#Cinta_Datang_Terlambat 2
Malam keduaku di Jogja, Mas Haris mengajakku ke taman lampion. Dia bilang bosan kalau hanya di Malioboro saja. Dengan senang hati kuterima ajakannya. Momen itu kuabadikan bersama teman-temanku, sesekali juga modus foto berdua dengannya untuk kenang-kenangan, hihi.
Aku sangat suka sikapnya yang lembut dan mengistimewakan perempuan. Sholeh pula sepertinya. Selalu mendahulukan waktu sholat disaat yg lain masih santai menunda-nunda.
Pulang dari taman lampion, dia mengajak kami makan bakmi jawa di pojok benteng. Aku yang penggila mie tentu sangat antusias. Dan rasanya superrrrr maknyuss. Antrinya pun luar biasa. Pantas sih antri sampai sepanjang itu. Sangat sesuai dengan rasanya yg enak dan harganya juga cukup murah. Yang cukup membuatku sungkan adalah dia terus memaksa membayarkan makanan atau htm setiap kali kami wisata. Hanya aku saja yang dibayari. Tapi kan itu tetap bukan kewajibannya yang bukan pacarku. Apalagi dia juga berstatus mahasiswa yang mungkin masih ditanggung orangtua.
Akhirnya aku memaksanya untuk menerima traktiran dariku nanti di hari terakhir liburanku, karena ini juga pesan dari mamaku yang tak enak hati ketika kuceritakan mengenai traktiran-traktiran Mas Haris.
Hari terakhirku di Jogja kuhabiskan berdua saja dengannya. Siang kami nonton di Ambarrukmo, sorenya ke toko buku togamas. Malamnya dia mengajakku ke bukit bintang.
Dari atas bukit ini pemandangan di bawah terlihat sangat indah. Hari terakhir ini tidak akan aku sia-siakan. Aku akan mulai serangan PDKT ku, hihi.
"Mas, seminggu ini mas anter-anter aku terus emangnya ga ada yang marah?"
"Engga kok, aku udah izin sama emak abah mau anter kamu jalan-jalan".
Omigod, ini cowok polos apa kura-kura dalam perahu. Maksudku kan bukan izin sama orangtuanya. Huh. Ngeselin.
"Oh gitu, alhamdulillah deh kalo udah dapet izin emak sama abah. Tapi pacarnya mas gimana? Ngizinin juga?", tembakku langsung ke sasaran.
"Ooo kalo pacar saat ini aku lagi ga ada".
"Oo gitu, aku tenang kalo gitu, kan ga enak kalo ternyata dianter jalan-jalan sama pacar orang", jawabku tersipu malu.
Dalam hati aku bersorak kegirangan. Dia bercerita ini tempat favoritnya ketika sedang penat dengan tugas kuliah. Dan katanya pula, aku perempuan pertama yang diajaknya kesini. Hihi. Benar ga ya.
Di perjalanan pulang dia mengusiliku dengan cerita-cerita horor masa kecilnya. Semakin aku menolak mendengar, dia semakin mengeraskan suaranya. Aku gemas dibuatnya. Aku tidak salah menangkap sinyal kan kalau gayungku bersambut? Atau masih terlalu dini untuk menilainya?