Akhir minggu yang tenang untuk Jaehyun. Setelah sarapan seadanya, ia berbaring di sofa sambil membaca buku. Sesekali ia menoleh ke luar jendela, menatap keadaan langit. Sebagai bujangan yang baik, ia tidak ingin hasil kerja kerasnya mencuci sejak pagi sia-sia karena hujan. Ponsel tak pernah lepas dari jangkauannya, entah apa yang ia tunggu.
Ia menguap. Ajakan teman-temannya untuk nongkrong sudah terlanjur ia tolak beberapa hari yang lalu, ia ingin meluangkan waktu sepenuhnya untuk— mengingat untuk siapa ia mengosongkan jadwal membuatnya menarik napas dalam. Sekali lagi, ia menatap ponselnya.
Berhenti berharap, Jaehyun.
Ia menutup wajahnya dengan buku yang baru ia baca setengah, mencoba menghilangkan rasa yang mengganjal di dalam hatinya.
Ding!
Ponselnya berbunyi.
Atau mungkin, harapannya tak sepenuhnya sia sia?
***
Hanya dengan melihat cermin sekilas dan mengambil dompetnya, ia berlari ke parkiran. Dan inilah dia sekarang, baru menyadari betapa kacaunya ia saat menatap bayangannya sendiri di pintu lift yang tertutup. Dengan setengah berlari, ia menuju apartemen Doyoung dan membunyikan bel. Wajah terkejut Doyoung menyambutnya di ambang pintu, sesungguhnya ia ingin mencubit pipi pria itu saking gemasnya. Tapi itu bisa menunggu, di dalam ada Jeno yang masih ngambek.
“Jaehyun hyung!” serunya. Bocah itu segera memeluk kaki Jaehyun dan menggosok-gosokkan hidung di celananya yang lembut. Hatinya meleleh. “Hiks. Mama. Nakal. Mama ingkar janji!” Doyoung membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tapi Jaehyun menahannya.
“Mama, sedang mengerjakan sesuatu agar bisa menghabiskan waktu lebih laaaaama dengan Jeno lain kali. Tolong mengerti, ya?” Jaehyun menepuk-nepuk kepala bocah itu.
Jeno masih terisak.
“Jeno kan sudah besar! Sudah...SMP?”
Jeno terkekeh dalam tangisnya, “Jeno masih TK! Tapi sebentar lagi lulus!”
“Aigooo... Benarkah? Hyung kira sudah SMP!” kelakar Jaehyun.
Jeno terkekeh. “Aniyooooooongggg…”
Melihat air mata sudah surut dari matanya, Jaehyun memutar kepalanya. Tak mungkin anak kecil yang baru saja selesai menangis langsung diajak mengerjakan PR, kan? Dimana hatimu? Pikirnya.
“Mau ke kebun binatang bersama hyung?”
Bibir Jeno mengerucut, air matanya kembali menggenang.
Oops.
“Kita ke water park! Kata papa Jeno jago berenang!”
Doyoung menatapnya bingung, kapan ia bicara seperti itu? Tentu saja tidak pernah, Jaehyun hanya mengarang untuk mengalihkan perhatian Jeno dari kata sakral “kebun binatang“.
Jeno mulai terpikat, ia menatap Jaehyun, menunggu kelanjutan kata-katanya.
“Kita juga bisa lihat ikan! Jeno pernah lihat ikan hiu?”
“Ung…? Pernah!” Mulut kecilnya lalu mencelotehkan lirik baby shark dododododo baby shark dododododo baby shark sambil melakukan gerakannya.
Jaehyun tertawa, “Jadi?”
Jeno mengangguk antusias, namun kemudian menatap ragu ke arah papanya. Jaehyun yang mengerti arah pikiran Jeno langsung menyambar, “Tentu saja papa Jeno ikut! Ya kan?” Tanya Jaehyun sambil mengedipkan mata pada Doyoung.
Dan Doyoung hanyalah manusia biasa yang tidak bisa mengatakan 'tidak' pada kedua makhluk yang sedang menatapnya dengan puppy eyes itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Call
FanfictionDoyoung bingung, Jeno sepertinya kurang kasih sayang dari mamanya. Solusinya? umm- mungkin papa baru? a.k.a a dojae/jaedo au in which jaehyun is a rookie police officer and doyoung is a single dad with 5 years old son