#Cinta_Datang_Terlambat 7
Tugas kuliah yang menggunung serta persiapan magang mengalihkan perhatianku dari Mas Haris. Aku hampir tidak pernah menelponnya meski dia sudah dua bulan di Solo.
Bukan berarti aku lupa sama sekali, terkadang tanganku gatal ingin bertanya kabarnya. Tapi kutahan. Toh perasaanku padanya baru seumur jagung, belum sampai setahun juga aku mengenalnya. Mana tahu bisa terkikis pelan-pelan. Dia sendiri juga tidak menghubungiku. Biar saja kutelan rindu ini sendirian.
Pak Ferdy masih sering mencoba menghubungiku, karena aku hampir selalu menghindarinya di kampus, hampir tidak ada sedikitpun celah dia bisa bicara padaku selain di kelas yang diajarnya.
Dia sempat mempertanyakan sikapku melalui telepon. Aku sampaikan tentang kesibukanku karena tugas-tugas kuliah. Dia mau mengerti dan tidak lagi intens menghubungiku tiap hari. Tapi dia memintaku meluangkan waktu untuknya saat libur semester nanti. Ku iyakan saja meski dalam hati aku tidak berjanji. Libur semester nanti akan diisi dengan kegiatan magang, jadi aku punya alasan untuk menghindar lagi, hihi.
Bukan bermaksud jahat sebenarnya. Aku akui dia tampan, baik, pintar. Bahkan tidak sedikit mahasiswi yang mengidolakannya dan terang-terangan mendekatinya. Tapi hati tidak bisa dipaksa, aku tidak mau memberikan harapan semu ketika hatiku masih dihuni oleh orang lain.
Menjelang ujian akhir semester, makin banyak paper yang harus kukerjakan sebagai prasyarat mengikuti ujian. Waktu istirahatku semakin sedikit. Saat aku masih begadang mengerjakan tugas, tiba-tiba ada video call yang masuk, tertera nama Mas Haris di layar handphone ku.
Segera kukenakan jilbabku dan melirik penampilanku di cermin. Sudah rapih sih, tapi mata pandaku benar-benar terlihat nyata. Ah sudahlah, yang penting aku bisa mengobati rinduku.
"Hai mas", sapaku ceria.
"Hai Diana, bindeng nih suaranya. Kecapean ya?".
"Iya kayaknya mas. Tugas bener2 gila banyaknya. Belum lagi prepare magang sama belajat buat ujian".
"Pantesan sampe pucet gitu. Diusahain tetep istirahat yang cukup ya. Minum vitamin sama makan yang banyak".
"Iya mas, siap. Kamu gimana kabarnya disana? Betah ya di Solo?"
"Alhamdulillah betah, makanan juga lebih murah lagi disini, hehe".
"Sibuk banget ya mas proyeknya?"
"Iya nih Di, dosenku lagi garap perumahan baru disini, mas juga lembur hampir setiap hari".
"Hmm, mas juga jaga kesehatan kalo gitu".
"Iyaaa. Hmm, berarti libur semester ini kamu ga bisa main ke Solo dong?"
"Iya mas, ga bisa kayaknya".
"Yaudah gapapa yang penting kamu sehat. Kalo bisa cuti nanti mas yang pulang ke Jakarta. Take care yaa kamu disana".
"Iya mas, see you when i see you".
Aku memutus videocall dengan jantung berdebar-debar dan muka memerah. Bukan, aku bukan keracunan atau kelaparan. Hihi, aku hanya terlalu senang karena Mas Haris tiba-tiba meneleponku dan memberikan perhatian-perhatian manis untukku.
Duh mas, karena satu panggilan rusak move on dua bulan, huhuhu.
Yang lebih membuatku berbunga-bunga, keesokan harinya ada gojek mengantarkan paket untukku. Isinya vitamin-vitamin dan suplemen.
Tidak lama setelahnya ada whatsapp masuk, "mas kirim vitamin, diminum ya".Gila, benar-benar gila kalau begini caranya. Batal sudah rencana untuk move on.
---------------------------
Ujian akhir semester sudah selesai seminggu yang lalu. Aku sudah mulai magang di sebuah instansi pemerintahan. Yang membuatku jenuh adalah tugas disini tidak jauh-jauh dari memfotocopy. Masa cuma begini pengalaman magangku.
Akhirnya setelah kuberanikan diri bicara pada pegawai yang kuanggap paling ramah, dia menyampaikan protesku pada atasannya. Sekarang aku mulai diberi pekerjaan seperti membantu analisis kasus-kasus dan aduan, menghadiri rapat yang membahas tentang peraturan daerah dan belajar mengenai substansi dan administrasi pemerintahan.
Aku senang magang disini. Pegawainya hampir semuanya ramah dan baik. Ya meski ada juga bapak-bapak tua suka iseng menggoda mahasiswi-mahasiswi magang.
Selama magang aku tidak pulang ke kost, karena akses bis jemputan dari instansi lebih efisien dari rumahku. Sore itu ketika aku menuju bis jemputan tiba-tiba Pak Ferdy sudah menjegatku di lobby kantor.
"Hey, abang anter pulang yaa", sapa Pak Ferdy dengan sorot mata yang lembut dan terlihat rindu.
"Eh bapak, tadinya mau naik bis sih, yaudah kalo bapak udah disini, aku pulang bareng bapak aja".
"Kamu ga kangen abang, Di?".
"Lah, kan baru seminggu lebih kali ga ketemu".
"Di kampus kan ketemu cuma sebentar doang, kamu juga ga pernah mau diajak ngobrol kalo di kampus".
"Males ah pak, nanti jadi bahan gosip".
"Lah emang kenapa, ga ada yang salah kan kalo mahasiswi pacaran sama dosennya?".
"Ya ga enak aja lah sama temen-temen. Lagian kita ga pacaran ya".
"Kan abang bilang kalo. Ga ada yg salah Di, kecuali kalo dosennya udah punya istri. Aku kan belum".
"Iya siiih", jawabku menggantung.
"Yaudah kalo gitu mau ya jadi pacar abang?".
"Bapak apaan sih bercanda aja".
Melihat ekspreksinya yang langsung murung aku jadi tidak enak hati.
"Yaudah kalo belum mau jadi pacar abang ga apa, tapi please jangan panggil bapak ya kalo kita lagi berdua aja", pintanya memelas.
"Oke deh bang", jawabku canggung.
Dia mengajakku makan sebelum pulang. Aku menolak makan di mall karena khawatir bertemu teman-temanku. Aku tidak bohong ketika bilang takut jadi bahan gosip. Fans garis keras Pak Ferdy cukup banyak. Selama ini kan aku terlihat acuh saja dengannya, bisa gempar para fans nya jika tahu aku jalan dengan Pak Ferdy. Malah bisa-bisa aku dimusuhi.
Saat sedang makan bersama Pak Ferdy, ada notifikasi whatsapp dari Mas Haris, kuintip isi chatnya, "Diana gimana magangnya? Lancar?".
Aku tak langsung membalas. Kenapa aku jadi merasa seperti sedang selingkuh. Padahal hubunganku dengan keduanya juga belum jelas. Ketika aku masih menunduk lihat handphone, aku merasa ada yang menatapku terus-terusan. Aku mengangkat kepala melihat ke Pak Ferdy, dia juga sedang menikmati makanannya. Kualihkan pandanganku ke samping, aku melihat sorot mata yang tajam sedang mengawasiku.
Duh, please jangan salah paham.
Bersambung
O o, kamu ketahuan. Ketahuan siapa yaa kira-kira? 😝😝