6

5.1K 457 9
                                    

Sakura berjalan dengan tanpa daya menuju kantin. Ia harus memikirkan cara bagaimana menolak perintah Kakashi. Ini merugikannya, ia tidak--belum--bisa bertemu dengan Sasuke. Entahlah, ia merasa bersalah pada pria itu.

Ia mengambil makan siangnya dengan random, lalu duduk di tempat yang kosong di sudut kantin dan makan makan siangnya dengan tenang.

"Sakura-chan..." Itu suara Naruto. Orang lain di balik kegalauannya hari ini.

"Kau puas?" Tanya Sakura sarkas. Masa bosoh dengan tatapan bodoh dan tidak mengerti Naruto saat ini.

"Apa maksudmu melakukan itu?" Cecar Sakura lagi, dan Naruto semakin bingung dibuatnya.

"Sakura-chan... Tunggu, apa maksudmu?"

"Kau, kau kan yang seharusnya pergi ke workshop itu? Kenapa bisa jadi Sasuke yang pergi?" Sakura menahan teriakannya. Ia masih tahu diri jika ini di kantin. Ia tidak mau menjadi bahan gosip selama seminggu di sini.

"Hah?" Hanya itu yang keluar dari mulut Naruto.

"Kurasa kau tidak tuli."

Naruto tertawa canggung, terlihat jelas, menggaruk belakang leher, mata yang bergerak tidak beraturan dan lagi, ekspresi aneh miliknya.

"Kenapa kau melakukan itu!" Habis sudah kesabaran Sakura sekarang. Ia ingin menguliti Naruto saat ini juga.

"Tunggu, tunggu Sakura. Calm down... Oke?"

"Kuberitahu satu hal, memang seharusnya aku. Tapi aku juga memiliki acara lain dengan keluarga Hinata hari itu. Jadi, aku minta bantuan Sasuke."

"Dan, dari mana kau tahu hal itu?!" Kini ganti Sakura yang mengernyit, terkejut.

"Aku tidak tuli, Naruto!"

"Ya, jawab kau tahu dari mana? Jika aku memintanya?!"

"Aku memiliki spy." Haha. Drama apa ini, Sakura.

"Spy apa? Jadi kau memata-mataiku?"

"Dasar bodoh." Sakura kembali tidak peduli dengan Naruto.

"Sungguh Sakura, itu tidak sopan sekali."

Sakura tetap mengabaikan Naruto, ia tidak peduli lagi dengan gerutuan Naruto sepanjang makan siang mereka.

"Apa karena itu, Naruto memaksaku?" Lirih Sasuke di sudut kantin yang lain.

***

Hari ini cukup melelahkan, ia mendapat tekanan dimana-mana--meskipun hanya perasaannya saja. Dan juga, kereta yang membawanya ke stasiun terdekat dengan rumahnya pun juga penuh padahal ia pulang hampir dua jam setelah jam kerja selesai.

Sasuke melangkah lesu keluar stasiun. Setelah ini ia masih harus naik bus untuk benar-benar sampai di rumah. Apa yang dimasak Ibunya hari ini, ya.

Lima menit berlalu, ia turun di halte dekat perumahan yang ditinggalinya bersama sang Ibu. Lalu ia berjalan kaki untuk sampai ke rumah.

"Aku pulang," Sasuke mengucapkan salam dengan lesu. Sungguh ia sangat lelah, lelah dengan keadaannya.

"Selamat datang," Sahut Ibunya. Sepertinya beliau ada di ruang tengah, tebaknya karena ia mendengar sayup-sayup suara televisi yang menyala.

"Kenapa terlambat pulang?" Tanya Ibunya, ia melihat gurat lelah Sasuke setelah pria itu menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

"Ada beberapa yang harus kuurus, Ma."

"Oh, iya, lusa aku ada workshop di kantor pusat. Apa Mama tidak apa kutinggal dua hari?" Tanya Sasuke.

"Workshop? Kau jarang mengikutinya 'kan? Bagaimana bisa kau pergi kali ini?" Ibunya menoleh heran, karena selama ini putranya itu bahkan tidak pernah ikut acara makan malam perusahaan.

"Hn. Naruto yang memaksaku." Karena Sakura, sambungnya dalam hati.

Sang Ibu mengangguk, ia lalu bangkit dari duduknya. "Sasuke sudah makan malam?" Tanyanya.

Sasuke menggeleng. Dan sedetik kemudian, Ibunya menghilang menuju dapur.

Hanya dirinya saja yang makan malam, ketika ia bertanya kepada Ibunya kenapa tidak makan malam ia bilanh sudah maka dulu.

"Mama tidak bohong 'kan?" Tanya Sasuke penuh selidik.

Ibunya menjawab yakin dan Sasuke mendengus setelahnya.

***

Akhirnya, hari workshop itu tiba. Sasuke hanya membawa koper kecil miliknya. Lagipula ia membawa koper itu karena pakaaan Ibunya. Ia sebenarnya hanya ingin membawa tas jinjing miliknya. Dasar Mama, batinnya menggerutu.

"Sasuke, ayo sarapan." Ibunya menyuruh, ia mengintip Sasuke dari pintu kamarnya.

Sasuke mengangguk. Ia menyeret kopernya keluar menuju meja makan.

"Kau berangkat jam berapa?" Tanya Ibunya. Ia memberikan mangkuk nasi pada Sasuke.

"Jam 9 dari kantor." Jawabnya dengan tenang. Ia kembali memasukkan sup ke mulutnya.

"Ma," Panggilnya.

Sang Ibu, Mikoto menoleh, menatap  Sasuke dengan sorot bertanya.

"Apa tidak apa-apa kalau Mama kutinggal sendirian?" Tanyanya. Ia khawatir pada Ibunya karena beliau juga sering sakit akhir-akhir ini.

"Tidak apa-apa Sasuke. Lagipula Mama 'kan juga sering kau tinggal bekerja."

"Tapi...--"

"Sudah, cepat habiskan sarapanmu. Dan cepat berangkat, lebih cepat lebih baik." Mikoto menyela ucapannya dan itu membuat Sasuke mau tak mau menurutinya.

***

Gasuka deh rajin update, takut tiba-tiba ilang.

Btw kalian punya jadwal bukber berapa? Wkwkw

Selamat malam~

Chapter kali ini dibuat bareng Let Go - BTS (*pst lagu jepang btw

Señorita [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang