Di suatu hari yang cerah, adik-adik Saffa berkunjung ke kandang belakang rumahnya untuk menjenguk Dono. Mereka tak segan membawakan oleh-oleh untuk teman mereka yang sedang sakit itu, bahkan Tatia dan Elza sampai memasak nasi kuning untuk mendoakan Dono agar cepat sembuh. Yah, meskipun warna nasinya coklat kehitaman, mereka tetap menyebutnya nasi kuning.
Michel membawa Codet, kucing kesayangannya agar ikut serta melihat keadaan Dono. Sesampainya di kandang, Saffa tengah menganyam eceng gondok sambil sesekali mengelus kepala Dono. Bapak Saffa juga ada di sana, tetapi sedang membuang kotoran saudara-saudara Dono sekaligus mencari dedaunan dan rumput-rumputan untuk makanan Dono yang sedang sakit.
Tak lama kemudian, Satya dan yang lainnya datang. Codet tampak mengeong-ngeong keras di depan Dono, mungkin mengajaknya berbicara karena sudah lama tak berjumpa. Michel meletakkan seikat rumput di dekat Dono, disusul oleh yang lainnya. Nasi kuning berbentuk kerucut gagal itupun diletakkan didekat Dono.
Saffa tersenyum, lalu tertawa. "Ya ampun kalian ini, sayang banget ya, sama Dono? Padahal dia kan cuman kambing tua yang bentar lagi dikurbankan."
Lalu, Codet dan Dono menatap Saffa dengan tatapan mengerikan. Saffa hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal. Namun, Michel dan yang lainnya terlihat murung.
"Kalo Dono dikurbankan, nanti kami nggak bisa main kuda-kudaan lagi, mbak."
Ya Allah, runtuk Saffa dalam hati, Kambing ya kambing, dek, kuda ya kuda.
"Loh, kan masih ada sapinya Pakde Yadi?" hibur Saffa, dengan maksud meluruskan pandangan mereka dalam memandang seekor kambing menjadi kuda.
Michel menggeleng, "Nggak ah, kami nggak bisa naik. Takut ditendang."
Saffa lagi-lagi ingin tertawa, namun ditahannya. "Oh, yaudah. Kalau gitu, kita pergi ke luar, yuk!"
Satya menggeleng. "Nggak ah, mau main sama Dono."
"Aku udah masak nasi kuning, loh," ujar Elza sambil membagikan selembar daun pisang pada tiap orang dan dua hewan disampingnya, "Dimakan, dong. Aku sama Tatia udah capek nyalakan api, tapi nggak nyala-nyala."
"Iya, deh."
Begitu memakan satu suapan saja, mata keempat orang ini-minus Elza-membelalak ke atas, sampai hanya terlihat warna putih saja. Sudah mirip seperti zombie. Karena tak ingin menyakiti hati Elza, masing-masing mencari alasan agar bisa keluar dan muntah.
"Aduh!" seru Satya sambil memegangi perutnya, "Kebelet boker!"
Tak mau kalah karena alasannya dicomot, Michel mengangkat tangan, "Aduh, kebelet pipis!"
Kemudian, giliran Tatia untuk melarikan diri. "Aku ambil minum di motor dulu, ya!" padahal dia tak punya motor.
Sekarang, hanya ada Saffa dan Elza di dalam kandang. Ada Codet dan Dono juga, sih. Raut wajah Saffa sudah sangat jelek karena menahan rasa aneh nasi kuning ini setengah mampus. Dengan susah payah, dia menelannya. Kalau boleh jujur, ini adalah makanan paling gila dan tidak enak yang pernah dia makan. Berbotol-botol minum pun tak bisa menghilangkan rasa aneh ini.
"Eh, Elza," panggil Saffa, "Kamu pakai bumbu baru, ya?"
"Iya dong," sahut Elza sambil mengedipkan matanya. "Aku kasih cengkeh, pala, lada hitam sama sedikit gula palem tadi."
Buset.
Mendengar itu, Saffa seketika menyesal telah menelan sesuap nasi tadi. Tapi, tak apalah. Dia harus menghargai semua usaha yang dilakukan oleh saudara-saudara jejadiannya ini. Tak lama, Michel dan yang lain kembali selesai muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Weirdos!
HumorKami adalah sekumpulan manusia yang mempunyai kekuatan super. Kami bahkan pernah menghentikan rotasi bumi selama tujuh jam. Kami bisa membuat orang yang tidur bangun kembali atau tidur lagi tetapi dengan mata terbuka. Kami adalah pahlawan dunia ini...