7-Rahel

36K 400 15
                                    

(p^ェ^q)

Susu hangat dengan memandang gunung Raung adalah keseharian mu di sore hari. Kamu pasti lelah setelah membersihkan rumah ku yang selalu berantakan oleh istri ku, Ferida.

Dan kamu tak mengeluh walau membawa perut buncit mu kemana saja. Aku tidak melarang jika itu mau mu, sudah ku peringatkan walau kamu tetap bersikukuh ingin pergi.

Kamu juga menolak jika aku menemani mu, itu membuat ku khawatir dengan anak ku. Kenapa kamu selalu menuruti kemauan Ferida? Kenapa?

Biarkan saja Ferida yang mengambilnya, itukan barangnya, daritadi cuman duduk dan tidak melakukan apapun. Sedangkan kamu mondar-mandir dengan perut buncit mu yang membuat aku kapan saja merasa khawatir.

"Rahel, yuk masuk ke dalam. Sudah mau magrib," ajak ku.

Kamu segera beranjak dan memegangi perut serta pinggang mu. Apakah bagian itu sakit?

"Rahel? Kamu capek? Kok daritadi memegang punggung dan perut?"

"Alah! Biarin aja mas! Daritadi kan dia duduk! Darimana capeknya?!" kamu menunduk dalam ketika mendengar omongan Ferida, lalu pamit hendak ke kamar.

"Sssst, Ferida. Tapi mas lihat sendiri dia daritadi ngurus rumah, kamu kok nggak bantu Rahel? Hum?"

"Em... Eung... Y-ya kan aku capek, aku butuh istirahat, aku nggak mau panas-panasan kena sinar matahari, entar kulit aku jadi item, dekil, duh amit-amit," aku tersenyum mendengarnya. Istri ku ini sangat manja ya Rahel? Maafkan dia yang membuat kamu repot.

"2 minggu besok mas akan ke kota," bicara ku membuat Ferida bersemangat, dia pasti minta oleh-oleh.

"Wuah! Mas, bawakan aku alat kosmetik mulai dari eye liner, bedak, fondation, maskara, lipstik, pelembab, pokoknya itu semua yang bermerk ya mas! Aku nggak mau tahu!"

"Hahaha, iya sayang," sambil mencubit pipi Ferida. Aku tahu, kamu pasti melihat dibalik gorden kan Rahel? Atau menyimak sembari mengusap perut buncitmu? Aku tahu, kamu juga ingin aku bawakan oleh-oleh. Aku tahu Rahel!

"Tapi 2 minggu itu kamu harus jaga Rahel," pesan ku ke Ferida.

"Ngapain? Dia kan udah besar! Ngapain dijagain segala! Ngerepotin!" maaf ya Rahel, omongan Ferida memang pedas.

"Kandungan Rahel hampir memasuki 40 minggu, aku khawatir dia kenapa-napa. Tolong lindungi Rahel ya sayang, anak itu nanti juga menjadi anak kita," maaf Rahel, aku tahu kamu mendengar omongan ku, jangan menangis.

"Huh! Iya mas! Iya!"

"Nah gitu dong."

(p^ェ^q)

Aku tak tahu harus mengatakan hal apa kepada mu sebelum aku pergi ke kota. Di tangan ku sudah ada segelas teh hangat kesukaan mu, dan aku tetap saja masih mematung di pintu kamar mu.

"Um... Rahel..." panggil ku lirih, berusaha tidak mengusik mimpi indah mu.

Cklek!

Seketika wajah indah mu muncul dibalik pintu, aku tersenyum berusaha menyapa dalam diam, kamu malah menunduk dalam.

"N-ngapain?" omongmu sembari membetulkan jilbab.

"Um... Boleh masuk?" aku tahu pasti tidak diperbolehkan oleh mu, mungkin terlihat aneh jika aku memasuki kamar yang didalamnya bukan istri ku.

Birth[Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang