Eight

6K 847 132
                                    

A.n: chapter ini dari povnya mama Taeyeon! Enjoy!

🌹🌹🌹

Taeyeon menghempaskan tubuh langsingnya ke ranjang queen size empuk miliknya. Menutupi mata dengan tangannya, ia terbayang kejadian minggu lalu.

Ia hendak memberikan kejutan untuk Jeno, dengan menjemputnya di TK. Mungkin bertemu dengan anaknya bisa membantu moodnya naik. Sang bocah terkejut dan memeluknya erat. Namun saat ia mengajaknya makan siang, Jeno menolak, dengan riang ia bercerita kalau ia dan Jaehyun sudah berjanji untuk mengerjakan PR di sebuah cat cafe.

Taeyeon merasa terluka. Ia merasa tidak dibutuhkan. Sambil melepaskan pelukan Jeno padanya, ia berkata kalau tidak apa-apa, mama juga sibuk. Tidak memperdulikan ajakan Jeno untuk bergabung dengannya dan Jaehyun.

Ia menghela napas.

Setelah itu, ia terdiam di mobilnya. Menatap putranya dijemput sosok laki-laki berseragam polisi. Ada rasa iri yang membuncah di dalam dadanya.

Jeno milikku, kan? Aku ibunya!

Ia berbalik di ranjangnya. Ia menyadari kalau ia kurang menyempatkan waktu untuk bersama Jeno. Tapi ia punya alasan yang valid. Ia bekerja dan mencari uang untuk Jeno.

Terlahir dari keluarga miskin mengajarinya kalau uang itu sangat penting. Cinta saja tidak akan menghidupi keluarganya. Ia tidak ingin Jeno mengalami kesusahan seperti yang ia alami. Ia akan memberikan semua kemewahan untuk Jeno, walaupun itu artinya mengorbankan waktu dengannya. Tapi ia yakin saat sudah dewasa nanti, Jeno akan mengerti. Ini yang terbaik untuknya. Walaupun ia tidak bisa mendidiknya secara langsung, ia akan menjamin Jeno mendapat fasilitas terbaik selama hidupnya.

Kunjungannya kemarin ke apartemen Doyoung sebenarnya untuk mendekatkan diri pada Jeno lagi. Tapi yang ia temui hanyalah Doyoung yang sedang menenggak anggur seorang diri. Dan entah bagaimana, akhirnya mereka minum bersama, dan melakukan itu.

Taeyeon tertawa pahit. Benar-benar seperti masa lalu. Seks dengan Doyoung selalu memabukkan, lebih memabukkan dari Red Zinfandel yang mereka minum sebelumnya. Sayangnya lelaki itu tidak suka melakukannya dengannya, kecuali dalam keadaan mabuk. Libido Doyoung bisa meningkat berkali-kali lipat saat alkohol berada dalam peredaran darahnya. Tapi kalau sedang sadar, mau telanjang di depannya pun kau akan diacuhkan. Sesungguhnya, Taeyeon sudah kerap kali menggoda Doyoung. Membuat wanita itu kesal sendiri.

Mereka memang sudah menjadi mantan, tapi apa salahnya melakukan itu? Mereka berdua kan sama-sama single? Pikiran itu membuatnya curiga kalau sebenarnya Doyoung gay dan tidak tertarik pada tubuh wanita.

Ia bukannya homophobic. Tapi ia merasa sakit hati ketika Doyoung menolaknya, dan mengetahui ia sedang dekat orang lain, yang berjenis kelamin laki-laki. Ia sakit hati, ketika kehadiran laki-laki itu seolah menggantikannya dalam kehidupan Jeno.

Ia semakin sakit hati ketika mengingat betapa miripnya tatapan Jeno dengan tatapan Doyoung, tatapan yang dulu selalu memujanya, berubah menjadi tatapan 'aku tidak membutuhkanmu lagi'.

Sakit.

Apa salahku?

Aku hanya ingin bahagia.

Ia menatap ponselnya, foto Jeno dalam kostum ulat, yang ia ambil dari postingan Doyoung di SNS beberapa minggu lalu.

Aku akan merebut hatimu kembali, sayang!

***

Taeyeon sedikit prihatin ketika melihat wajah Doyoung saat rapat dekanat tadi pagi. Lesu dan tak bertenaga. Ia bisa membayangkan panjangnya omelan wanita tua itu pada Doyoung, seolah masalah di kampus tidak cukup membuat keponakannya itu stress. Memang dasar wanita tak punya hati. Ia mengutuk imo halmeoni dalam hati.

Emergency CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang