Pada suatu malam, empat orang adik Saffa berkumpul di rumahnya. Mereka belajar bersama dan tentu saja bermain bersama. Mereka juga menceritakan semua yang terjadi di sekolah kepada Saffa.
Michel memperlihatkan bukunya yang bertuliskan beberapa ciri ayahnya. Dia lalu menyuruh Saffa untuk mengoreksinya, barangkali ada yang salah.
Melihat tulisannya, Saffa ingin tertawa sampai terguling-guling. Sebisa mungkin ia tahan hasratnya itu karena tak mau menyakiti hati seorang anak kecil. Nilai merah dengan ukuran setengah bukunya tertera jelas disitu. Memang agak miris, namun Saffa akui isi tulisan Michel berbobot.
"Hm, bagus juga. Gimana tanggapan temen-temen kamu waktu baca ini di depan kelas?"
"Aku diketawain mbak. Terus aku marah-marah."
"Oh, gitu ya, " ucap Saffa, "ceritakan ke kita, dong."
"Oke!" Seru Michel sambil berdiri.
"Kan aku dapat tugas buat nulis ciri-ciri dan pekerjaan ayahku, jadi malamnya aku kerjakan di buku ini. Aku tanya ke Ayah, 'pekerjaan Ayah apa?' tapi Ayah bilang aku harus mengamati sendiri. Jadi, karena aku nggak tahu, aku ngasal, deh. Aku tuliskan pekerjaan Ayahku adalah penyihir!"
"Alasannya?" tanya Saffa.
"Karena Ayah bisa membuat barang apapun dari sampah tanpa membeli barang yang baru! Misalnya, ayah bisa buat lemari dari kardus, jadi nggak perlu membeli lemari yang asli!"
"Chel," ujar Satya sambil mengangkat tangan, "boleh nggak aku berguru sama Ayahmu?"
"Hm, boleh lah," ujar Michel. Dia lalu melanjutkan, "terus, setelah aku kasih tau alasannya, aku sebutkan ciri-ciri Ayah, yaitu seorang manusia, punya dua kaki dan tangan, punya dua mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Ayah juga punya istri yang bernama Ibu ku, terus Ayah juga punya rumah yang merupakan tempat tinggal ku, selesai!"
Keempat hadirin pun bertepuk tangan setelah mendengar pemaparan Michel. Lalu, Michel menambahkan lagi.
"Oh iya, tadi di sekolah ada temanku yang ulang tahun, jadi dia bawa balon. Habis tiup lilin, Ibu Guru bagi balon nya satu satu ke kita semua. Terus, Ibu guru nyuruh aku maju dan menyanyi balonku ada lina. Waktu aku nyanyi pertama kali, aku nggak bisa lanjutin karena balonku cuma ada satu. Aku nggak mau bohong kalau balonku ada lima. Kan, balonku cuma ada satu."
Saffa hendak tertawa lepas saat membayangkan Michel menyanyi balonku ada satu dengan semua lirik lagunya yang diubah.
Kira-kira seperti apa ya lagunya?
Selesai bercerita, Michel duduk kembali dan melanjutkan pelajarannya. Sekarang, giliran Satya yang memperlihatkan tugasnya ke Mbak Saffa.
Lagi-lagi, Saffa ingin tertawa hingga berguling-guling, namun ia tahan. Satya memperlihatkan buku gambarnya yang terdapat gambar wajah seekor kambing, dengan tulisan "Dono" di bawahnya.
"Satya disuruh apa sama Bu Guru?" tanya Saffa sambil melihat gambaran Satya yang lumayan bagus. Namun, Dono digambarkan sedang tersenyum disini. Kalau dipikir secara logika, mana ada kambing yang bisa tersenyum lebar macam ini.
"Tadi, Ibu Guru nyuruh gambar orang yang paling berkesan buat kami, nah, karena aku nggak bisa gambar muka Mamak ku, aku gambar muka Dono, deh."
"Wah, gitu ya. Terus, waktu ngelihat ini, Bu Guru bilang apa?"
"Kata Bu Guru, 'Wah, Satya gambar muka kakekknya, ya? Oh, berarti, kakek Satya adalah orang yang paling berkesan buat Satya. Apa yang buat kakek Satya berkesan?' gitu kata Bu Guru. Terus, aku jawab, 'Bu, itu kambing Mbak Saffa, bukan kakek saya. Dia berkesan karena dia mau dijadikan kuda-kudaan buat mainan. Dia juga mau nemenin saya main sama Michel, bu.' aku jawab gitu deh."

KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Weirdos!
HumorKami adalah sekumpulan manusia yang mempunyai kekuatan super. Kami bahkan pernah menghentikan rotasi bumi selama tujuh jam. Kami bisa membuat orang yang tidur bangun kembali atau tidur lagi tetapi dengan mata terbuka. Kami adalah pahlawan dunia ini...