"Kantor polisi Gangnam-gu, ada yang bisa kami bantu?"
"Aku butuh bantuan." Suara anak kecil yang familiar menyapa telinga Jaehyun.
"Ya?"
"PR-ku..."
"PR?"
"Iya, aku harus mengerjakannya. Tolong aku ya?"
"Tentu, dimana kau tinggal?"
"Hnng. PR matematika ku..."
"Yeah aku mengerti, dimana rumahmu?"
"Hnng, bantu saja lewat telpon..."
"Ah, aku tidak bisa melakukannya lewat telpon, tapi aku bisa mengirim orang untuk membantumu."
"Oh, Jaehyun hyung?" Suara bocah itu terdengar riang.
"Jeno apa yang kau lakukan?" Suara melengking seorang laki-laki terdengar dari seberang telpon.
"Polisinya mau membantuku mengerjakan matematika..."
"Papa kan sudah bilang jangan sembarangan pakai telpon!"
"Oh, papanya datang."
"Kata papa kalau aku butuh bantuan harus menelpon seseorang!"
"Ya bukan polisi juga?!"
Jaehyun dengan susah payah menahan tawanya, dengan setengah terbatuk ia berbicara ke gagang telepon. "Jadi-"
"Maafkan anakku, maaf mengganggu waktumu, neneknya memberikan nomor kantor polisi, kau tahu, untuk keadaan darurat." ujar Doyoung dengan napas terengah.
"Well, untuk anak umur 5 tahun PR matematika mungkin suatu keadaan darurat."
"Benar juga, masuk a- hei! darimana kau ta- oh, Jaehyun?"
Jaehyun tersenyum simpul. Ada rasa bahagia saat ia tahu Doyoung mengenali suaranya
"Yeah, dan tawaranku masih berlaku. Aku bisa membantu mengerjakan PR Jeno." Dari sudut matanya ia bisa melihat rekan kerjanya menatap tak setuju, seolah Jaehyun menyia-nyiakan waktu saat bekerja. Sementara itu Doyoung masih menggumam tidak jelas.
Ia menggumamkan serentetan nomor pada gagang telepon, "Kalau kau sudah selesai berpikir, hubungi aku di situ. Sekarang, ada yang bisa aku bantu lagi?"
Hening.
"Baiklah, selamat sore Tuan Kim."
Jaehyun menutup telepon, menatap balik rekan kerja yang masih melihatnya sambil menjelaskan dengan canggung. "Bukan emergency, hanya anak kecil yang bermain dengan telepon." Rekan kerjanya hanya mengedikkan bahu.
Dan setelah itu, sisa hari Jaehyun dihabiskan untuk mengecek pesan yang tak kunjung datang di ponselnya.
***
"Empat tambah empat?" tanya Jeno pada Ten.
"Delapan. Lalu bagaimana? Sudah kau kirimkan pesan untuknya?" tanya Ten antusias.
Doyoung melemparkan potongan wortel ke arah Ten. "Ajari dengan benar!"
"Hei! Aku kesini tidak untuk jadi guru privat Jeno!"
"Sembilan tambah limaaaa?" Tanya Jeno tanpa mengindahkan perdebatan kecil papanya.
"Ten, ajari dengan benar. Kalau tidak kusuruh Johnny menjemputmu."
Ten merengek, "Dasar tukang ngadu! Okay jagoan, acungkan sembilan jari tanganmu." Jeno menurut, Ten mengacungkan lima jari dan menyuruhnya menghitung. Doyoung manggut-manggut sambil meneruskan memasak.
![](https://img.wattpad.com/cover/187339883-288-k583676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Call
Hayran KurguDoyoung bingung, Jeno sepertinya kurang kasih sayang dari mamanya. Solusinya? umm- mungkin papa baru? a.k.a a dojae/jaedo au in which jaehyun is a rookie police officer and doyoung is a single dad with 5 years old son