mencari bantuan ayah dan bundanya.

"Pokoknya aku mau malam ini mas."

"Iya deh iya, sekarang kamu mau gimana?"

"Emm... Tolong lepas ikatan braku dong, nggak sampai nih."

Cetek.

"Ya ampun ayah! Bunda! Kalian ngapain?"

Ayah dan bundanya menoleh dengan ekspresi terkejut.

"ERIC!" seperti di keroyok berbuat mesum di tempat umum.

"Waktu aku remaja nggak dibuatin adik, lah sekarang mau punya cucu malah dibuatin adik?"

"Um... Nak, kami nggak begitu," bela ayahnya.

"Heh?" Eric bingung sekarang.

"Benar nak, bunda cuman mau pijat. Tolong ambilkan minyak gosok di atas lemari itu," Eric menoleh ke samping dan mengambil minyak gosok itu.

"Terima kasih," Eric mengangguk hendak keluar kamar orang tuanya.

"Aaah... Yang itu mas. Emmmph... Enak bangeeet. Kok bisa anget-anget gitu?"

"Bisa dong, kan aku tukang pijatnya."

"Besok buka klinik pijat urat ya mas, biar cucu kita yang ngurus kantor."

"Iya sayang..."

Dirasa ada yang mengganjal, Eriv berbalik masuk lagi ke kamar orang tuanya.

"Eh, buuun! Bantuin Eric dong."

"Emang kenapa?" tanya ayahnya yang sibuk memijat punggung istrinya.

"Syiva kesakitan! Cucu kalian sepertinya mau keluar," Eric berbicara cepat yang langsung di fast respon oleh dua orang di hadapannya.

"Yang benar? Mas siapin mobil, aku nanti nyusul. Nak, kamu bawa barang-barang yang seperlunya saja, biar bunda yang nuntun Syiva."

"Oke bun!" Eric keluar dan cepat-cepat membawa barang-barang yang diperlukan.

Birth[Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang