"Jangan takut pada polisi, selama kita tidak berbuat jahat, mereka itu pelindung kita. Jadi kalau ada apa-apa, bilang saja pada polisi, okay?"
Kata-kata gurunya terngiang-ngiang di telinga Jeno. Sambil menahan air mata yang mengancam menetes dari pelupuk matanya, ia memasuki gedung dengan banyak petugas berseragam di dalamnya.
"Adik kecil kenapa?" Seorang polwan cantik membungkuk sambil tersenyum ramah padanya.
Jeno menggenggam erat strap ransel iron mannya. "Hnnnng-"
"Apakah kau tersesat?"
"Uh- ung!" Ia menganggukkan kepalanya.
Wanita itu menatap ke sekelilingnya, "Duduk dulu ya? Namamu siapa?" Ia menuntun Jeno untuk duduk di kursi yang kosong di sebelahnya.
"Jeno!" Katanya sambil mengayun-ayunkan kakinya.
Wanita itu tersenyum sambil sesekali menatap arlojinya. Ia menanyakan beberapa pertanyaan formalitas pada Jeno, alamat, nomor ponsel, sekolah dan lain sebagainya. Tapi tidak berhasil. Jawabannya tidak nyambung dengan pertanyaan yang diajukan.
Masih menatap arlojinya gelisah, wanita itu kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia tak pernah bisa sabar menghadapi anak kecil.
"Rookie!" Serunya kepada seorang laki-laki yang baru keluar ruangan, kantung mata menghiasi wajah letihnya.
"Ya, sunbaenim?"
"Shiftmu sudah selesai? Aku ada tugas keluar, dan petugas yang berjaga disini belum datang. Bisa kau jaga disini sebentar?"
Jaehyun memaksakan diri untuk tersenyum dan mengangguk, aslinya badannya sudah remuk redam setelah semalaman patroli lalu paginya mengerjakan beberapa berkas, tapi sebagai rookie mau tidak mau ia harus menuruti seniornya.
Wanita itu mengambil beretnya dan menambahkan, "Oh, satu lagi. Anak ini tersesat, antarkan dia pulang ke rumahnya. Bye!"
Jaehyun melongok ke balik meja, baru memperhatikan sosok bocah yang berputar-putar di kursi sambil mengucapkan "whiiiiiii~"
Seketika letihnya hilang, ia berjongkok di depan bocah itu. "Halo iron man! Aku Jaehyun!"
Jeno tertawa geli, "Jeno iron man! Iron jeno!" ujarnya lalu mengangguk puas.
"Okay iron man, sepertinya sudah saatnya untukmu pulang. Ingat alamat rumahmu tidak?"
"Hnnnng... Gedungnya warna abu-abu... Tinggi... Kata imo halmeoni lantai 5 tapi Jeno tidak boleh pencet-pencet tombol lift."
Jaehyun tertawa pelan. Ia mengacak rambut bocah itu. "Kalau imo halmeoni tinggal dimana?"
Jeno terdiam, tangannya memainkan strap ranselnya lagi.
"Kalau sekolah? Tadi Jeno pulang dari sekolah kan?"
"Iya! Tadi Miss Yooa bilang kalau imo halmeoni akan telat menjemput dan menyuruhku menunggu, tapi teman-teman sudah pulang semua. Lalu- lalu ada kucing besaaaaar." Tangannya bergerak aktif menggambarkan kucing gendut yang menarik perhatiannya. Jaehyun mendengarkan dengan seksama sambil mengangguk-angguk.
"Lalu kucingnya hilang! Dan Jeno ga tau ada dimana. Tapi Jeno ga nangis! Lalu Jeno ingat kata Miss Yooa dan Papa, kalau ada masalah lapor polisi!" kata bocah itu bangga. Jaehyun menepuk kepala bocah itu perlahan.
"Jeno pintar! Boleh hyung lihat isi tas Jeno?"
Bocah tampan itu mengangguk sambil memamerkan eye-smilenya, dengan semangat ia mengeluarkan isi tasnya sambil berceloteh kepada Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Call
أدب الهواةDoyoung bingung, Jeno sepertinya kurang kasih sayang dari mamanya. Solusinya? umm- mungkin papa baru? a.k.a a dojae/jaedo au in which jaehyun is a rookie police officer and doyoung is a single dad with 5 years old son