#Cinta_Datang_Terlambat 4
Setelah mendapat saran dari Bang Mirza, aku tidak langsung menuruti kata-katanya. Hanya sesekali saja aku bertanya kabar, aku masih berusaha untuk tidak membuatnya jengah padaku.
Sampai kemudian Bang Mirza meneleponku dan menanyakan perkembangan hubunganku dengan adiknya. Dan dia menyarankanku untuk menelepon Mas Haris agar bisa lebih lama mengobrol, jangan sekedar chat whatsapp saja.
Akhirnya aku menuruti pesan Bang Mirza dan meneleponnya di malam minggu. Sekalian untuk mencari tahu, apa malam minggu ini dia tidak kemana-kemana, hihi. Benar juga kata Bang Mirza, paling tidak aku harus mengamankan posisiku dulu yang jauh dari Mas Haris. Dan aku bisa memastikan dia tidak sedang kencan bersama yang lain.
"Mas lagi apa?"
"Hai Di, aku lagi nyantai aja nih di kost. Nunggu bola nanti malam jam 10"
"Oooo gitu, ga kemana-kemana mas?"
"Malas ah ga ada temannya juga, lagi pada jalan sama pacarnya, malam mingguan, hehe".
"Hehe, kasian deh yang sendirian"
"Wuuu kayak kamu ga sendirian aja, hehe"
"Iya nih makanya aku minta ditemenin di telpon, hehe. Btw, kamu kenapa sih mas sama cewek kok kayaknya dingin aja gitu, kayak yang antipati sama cewek".
"Hah? Ga gitulah. Aku biasa aja kok. Kalo untuk temenan aku welcome aja. Cuma memang kalo untuk pacaran atau yang semacamnya aku masih belum bisa".
"Emangnya kenapa mas?", selidikku.
"Ga tau deh kamu udah denger apa belum dari kakak-kakakku, sekali-kalinya aku punya pacar, giliran aku udah sayang banget, dianya malah selingkuh sama yang orangtuanya lebih tajir, anak anggota dewan. Mungkin bosen pacaran naik motor terus kalo sama aku. Aku ga habis pikir aja dia bisa kayak gitu dibelakangku"
"Sampe segitu traumanya ya mas?"
"Bukan trauma sih, tapi aku ga mau salah langkah aja. Aku ga mau terburu-buru mencari pasangan kalo trust aku ke orang lain masih bermasalah".
"Iya hak kamu sih mas, tapi someday kamu akan tau kalo ga semua cewek kayak gitu".
"Siap bos, hehe. Gimana kuliah kamu? Lancar?"
"Alhamdulillah mas, tiada hari tanpa begadang ngerjain tugas, hehe. Khusus malming aja ni bisa istirahat".
"Gapapa ya namanya juga nyari ilmu, biar cepet lulus ga kayak mas ni belom kelar2 kuliahnya"
"Emang kendalanya dimana mas? Kok jadi lama kuliahnya?"
"Aku sambil kuliah kerja juga, Di. Ikut proyekan dosenku, kontraktor gitu. Awalnya cuma magang, tapi uangnya lumayan, ini udah mau dua tahun aku kerja sama dosen. Tapi ya gitu TA ku jadi lama".
"Orangtua ngizinin mas kuliah sambil kerja?"
"Mereka fleksibel sih selagi bukan hal yang dilarang agama ga pernah larang aku ini itu. Akhirnya balik ke kesadaran pribadiku aja, jangan sampai karna mau mandiri jadinya kuliahku terbengkalai".
"Semoga cepet kelar yaa mas"
"Iyaaa in syaa allah sebentar lagi aku sidang. Do'ain yaa"
"Pasti mas, aku do'ain biar mas cepet pulang ke Jakarta, hihi"
Aku senang karena Mas Haris mulai terbuka denganku. Aku masih meneleponnya tiap malam minggu. Hingga tak terasa sidang TA Mas Haris pun sudah terlewati. Selesai revisi dia bilang akan pulang ke Jakarta.
Setelah mengucapkan selamat atas kelulusannya aku sengaja tidak menelpon atau chat Mas Haris. Aku ingin tahu apa dia ada inisiatif untuk menghubungiku atau mengajakku bertemu. Aku lihat story instagramnya dia sudah sampai di Jakarta.
Sampai di suatu sore ketika aku makan bersama teman-temanku di sebuah Mall bilangan Jakarta Selatan, aku lihat Mas Haris duduk di sudut cafe yang sama bersama seorang perempuan cantik yang kutaksir seumuran dengannya. Perempuan itu tampak sedang bicara serius sambil berusaha menggenggam tangan Mas Haris, tapi aku juga lihat dia ditolak. Mas Haris hanya diam dan mendengarkan lawan bicaranya.Di satu sisi aku begitu ingin menyapanya, tapi di sisi lain aku belum siap bertemu ketika dia bersama dengan perempuan lain. Secara fisik aku tidak merasa kalah dari perempuan yang sedang bersamanya. Tapi kalau dia pernah berhasil menaklukan hati Mas Haris yang cool itu, tentunya dia punya sesuatu yang istimewa.
Sanggupkah aku bersaing dengan masa lalunya?